Ilustrasi the fed. Foto: AFP.
Ilustrasi the fed. Foto: AFP.

Inflasi Rendah dan Pengangguran Tinggi

Arif Wicaksono • 09 April 2023 09:27
SETIAP kebijakan mengejutkan seperti kenaikan suku bunga bank sentral AS (Fed) yang diikuti negara besar lain, memberikan dampak kejutan tingginya pengangguran. Dalam teori ekonomi moneter, kenaikan suku bunga digunakan untuk melawan inflasi yang bisa menekan konsumsi, sehingga akhirnya output suatu negara akan berkurang dan mendorong pengangguran.
 
baca juga: Dolar AS Sukses Kalahkan 6 Mata Uang Utama, Ini Boosternya

Pada awal tahun ini misalnya, kenaikan suku bunga sudah menelan korban dengan kejatuhan Silicon Valley Bank (SVB). SVB yang kerap menimbun obligasi AS dalam jangka panjang terpaksa menjual asetnya karena kesulitan pendanaan dana murah yang kerap didapatkan dari startup. Ketika startup menarik dananya, SVB harus mencairkan aset obligasi yang nilainya kerap turun ketika suku bunga tinggi, sehingga merugi.
 
Kemudian big company seperti Google dan Facebook yang melakukan Pemangkasan Hubungan Kerja (PHK) besar-besaran. PHK yang dilakukan Google mencapai sebesar. Facebook dengan META lakukan PHK sebesar 21 ribu karyawan. Google melakukan PHK sebesar 12 ribu karyawan.
 
Sindrom startup global itu seperti menular ke indonesia yang ekonominya masih diprediksi membaik pada tahun ini dengan Pemangkasan Hubungan Kerja (PHK) sejumlah startup berlabel unicorn. Bahkan beberapa startup yang baru beroperasi selama setahun sudah menyatakan bendera putih pada tahun ini.

Akankah kebijakan moneter suku bunga bank sentral efektif untuk meredam gangguan ekonomi dalam jangka panjang akibat inflasi tinggi?

Inflasi moneter dan nonmoneter

Kekhawatiran ini karena sumber inflasi terjadi karena dua hal yakni inflasi nonmoneter dan moneter. Inflasi non moneter pada tahun lalu terjadi ketika harga komoditas naik pesat karena kendala supply chain. Sedangkan inflasi moneter terjadi karena kebijakan bakar uang The Fed yang digunakan untuk menstimulus ekonomi dalam jangka pendek terlalu kencang dan tak diserap sektor riil secara sempurna.
 
Persoalan inflasi nonmoneter dalam jangka panjang akan mereda. Ketika perang Rusia-Ukraina belum juga berhenti, harga komoditas seperti coal, CPO, dan oil sudah turun meskipun belum kembali ke level pra pandemi covid-19. Namun inflasi moneter agak sulit diturunkan.
 
Inflasi di AS capai level 6,4 persen dalam setahun. Masih jauh dibandingkan level sebelum pandemi covid- 19 dengan inflasi sebesar 2,5 persen. Pengangguran di AS belum pulih dengan data non farm payrol sebesar 236 ribu (maret 2023) dibandingkan dengan target sebesar 239 ribu. Pengangguran mencapai 3,9 persen, Maret 2023, atau mendekati level sebelum pandemi covid-19.
 
Dengan target inflasi dua persen seperti keyakinan The Fed, masih akan ada ruang untuk menaikan suku bunga lagi dalam jangka menengah, meskipun kenaikan suku bunga sebesar 25 bps pada Maret di bawah prediksi 50 bps, memberikan sinyal The Fed bisa saja melonggarkan kebijakan kenaikan suku bunga pada akhir tahun.  
 
Angka pengangguran pun masih jauh dari target the Fed yakni level 4,5 persen juga mendukung aksi The Fed melakukan kenaikan suku bunga untuk meredam inflasi. The Fed mengatakan ekonomi AS tumbuh hanya 0,4 persen pada tahun ini. Ekonomi global juga diramal terkontraksi menjadi 2,3 persen.  
 
Ketika AS menggunakan instrumen moneter untuk meredam inflasi maka trade off seperti yang terjadi dalam Kurva Phillips (1958), yakni inflasi rendah dan pengangguran tinggi, tak terelakan dan bisa menimbulkan resesi.

Inflasi rendah dan pengangguran

Sejarah membuktikan inflasi rendah menjadi senjata AS untuk bangkitkan ekonomi AS setelah krisis finansial akibat bubble perumahan pada 2008. Pada kurun waktu 2008-2015 inflasi AS cukup rendah dengan dengan level Inflasi paling tinggi tiga persen dan terendah 0,7 persen.
 
Pertumbuhan ekonomi AS paling tinggi hanya sebesar 2,95 persen dalam setahun . Dalam kurun itu level pengangguran di atas rata-rata dalam range terendah 5,28 persen hingga 9,63 persen. Suku bunga AS rendah pada waktu itu tak mampu mengurangi pengangguran secara drastis karena dampak krisis finansial yang berkepanjangan.
 
Dengan rekam jejak perlunya pemerintah AS menjaga inflasi rendah, kekhawatiran selanjutnya adalah tren inflasi rendah bisa dicapai dengan mengorbankan kesempatan kerja kalangan buruh setelah berusaha bangkit dari pandemi covid-19 dengan kenaikan tingkat suku bunga.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan