Ilustrasi. Foto: AFP/Bay Ismoyo.
Ilustrasi. Foto: AFP/Bay Ismoyo.

Meramu IPO supaya Tetap Laris pada Tahun Resesi

Insi Nantika Jelita • 12 Desember 2022 13:23
TANTANGAN besar menanti rencana empat anak usaha BUMN yang akan membuka penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) pada 2023 nanti.
 
Pengamat BUMN dari Lembaga Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Toto Pranoto menuturkan tantangan tersebut muncul karena IPO digelar pada saat ekonomi dunia diprediksi mengalami resesi.
 
"Dengan kondisi perekonomian global yang tidak menentu, prospek IPO beberapa BUMN akan mengalami jalan terjal. Maksudnya, investor mungkin sedang tidak terlalu melirik pasar modal sebagai tujuan investasi pada 2023," ujarnya, dilansir Media Indonesia, Senin, 12 Desember 2022.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Keempat anak usaha BUMN yang bakal melantai di bursa ialah PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), PT Pertamina Hulu Energi (PHE), Palm Co, dan PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT). Rencana aksi korporasi perusahaan pelat merah tersebut disampaikan Wakil Menteri (Wamen) BUMN I Pahala N Mansury saat rapat kerja (raker) bersama Komisi VI DPR pada Rabu, 7 Desember 2022.
 
Toto menyebut PHE sebagai subholding upstream Pertamina yang bergerak di bidang pengeboran minyak dan gas (migas) akan mengalami tantangan tersendiri. Dengan melakukan banyak eksplorasi baru untuk sumber minyak baru, PHE akan memerlukan investasi besar.
 
"Di eksplorasi itu tetap masih ada risiko dry hole atau tidak ditemukannya cadangan migas yang tinggi. Jadi, kesuksesan IPO perusahaan seperti ini memang tidak mudah," katanya.
 
Menurut Toto, diperlukan 'pemanis' (sweetener) untuk memastikan IPO BUMN akan menarik bagi investor. Sweetener itu, misalnya, soal pricing saat IPO. Saat bookbuilding dengan calon investor besar, harganya mesti dibuat menarik jika dibandingkan dengan harga resmi saat IPO.
 
Ia juga menambahkan sebagai perusahaan terbuka nantinya, para anak usaha BUMN tersebut dituntut memiliki performa usaha yang prima sehingga akan terus dilirik investor.
 
Dihubungi dalam kesempatan terpisah, pengamat pasar modal dan Founder Traderindo.com, Wahyu Laksono, berpandangan IPO mempunyai banyak keuntungan. Selain mendapatkan banyak dan variasi sumber pendanaan, termasuk insentif pajak, IPO juga bisa memacu perbaikan tata kelola perusahaan.
 
"Karena transparansi atau audit publik itu diperlukan sehingga perusahaan akan cepat tumbuh dan semakin besar," ucapnya.
 
Keuntungan lainnya ialah bisa mendongkrak kinerja emiten karena modal akan semakin besar dan meningkatkan kemandirian perusahaan. Itu disebabkan emiten bisa langsung mencari pendanaan di pasar modal.
 
"Selain itu, perusahaan terbuka memungkinkan kemudahan dalam mendapatkan mitra strategis," sebutnya.
 
Baca juga: Kementerian BUMN Paparkan Rencana IPO 4 BUMN di 2023

Kesehatan perseroan

Dalam raker Komisi VI bersama Wamen BUMN I, anggota DPR Komisi VI Harris Turino berpandangan perlunya dipertimbangkan momentum rencana IPO tersebut. Adanya kemungkinan resesi dan kenaikan suku bunga, para investor tentunya akan lebih hati-hati.
 
"Di 2023 itu tahun yang gelap, jangan sampai di tengah kenaikan suku bunga, saat melakukan IPO, terpaksa harganya tidak bisa maksimal. Ini perlu menjadi catatan," kata politikus PDIP itu di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta.
 
Ia meminta Kementerian BUMN menyusun jadwal IPO dengan matang karena tahapan pra-IPO masih panjang hingga dinyatakan layak untuk IPO.
 
Harris juga menyoroti rencana IPO Palm Co yang merupakan subholding bidang kelapa sawit milik PT Perkebunan Nusantara III (Persero) atau PTPN III. Ia menyinggung soal kesehatan keuangan perusahaan tersebut yang pendapatannya naik turun.
 
Pada 2015, PTPN III merugi sekitar Rp615 miliar. Sementara itu, pada Oktober 2017, perseroan tersebut mencatatkan laba bersih konsolidasi sebesar Rp921 miliar, tumbuh signifikan sebesar 214 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama pada 2016 yang rugi sebesar Rp806 miliar.
 
Kemudian Holding Perkebunan Nusantara PTPN III juga berhasil mendapatkan laba bersih senilau Rp1,078 triliun hingga Mei 2021, dari posisi rugi sebesar Rp834 miliar pada 2020. Hal itu dianggap Harris menjadi tantangan BUMN untuk meyakinkan para investor.
 
"PTPN bertahun-tahun rugi, dari 2015, 2016, lalu baru untung di 2017, 2018. Kemudian jatuh lagi hingga 2020. Lalu pada 2021 mengalami kenaikan karena keuntungan harga komoditas sawit. Ini yang mesti diperhatikan, sejauh mana kesehatan perusahaan ini," ucapnya.
 
Sementara itu, untuk IPO PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), rencana tersebut diramalkan akan memiliki prospek yang baik. Dalam aksi korporasi itu, PGE diproyeksikan mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) karena isu energi terbarukan saat ini menarik dan diminati banyak pihak. Terlebih didukung performa keuangan PGE yang stabil.
 
Berdasarkan data Kementerian BUMN, laporan keuangan PGE per 2021, pendapatan yang dicapai sebesar USD369 juta atau sekitar Rp5,71 triliun dengan EBITDA margin sebesar 78,7 persen pada tahun lalu. "PGE malah akan mudah oversubscribed karena industri energi terbarukan bagus prospeknya sehingga bisa diharapkan ada respons positif masyarakat," kata Harris.
 
Dalam kesempatan yang sama, anggota Komisi VI DPR dari Fraksi Gerindra, Khilmi, mempertanyakan rencana IPO PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim). Ia menyebut anak usaha Pupuk Indonesia Holding Company itu memiliki keuangan perusahaan yang baik. Pada semester I-2022, Pupuk Kaltim membukukan laba bersih senilai Rp9 triliun atau melampaui target 2022 yang sebesar Rp5 triliun.
 
"Walau tidak IPO, keuangan Pupuk Kaltim sangat bagus. Alangkah baiknya Pupuk Kaltim memikirkan bagaimana pupuk NPK bisa meningkat, ini dulu yang harus dipikirkan," ungkapnya.
 
Baca juga: Di Balik Rencana IPO PHE

Butuh modal besar

Wakil Menteri BUMN I Pahala N Mansury dalam raker bersama Komisi VI DPR mengungkapkan alasan rencana IPO PHE ialah untuk kebutuhan pendanaan belanja modal (capital expenditure/capex) yang mencapai USD4 miliar-USD6 miliar atau Rp60 triliun-Rp90 triliun serta untuk membayar utang perseroan yang mencapai USD4,5 miliar atau setara dengan Rp70,20 triliun kepada pihak ketiga hingga saat ini.
 
"Kami harapkan pelaksanaan IPO, selain meningkatkan transparansi, PHE juga meningkatkan diversifikasi sumber pendanaan yang besar ini," kata Pahala.
 
PHE akan menawarkan 10-15 persen sahamnya di pasar modal. Dengan adanya pendanaan dari IPO, diharapkan Kementerian BUMN bisa mengoptimalkan peran PHE dalam menjaga momentum harga minyak dan gas bumi dunia yang tinggi di tingkat global.
 
"Juga bisa menumbuhkan sentimen baik pada investor energi serta bisa mengoptimalkan rencana ini karena di Indonesia masih minim emiten untuk eksplorasi dan produksi migas yang IPO," terangnya.
 
Selain itu, pendanaan dari IPO akan digunakan PHE untuk pengembangan blok migas di Indonesia ataupun di luar negeri. Pahala berharap dengan modal tersebut PHE bisa menjadi basis cadangan minyak terbesar.
 
"PHE sudah mengoperasikan wilayah kerja (WK) besar di Aljazair serta pertumbuhan organik dan nonorganik yang sudah beroperasi di beberapa wilayah kerja dengan mitra global terkemuka lainnya," ucap Pahala.
 
Sementara itu, untuk IPO PGE, lanjutnya, dana yang terkumpul akan digunakan untuk pengembangan panas bumi dengan jumlah kapasitas terpasang bisa meningkat hingga 600 megawatt (MW). Kontrak jangka panjang antara PGE dan PLN dalam menghasilkan listrik serta uap juga menjadi poin positif untuk PGE melakukan IPO.
 
"Nanti IPO tersebut akan digunakan untuk rencana pertumbuhan kapasitas terpasang. Dalam dalam lima tahun mendatang, PGE diharapkan bisa meningkatkan kapasitas terpasang sampai dengan 600 MW," bilangnya.
 
PGE akan menawarkan saham sebesar 20-30 persen ke publik. Sampai saat ini, progres IPO PGE telah memasuki registrasi pertama dan kedua di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sehingga harga IPO diharapkan akan diumumkan pada awal 2023.
 
Aksi korporasi lainnya juga akan dilakukan Palm Co. Penggabungan beberapa perusahaan PTPN diharapkan meningkatkan kinerja usaha yang menghasilkan produk-produk atau komoditas yang terkait kelapa sawit.
 
Pahala mencontohkan pengembangan dari bahan baku yang paling utama untuk bisa menghasilkan biosolar serta palm oil mill effluent (POME) dan fatty acid methyl ester (FAME) guna meningkatkan ketahan energi nasional. Adapun tawaran saham Palm Co ke publik sekitar 10-20 persen.
 
"Pengumpulan modal ini juga untuk melakukan replanting (penanaman ulang) bagi perkebunan kelapa sawit yang dimiliki oleh plasma yang berada di sekeliling PTPN, khususnya yang terkait dengan kelapa sawit," ujarnya.
 
Berikutnya, IPO Pupuk Kaltim akan dipakai untuk meningkatkan kapasitas produk pupuk dan pengembangan pabrik Amorea di Papua, Papua Barat, dan kawasan Maluku nantinya.  Pupuk Kaltim, sebut Pahala, merupakan perusahaan pupuk urea terbesar di ASEAN dengan kapasitas produksinya mencapai 6,5 juta ton per tahun dan menjadi salah satu kontributor besar PT Pupuk Indonesia yang memiliki kapasitas produksi sebesar 21,1 juta ton per tahun. Tawaran saham Pupuk Kaltim ditargetkan sekitar 10-20 persen.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id


 
(AHL)



LEAVE A COMMENT
LOADING

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif