Berdasarkan tren harga yang dikutip dari Chicago Board of Trade (CBOT), harga kedelai dunia pada minggu keempat Juli 2021 sebesar USD14,33 per bushels atau Rp8.924 per kg landed price, naik sekitar 5,4 persen dibanding sebulan sebelumnya USD13,6 per bushels atau Rp8.526 per kg landed price.
"Fluktuasi harga kedelai dunia disebabkan komoditas kedelai asal Amerika Serikat yang masih belum memasuki masa panen. Sehingga, berdampak pada naiknya harga kedelai saat ini," kata Direktur Jenderal Perdagangan Dalam negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan menjelaskan dalam keterangan tertulis, Rabu, 4 Agustus 2021.
Ia meminta pelaku usaha tetap tenang dan meminta kepada para perajin tahu dan tempe untuk terus berproduksi agar masyarakat tetap dapat memenuhi kebutuhan proteinnya dengan baik.
Menurutnya, dampak kenaikan harga kedelai dunia baru akan terasa bulan mendatang. Dengan turunnya harga kedelai secara signifikan selama ini, para perajin diharapkan masih mendapatkan harga kedelai yang wajar dan terjangkau.
Saat ini, secara umum harga kedelai di tingkat perajin di kota-kota besar dan sentra produksi utama kedelai tetap terjaga sekitar Rp10 ribu per kg. Sementara ketersediaan kedelai secara nasional masih sangat mencukupi. Stok secara nasional masih sekitar 610 ribu ton dan cukup untuk tiga bulan mendatang.
"Kami memastikan ketersediaan stok kedelai dapat terus memenuhi keperluan industri tahu dan tempe," ujarnya.
Pemerintah pun mengimbau kepada pelaku usaha kedelai dan para perajin agar jangan khawatir dan tetap menjalankan kegiatan usahanya agar masyarakat dapat menikmati tahu dan tempe sebagai salah satu sumber protein dengan harga yang terjangkau.
Kementerian Perdagangan akan terus memantau dan mengevaluasi pergerakan harga kedelai dunia, baik ketika terjadi penurunan ataupun kenaikan harga. Kementerian Perdagangan ingin memastikan harga kedelai di tingkat perajin tahu dan tempe serta harga tahu dan tempe di pasar berada di tingkat yang wajar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News