Ketiga, lanjut Azmy Zen, saring bilamana muncul kata kotor pemicu konflik, yang tak jarang mencatut tokoh ternama. Stop di jarimu, jangan ikut jadi penerusnya. ”Kuncinya, tetaplah kritis dan bijak merespons. Ini jurus cerdas agar kita kebal hoaks,” pesan Azmy, dalam keterangan tertulis, Kamis, 31 Agustus 2023.
Azmy mengingatkan, ada hal sepele yang tanpa disadari jadi kebiasaan buruk warganet dalam penyebaran hoaks yakni tidak membaca informasi dengan tuntas. "Banyak terjadi, utamanya di WhatsApp Group, berita dilihat judul dan terkadang ditambah foto bombastis. Tanpa dicek dan saring, langsung di-share ke mana-mana, tanpa menyadari kalau itu hoaks,” kata Azmy.
Sementara itu, dari sudut pandang keamanan digital, influencer yang juga musisi Ana Livian menyebut pentingnya meningkatkan kecakapan digital untuk menangkal hoaks. Di antaranya, cakap atau terampil menggunakan aplikasi yang ditambah dengan pengamanan password yang kuat. Hal itu akan memberi rasa aman ganda saat mengakses media sosial.
Baca: Bank DKI Genjot Program Transformasi 5.0 |
"Pengamanan tidak hanya untuk diri sendiri. Sangat bagus kalau kecakapan ini diajarkan kepada anggota keluarga dan masyarakat, agar semakin banyak yang terhindar dari pengaruh hoaks. Juga, tidak terkecoh pada ancaman phising, kejahatan digital lewat informasi yang memancing kita dengan tujuan mencuri data pribadi,” kata Ana Livian.
Banjir hoaks
Di sisi lain, banjir yang satu ini makin meluap tak terkendali. Banjir hoaks namanya. Ini lah berita atau konten palsu yang isinya memicu keresahan dan membingungkan. Juga, merusak kesatuan dan persatuan negeri dengan enam agama resmi dan 1.340 suku bangsa.Kalau tak bijak dan cerdas menyikapi banjir hoaks yang menggelontor di beragam platform media sosial, tanpa sadar warganet justru ikut jadi penyebarnya. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mencatat, dari Agustus 2018 sampai dengan awal 2022 beredar 9.546 hoaks yang membanjiri beragam platform.
"Media sosial menempati posisi tertinggi (92,4 persen), disusul situs web (34,9 persen), dan perpesanan WhatsApps (62,8 persen)" ujar dosen Pascasarjana Ilmu Komunikasi, Universitas Sutan Ageng Tirtayasa (Untirta), Neka Fitriyah, dalam diskusi literasi digital di Desa Cilabanbulan, Kecamatan Menes, Pandeglang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News