Hal itu disampaikan Ketua Pengusaha Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DKI Jakarta Sutrisno Iwantono. Dia mengakui tutupnya restoran tersebut karena belum siap mengantisipasi kebijakan PPKM.
"Kami berharap kebijakan-kebijakan ini sifatnya jangan kejutan-kejutan, dan kita tergagap-gagap untuk merespons. Tiba-tiba muncul istilah lockdown akhir pekan," ujar Sutrisno saat konferensi pers virtual, Jumat 5 Februari 2021.
Dia menyarankan pemerintah harusnya merangkul pelaku usaha untuk menyosialisasikan kebijakan PPKM. Pasalnya hotel dan restoran menjadi sektor yang paling pertama terdampak dan paling terakhir recovery.
Sutrisno bahkan mengatakan jika rencana diterapkannya lockdown terjadi, kemungkinan restoran yang tutup semakin banyak. Bahkan dia memprediksi akan ada restoran tutup hingga 750 tempat.
"Mungkin lebih banyak, karena resto tidak melapor mandiri," tutur Sutrisno.
Sepinya pemasukan selama PPKM tentu menjadi alasan utama. Apalagi menurutnya banyak restoran yang gagal mendapatkan pelanggan karena pembatalan mendadak, seperti acara pernikahan maupun pertemuan.
"Kita harus kembalikanseluruh uang muka yang kita terima. Ini betul-betul memberatkan kita, situasi terpuruk apalagi kalau hotel-hotel itu checkout-nya lebih awal berarti keluar sebelum lockdown," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News