Jakarta: Petrokimia Gresik akan mendapat tambahan pasokan gas sekitar 150 Million Standard Cubic Feet per Day (MMSCFD) dari Lapangan Lengo Wilayah Kerja (WK) Bulu dan Lapangan Mustika serta West Kepodang WK Sakti di Kabupaten Tuban untuk mengamankan kebutuhan gas bumi eksisting dan rencana penambahan kapasitas produksi Urea.
Komitmen ini ditandai dengan penandatanganan Head of Agreement (HoA) Lapangan Lengo Blok Bulu antara Petrokimia Gresik dengan Kris Energy Ltd, selaku Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) di Surabaya. Direktur Operasi dan Produksi Petrokimia Gresik Digna Jatiningsih menyampaikan pihaknya berencana mengembangkan Pabrik Amoniak-Urea (Amurea) III untuk meningkatkan kapasitas produksi Urea.
"Dengan adanya rencana pengembangan pabrik Amurea III ini maka akan memperkuat produksi pupuk urea dalam negeri serta pengamanan bahan baku pupuk NPK," ujar Digna dalam keterangan tertulis, Jumat, 2 September 2022.
Digna menjelaskan, saat ini total kapasitas produksi dari dua pabrik Urea Petrokimia Gresik sebesar 1,03 juta ton per tahun, yang didedikasikan untuk memenuhi kebutuhan subsidi petani dalam negeri, serta pasar komersial.
"Penambahan pasokan gas ini menjadi semakin penting, mengingat kebutuhan Urea juga semakin bertambah dengan adanya perubahan fokus kebijakan pupuk subsidi pada dua jenis pupuk saja, yaitu Urea dan NPK," paparnya.
Melalui rencana pengembangan Pabrik Amurea III, Petrokimia Gresik akan menambah kapasitas produksi Urea sebanyak 1.725 Metric Ton Per Day (MTPD) atau sekitar 630 ribu ton per tahun, sekaligus mendapatkan tambahan produk Amoniak sebesar 2.000 MTPD setara sekitar 730 ribu ton per tahun.
Sementara itu, Kepala Divisi (Kadiv) Monetisasi SKK Migas Agus Budiyanto memahami dengan tingginya kebutuhan pupuk dan kebutuhan pangan nasional, maka kebutuhan gas sebagai bahan baku juga meningkat. Dengan penambahan sekitar 85 MMSCFD, maka supply gas terhadap Petrokimia Gresik menjadi yang terbesar kedua setelah Pupuk Kalimantan Timur.
"SKK Migas sangat mendukung kerja sama ini dalam upaya memajukan industri pupuk dalam negeri dan pertanian Indonesia. Saya sangat mengapresiasi karena melalui kerja sama ini Petrokimia Gresik tidak hanya berorientasi pada keuntungan semata, tapi juga untuk kemajuan pertanian dalam negeri. Untuk itu, kami akan menjaga supply gas tetap lancar," tandasnya.
Untuk menyukseskan supply gas dari WK Bulu, Petrokimia Gresik juga menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan PT Pertamina Gas (Pertagas) terkait kajian bersama rencana penyediaan infrastruktur penyaluran gas bumi ke Petrokimia Gresik.
Komitmen ini ditandai dengan penandatanganan Head of Agreement (HoA) Lapangan Lengo Blok Bulu antara Petrokimia Gresik dengan Kris Energy Ltd, selaku Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) di Surabaya. Direktur Operasi dan Produksi Petrokimia Gresik Digna Jatiningsih menyampaikan pihaknya berencana mengembangkan Pabrik Amoniak-Urea (Amurea) III untuk meningkatkan kapasitas produksi Urea.
"Dengan adanya rencana pengembangan pabrik Amurea III ini maka akan memperkuat produksi pupuk urea dalam negeri serta pengamanan bahan baku pupuk NPK," ujar Digna dalam keterangan tertulis, Jumat, 2 September 2022.
Digna menjelaskan, saat ini total kapasitas produksi dari dua pabrik Urea Petrokimia Gresik sebesar 1,03 juta ton per tahun, yang didedikasikan untuk memenuhi kebutuhan subsidi petani dalam negeri, serta pasar komersial.
"Penambahan pasokan gas ini menjadi semakin penting, mengingat kebutuhan Urea juga semakin bertambah dengan adanya perubahan fokus kebijakan pupuk subsidi pada dua jenis pupuk saja, yaitu Urea dan NPK," paparnya.
Baca juga: Penyaluran Pupuk Bersubsidi di Jabar Mencapai 402.715 Ton |
Melalui rencana pengembangan Pabrik Amurea III, Petrokimia Gresik akan menambah kapasitas produksi Urea sebanyak 1.725 Metric Ton Per Day (MTPD) atau sekitar 630 ribu ton per tahun, sekaligus mendapatkan tambahan produk Amoniak sebesar 2.000 MTPD setara sekitar 730 ribu ton per tahun.
Sementara itu, Kepala Divisi (Kadiv) Monetisasi SKK Migas Agus Budiyanto memahami dengan tingginya kebutuhan pupuk dan kebutuhan pangan nasional, maka kebutuhan gas sebagai bahan baku juga meningkat. Dengan penambahan sekitar 85 MMSCFD, maka supply gas terhadap Petrokimia Gresik menjadi yang terbesar kedua setelah Pupuk Kalimantan Timur.
"SKK Migas sangat mendukung kerja sama ini dalam upaya memajukan industri pupuk dalam negeri dan pertanian Indonesia. Saya sangat mengapresiasi karena melalui kerja sama ini Petrokimia Gresik tidak hanya berorientasi pada keuntungan semata, tapi juga untuk kemajuan pertanian dalam negeri. Untuk itu, kami akan menjaga supply gas tetap lancar," tandasnya.
Untuk menyukseskan supply gas dari WK Bulu, Petrokimia Gresik juga menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan PT Pertamina Gas (Pertagas) terkait kajian bersama rencana penyediaan infrastruktur penyaluran gas bumi ke Petrokimia Gresik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News