Ilustrasi kelapa sawit. Foto: dok Ditjenbun Kementan.
Ilustrasi kelapa sawit. Foto: dok Ditjenbun Kementan.

Menilik Masa Depan Industri Sawit Indonesia

Ade Hapsari Lestarini • 21 Juni 2021 20:56
Jakarta: Indonesia saat ini masih merupakan negara produsen kelapa sawit terbesar nomor satu di dunia, serta menguasai 58 persen pangsa pasar sawit dunia.
 
Ketua Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) periode 2012-2020, Derom Bangun mengatakan produksi crude palm oil (CPO) Indonesia di dunia sebanyak 44.500-49 ribu ton.
 
"Produksi sawit Indonesia sudah naik sejak 80-an. Kemudian meningkat lebih tajam dekade 90-an dan dekade 2.000-an. Bahkan pada 2006 sudah menyamai produksi CPO Malaysia," ujar dia, dikutip dalam paparannya dalam sebuah webinar, Senin, 21 Juni 2021.

Dia menjelaskan, di masa depan, industri sawit akan memasuki era digitalisasi, yakni industri sawit 4.0. Hal itu berupa peningkatan produktivitas, bibit bermutu, digitalisasi operasional perkebunan dan industri sawit.
 
"Digitalisasi juga meningkatkan efisiensi sekaligus menyesuaikan cara-cara new normal dalam masa pandemi. Berbagai kegiatan seperti pembibitan, pemupukan, panen dan pengangkutan dapat diefisienkan dengan cara digitalisasi," jelasnya.
 
Selain itu, lanjutnya, saat ini Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) sudah memperkenalkan DxP PPKS 540 yang diklaim dapat memproduksi tandan buah segar (TBS) mencapai 35 ton per hektare (ha) dan minyak sawit mentah (CPO) 10 ton per ha.
 
"Jika 70 persen dari luas areal perkebunan sawit Indonesia yang 16,38 juta ha menggunakan bibit sawit tersebut, maka total produksi CPO Indonesia bisa mencapai 100,9 juta ton per tahun. Ini suatu capaian yang kita yakini dapat diperoleh masa depan dengan digitalisasi," tambah Derom.
 
Chief Executive Officer (CEO) Esri Indonesia, Achmad Istamar menambahkan, terkait penerapan digitalisasi ini, industri sawit bisa menerapkan teknologi GeoAI dalam sektor pertanian.
 
Achmad Istamar menjelaskan, teknologi ini secara presisi dapat meningkatkan produktivitas tanaman kelapa sawit. Teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) ini dapat memonitor tanaman, kandungan nitrogen, dan kadar tanah.
 
"Nantinya, penerapan teknologi ini bisa melakukan deteksi tanaman sehat melalui identifikasi warna, serta bisa menganalisis pertumbuhan tanaman dari waktu ke waktu," tambah Achmad.
 
Selain itu teknologi ini juga bisa mengidentifikasi tanaman yang memiliki penyakit. Teknologi ini juga dapat mendeteksi titik api (hotspot) dengan mengklasifikasi titik api yang probabilitas tinggi maupun rendah. Dalam kegiatan panen juga dibutuhkan pengetahuan mengenai kematangan TBS karena berkaitan dengan proses pengolahan minyak sawit.
 
"Kami saat ini sedang melakukan penelitian dengan komputer untuk melihat tingkat kematangan buah, sehingga tingkat kematangan bisa standar yang mampu diakses oleh semua orang," pungkasnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan