Harga ayam. Foto : MI/Panca Syaukarni.
Harga ayam. Foto : MI/Panca Syaukarni.

Kemendag Siapkan Revisi Permendag untuk Perubahan Skema Harga Acuan Ayam

Media Indonesia • 01 Juli 2021 13:52
Jakarta: Kementerian Perdagangan (Kemendag) sedang menyiapkan revisi Permendag Nomor 7 tahun 2020, dengan membuat harga acuan ayam hidup yang bergerak dinamis mengikuti perkembangan biaya produksi.
 
Direktur Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting Kementerian Perdagangan Isy Karim mengatakan dengan adanya revisi ini maka harga acuan bisa mengantisipasi kenaikan biaya produksi.
 
“Sebagai salah satu upaya stabilisasi harga komoditi barang kebutuhan pokok, saat ini Kemendag sedang merevisi Permendag 07/2020 tentang Harga Acuan dengan memperhitungkan biaya input yang bersifat dinamis dengan menggunakan koefisien dan konstanta,” kata Isy Karim, dilansir dari Mediaindonesia.com, Kamis, 1 Juli 2021.

Kata Isy, revisi permendag tersebut menetapkan rumus/penghitungan harga acuan yang berbasis harga input serta menetapkan koefisien pengali masing-masing komoditi barang kebutuhan pokok.
 
Harga Acuan merupakan tingkat harga wajar dengan mempertimbangkan struktur biaya produksi dan distribusi, termasuk keuntungan masing-masing pelaku usaha. Harga acuan menjadi indikator Pemerintah dalam rangka menjaga stabilitas harga barang kebutuhan pokok.
 
Beberapa waktu lalu, harga jagung lokal yang digunakan sebagai bahan pakan sempat naik hingga Rp6.000 per kilogram (kg). Padahal, harga harga acuan pemerintah yakni paling tinggi Rp3.150 per kg untuk kadar air 15 persen atau paling rendah Rp2.500 per kg kadar air 35 persen di tingkat petani. Melambungnya harga jagung, turut menyebabkan harga pakan terkerek naik dari Rp6.974 per kg pada awal tahun menjadi Rp7.379 per Mei 2021 bahkan Rp 8.000 per Juni ini.
 
Akibat kenaikan ini, pelaku usaha dan industri peternakan unggas merasakan dampak signifikan dari meningkatnya biaya pembelian bahan baku dan harga pokok produksi (HPP) ayam hidup. Posisi jagung dan kedelai semakin penting bagi Indonesia. Ketika harga kedelai dan jagung melonjak, perusahaan pakan ternak dan para peternak menjerit, khususnya peternak unggas.
 
Sebab jagung dan kedelai merupakan bahan baku utama pakan ternak (sekitar 65 persen).  Pengusaha makanan ternak menilai upaya pemerintah untuk importasi jagung belum efektif untuk menurunkan harga jagung lokal karena harga Jagung di luar negeri juga sedang mahal.
 
Ketua Gabungan Pengusaha Makanan Ternak Timbul Sihombing mengungkapkan pemerintah idealnya punya cadangan jagung sebagai penyangga stok nasional, agar dapat menjaga stabilitas harga dan suplai jagung dalam negeri.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan