"Responden menyampaikan bahwa penurunan tersebut sejalan dengan permintaan yang lebih terbatas dan keadaan cuaca yang tidak mendukung," ungkap hasil survei yang diungkap Direktur, Kepala Grup Departemen Komunikasi BI Muhammad Nur, Selasa, 12 Oktober 2021.
Dari sisi harga, tekanan inflasi pada November 2021 dan Februari 2022 diprakirakan meningkat. Indeks Ekspektasi Umum (IEH) November 2021 dan Februari 2022 masing-masing sebesar 124,8 dan 138,7 atau lebih tinggi dibandingkan 123,0 dan 134,2.
"Responden menyatakan hal tersebut masih dipengaruhi oleh kenaikan harga bahan baku sejak dua bulan terakhir, yakni pada Juli sampai Agustus," papar dia.
Adapun kinerja penjualan eceran (SPE) pada Agustus 2021 mengalami perbaikan, baik secara bulanan maupun tahunan. Indeks Penjualan Riil (IPR) pada Agustus 2021 tercatat sebesar 192,5 atau secara bulanan terakselerasi sebesar 2,1 persen (mtm), baik dari minus 5,0 persen (mtm) pada Juli 2021.
Peningkatan tersebut terutama bersumber dari Kelompok Suku Cadang dan Aksesori yang tercatat tumbuh tinggi sebesar 24,7 persen (mtm), berbalik arah dari minus 24,7 persen (mtm) dari bulan sebelumnya. Kelompok lain yang tercatat meningkat antara lain subkelompok Sandang dan Bahan Bakar Kendaraan Bermotor yang masing-masing tercatat tumbuh 2,5 persen (mtm) dan 8,5 persen (mtm).
"Responden menyatakan bahwa peningkatan penjualan didorong oleh permintaan masyarakat sejalan dengan pelonggaran PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) di berbagai daerah," jelas Nur.
Secara tahunan, penjualan eceran Agustus diindikasi membaik meski masih dalam fase kontraksi sebesar minus 2,1 persen (yoy), tidak sedalam minus 2,9 persen (yoy) pada Juli 2021.
Nur membeberkan bahwa perbaikan penjualan secara tahunan terjadi pada mayoritas kelompok komoditas yang disurvei seperti kelompok Bahan Bakar Kendaraan bermotor yang tercatat tumbuh sebesar 5,9 persen (yoy), dari 4,5 persen (yoy) pada Juli 2021 dan kelompok Suku Cadang dan Aksesori yang mengalami kontraksi minus 3,7 persen (yoy), membaik dari minus 13,5 persen (yoy) pada bulan sebelumnya.
"Sementara itu, kelompok komoditas Makanan, Minuman, dan Tembakau tercatat tumbuh 5,8 persen (yoy), meski lebih rendah dari 6,7 persen (yoy) pada Juli 2021," pungkas Nur.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News