Direktur Utama Kimia Farma Verdi Budidarmo mengatakan pihaknya tetap menambah produksi obat tersebut meski belum ada rekomedasi khusus untuk penyembuhan covid-19.
"Ini juga masuk kajian kita sebagai pengembangan bahan baku obat. Ini beberapa hal yang kami lakukan untuk bahan baku obat covid," katanya dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR-RI, Selasa, 21 April 2020.
Dalam presentasinya, Verdi menjelaskan pengembangan bahan baku obat covid-19 bergantung pada ketersediaan produsen finish product di Indoneisa.
Sementara untuk Chloroquin dan Hydroxy Chloroquin dipastikan sudah diproduksi oleh Kimia Farma, dengan catatan kedua obat tersebut memiliki economical adventage yang rendah jika dilihat melalui perspektif pengembangan bahan baku obat.
Di sisi lain, banyak tantangan yang dihadapi dalam pengembangan bahan baku obat. Mulai dari hilir hingga hulu, seperti market domestik dan kewajiban menggunakan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN), pajak, hingga bahan baku dari industri kimia dasar yang belum optimal.
"Dukungan yang diperlukan dalam pengembangan bahan baku obat ada beberapa tantangan. Hilirisasi kami memerlukan kepastian pasar di dalam negeri, perlindungan pasar domestik, fasilitasi pasar global. Di hulu seprti area khusus industri, operasional insentif tax," sebutnya.
Verdi melanjutkan emiten berkode KAEF ini juga melakukan impor rapid test Biozex dari Belanda sebanyak 10 ribu boks. Sebanyak 6.500 rapid test sudah didistribusikan ke fasilitas layanan kesehatan, laboratorium pemeriksa covid-19, serta dinas kesehatan. Rapid test tidak disalurkan melalui ritel maupun perorangan.
"Rapid test Biozex tidak didistribusikan melalui ritel dan perorangan serta online dan sesuai pada regulasi cara distribusi obat yang baik dan benar," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News