Jakarta: PT Timah Tbk menyatakan siap membangun hilirisasi logam tanah jarang guna mempercepat pertumbuhan ekonomi masyarakat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung di tengah dampak pandemi.
“Dalam hal pengumpul sebagai korporasi, kami siap membangun hilirisasi jika ada teknologi yang proven kapasitas feed 1.000 ton per tahun," kata Direktur Pengembangan Usaha PT Timah Tbk Alwin Albar di Pangkalpinang, Sabtu, 21 Agustus 2021.
Ia mengatakan estimasi kemampuan produksi pengolahan monasit untuk menghasilkan logam tanah jarang PT Timah Tbk sebesar 1.000 hingga 2.000 ton per tahun. Untuk mengoptimalkan mineral ikutan bijih timah itu dibutuhkan teknologi komersil yang memadai.
"Kami mengakui, saat ini kita kesulitan informasi teknologi komersil pengolahan monasit untuk menghasilkan logam tanah jarang yang sangat terbatas," ujarnya.
Menurut dia, saat ini teknologi komersil pengolahan logam tanah jarang ini dikuasai oleh Tiongkok. Oleh karena itu, PT Timah kesulitan dalam memperoleh teknologi pengolahan monasit secara komersial.
"Kami perlu dukungan pemerintah untuk memperoleh teknologi hilirisasi selanjutnya, agar mineral ikutan bijih timah ini dapat dikelola dan memberikan dampak yang positif terhadap pertumbuhan perekonomian nasional khususnya Bangka Belitung," ujarnya.
Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Erzaldi Rosman Djohan mengatakan pemerintah telah menetapkan Desa Sadai Kabupaten Bangka Selatan sebagai kawasan pengembangan nasional khusus pemurnian logam tanah jarang (LTJ).
"Kita telah membuat Rencana Induk Pengembangan Industri Nasional 2015-2025 khusus pemurnian logam tanah jarang di Sadai," terang dia.
Menurut dia, saat ini sudah ada beberapa perusahaan yang memurnikan mineral ikutan bijih timah di Sadai. Namun kegiatan ini belum sepenuhnya diperkuat dengan regulasi dari pemerintah dalam mengoptimalkan pengelolaan dan hilirisasi mineral ikutan timah tersebut.
"Kita butuh regulasi yang jelas, sebagai jaminan investasi pemurnian mineral ikutan ini berjalan baik," pungkasnya.
“Dalam hal pengumpul sebagai korporasi, kami siap membangun hilirisasi jika ada teknologi yang proven kapasitas feed 1.000 ton per tahun," kata Direktur Pengembangan Usaha PT Timah Tbk Alwin Albar di Pangkalpinang, Sabtu, 21 Agustus 2021.
Ia mengatakan estimasi kemampuan produksi pengolahan monasit untuk menghasilkan logam tanah jarang PT Timah Tbk sebesar 1.000 hingga 2.000 ton per tahun. Untuk mengoptimalkan mineral ikutan bijih timah itu dibutuhkan teknologi komersil yang memadai.
"Kami mengakui, saat ini kita kesulitan informasi teknologi komersil pengolahan monasit untuk menghasilkan logam tanah jarang yang sangat terbatas," ujarnya.
Menurut dia, saat ini teknologi komersil pengolahan logam tanah jarang ini dikuasai oleh Tiongkok. Oleh karena itu, PT Timah kesulitan dalam memperoleh teknologi pengolahan monasit secara komersial.
"Kami perlu dukungan pemerintah untuk memperoleh teknologi hilirisasi selanjutnya, agar mineral ikutan bijih timah ini dapat dikelola dan memberikan dampak yang positif terhadap pertumbuhan perekonomian nasional khususnya Bangka Belitung," ujarnya.
Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Erzaldi Rosman Djohan mengatakan pemerintah telah menetapkan Desa Sadai Kabupaten Bangka Selatan sebagai kawasan pengembangan nasional khusus pemurnian logam tanah jarang (LTJ).
"Kita telah membuat Rencana Induk Pengembangan Industri Nasional 2015-2025 khusus pemurnian logam tanah jarang di Sadai," terang dia.
Menurut dia, saat ini sudah ada beberapa perusahaan yang memurnikan mineral ikutan bijih timah di Sadai. Namun kegiatan ini belum sepenuhnya diperkuat dengan regulasi dari pemerintah dalam mengoptimalkan pengelolaan dan hilirisasi mineral ikutan timah tersebut.
"Kita butuh regulasi yang jelas, sebagai jaminan investasi pemurnian mineral ikutan ini berjalan baik," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News