Selanjutnya diproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II, III, dan IV tahun ini berada di zona positif. Alhasil, ekonomi Indonesia 2021, secara akumulasi, akan tumbuh positif dibandingkan 2020 lalu.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Rabu pagi yang menyebutkan ekonomi kuartal I-2021 tercatat tumbuh -0,74 persen dari kuartal I tahun lalu. Pada kuartal I tahun lalu, kondisi perekonomian Indonesia dapat dikatakan belum terkena dampak pandemi, mengingat kasus pertama covid-19 di Indonesia baru terjadi pada 2 Maret 2020.
Bahkan sempat terjadi penguatan aktivitas ekonomi pada akhir Maret 2020 akibat adanya panic buying atas beberapa jenis barang tertentu, terutama produk kesehatan dan kebutuhan pokok. Setelah itu terjadi pandemi.
Ternyata, setelah satu tahun berlalu, ekonomi Indonesia mampu bertahan dari tekanan. Selisih tipis, yang hanya sebesar -0,74 persen secara tahunan dibanding masa sebelum pandemi, menunjukkan perekonomian kita sanggup bertahan. Kita akan segera masuk ke zona positif.
Menurut BPS, sebanyak 64,56 persen PDB menurut lapangan usaha di triwulan I (yoy) berasal dari industri, pertanian, perdagangan, konstruksi, dan pertambangan. Indikator tersebut mengindasikan sektor riil sudah bergerak lebih produktif dibandingkan sebelumnya.
Selain itu kita juga melihat bahwa neraca perdagangan surplus di kuartal I dengan ekspor tumbuh 6,74 persen, dan impor masih terkendali tumbuh 5,27 persen. BPS merilis pertumbuhan ekonomi nasional, menurut pengeluaran, terdiri atas pertumbuhan konsumsi sebesar -2,23 persen, investasi -0,23 persen, belanja pemerintah 2,96 persen, ekspor 6,74 persen, dan impor 5,27 persen.
Melihat rincian tersebut, harus diakui bahwa pandemi covid-19 ini masih menekan perekonomian kita, baik dari sisi supply maupun sisi demand, sehingga pemerintah terus bekerja sama dengan otoritas moneter berupaya untuk memperbaiki kedua sisi tersebut.
Presiden Jokowi optimistis perekonomian Indonesia akan kembali tumbuh positif pada kuartal II dan kuartal berikutnya di 2021. Untuk memastikan agar target itu tercapai, penanganan pandemi harus dilakukan sesuai protokol kesehatan untuk mempertahankan tren penurunan kasus aktif dan penularan wabah virus korona di Indonesia. 3M tidak boleh diabaikan, jangan mudik, belanja lebih baik secara online, selain vaksinasi akan terus digenjot pemerintah.
Selain itu, daerah perlu mempercepat serapan anggarannya masing-masing agar roda ekonomi di daerah ikut bergerak. Presiden juga sudah meminta kepala daerah benar-benar mampu meningkatkan investasi swasta di daerahnya agar lapangan kerja ikut tercipta.
Dengan kerja sama yang solid dari banyak pihak tersebut, maka konsumsi masyarakat dapat tumbuh tinggi tanpa kembali terganggu dengan pengetatan pembatasan sosial, pembangunan terus berjalan dan mendatang investasi, diperkuat dengan belanja pemerintah yang ekspansif melalui berbagai program Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional yang pada 2021 ini mencapai Rp699,43 triliun, sehingga target pertumbuhan positif pada triwulan II-2021 dapat kita capai.
Faktor eksternal juga dapat turut mendorong penguatan ekonomi Indonesia. Beberapa negara mitra dagang utama Indonesia seperti Tiongkok (18,3 persen), Amerika (0,4 persen), dan Singapura (0,2 persen) sudah memasuki fase pertumbuhan positif. Ini diyakini bisa memperkuat permintaan ekspor Indonesia ke negara-negara tersebut.
Namun kita juga harus mencermati, mitra dagang lain seperti India justru mengalami pemburukan dalam kasus pandemi sehingga bisa mempengaruhi perdagangannya dengan Indonesia. Negara-negara utama di Uni Eropa juga masih mengalami pertumbuhan yang negatif. Sehingga pemerintah masih mencermati perkembangan dan melakukan langkah-langkah antisipasi yang diperlukan.
Arif Budhimanta
Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id