Ilustrasi. Foto: AFP./Alex Edelman.
Ilustrasi. Foto: AFP./Alex Edelman.

Mencegah Kiamat Ekonomi Imbas Gagal Bayar Paman Sam

M Ilham Ramadhan • 15 Mei 2023 12:04
MENTERI Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen kembali mendesak Kongres AS untuk menaikkan batas utang federal hingga USD31,4 triliun. Desakan itu diperuntukkan mencegah gagal bayar utang 'Negeri Paman Sam yang disebut bakal memicu malapetaka global.
 
Tanpa adanya konsensus dalam Kongres AS untuk menaikkan pagu utang, AS berpotensi mengalami gagal bayar per Juni 2023. Kondisi tersebut disorot banyak pihak dan mereka mengkhawatirkan dampak rambatannya.
 
Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF), misalnya, telah mewanti-wanti AS agar sesegera mungkin mengatasi persoalan itu. Pasalnya, imbas dari gagal bayar tersebut akan memberikan dampak yang cukup serius bagi perekonomian global.

"Penilaian kami ialah akan ada dampak yang sangat serius. Tidak hanya untuk AS, tapi juga untuk ekonomi global jika terjadi gagal bayar utang AS. Kami sangat mendorong para pihak di AS untuk bersama-sama mencapai konsensus untuk segera mengatasi masalah ini," ujar juru bicara IMF Julie Kozack seperti dikutip pada Jumat, 12 Mei 2023.
 
Dia mengatakan AS juga didorong untuk tetap mewaspadai kondisi perbankan, utamanya bank-bank regional. Itu disebabkan IMF menilai ada kerentanan terhadap peralihan suku bunga rendah ke suku bunga yang lebih tinggi. Terlebih, transisi itu berlangsung secara cepat dan menimbulkan daya kejut bagi sejumlah bank regional di AS.
 
Kozack menyatakan otoritas di 'Negeri Paman Sam' sedianya telah mengambil tindakan cepat dan itu patut diapresiasi. Hanya saja, penting bagi pembuat kebijakan di AS untuk tetap waspada dari kerentanan yang sulit terlihat pada masa tingginya suku bunga acuan saat ini.
 
 
Baca juga: Ini Dampak Krisis Perbankan AS ke Indonesia, Bahaya Nggak Sih?
 

Siapkan antisipasi


Jika potensi gagal bayar AS menjadi kenyataan, Indonesia tentu tak akan luput dari dampak negatifnya. Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menyatakan dampak itu akan terasa pada stabilitas perekonomian.
 
Pertama, suku bunga akan menjadi lebih mahal lantaran AS mau tak mau menaikkan suku bunga untuk menjaga investor tetap membeli obligasi 'Negeri Paman Sam'. Pada saat yang sama, itu berarti bunga pinjaman kian memberatkan pelaku usaha dan konsumen di Indonesia. Karena kenaikan suku bunga, kekhawatiran adanya hambatan pada laju pertumbuhan ekonomi perlu diperhatikan.
 
Dampak kedua dari kondisi gagal bayar AS terhadap Indonesia ialah terjadinya capital outflow (arus modal keluar). Pasalnya, investor akan mencari aset-aset yang jauh lebih aman. "Karena investor memersepsikan aset sekelas utang AS saja bisa gagal bayar, apalagi aset berisiko tinggi. Pada akhirnya, keluarnya modal asing akan melemahkan kurs rupiah," jelas Bhima.
 
Dampak ketiga ialah kinerja ekspor nasional bakal terganggu. Apalagi AS merupakan negara mitra dagang tradisional Indonesia dengan pangsa yang relatif besar. Kinerja produk-produk seperti tekstil, alas kaki, pakaian jadi, dan bahan baku industri tujuan AS dipastikan bakal merosot.
 
"Apabila gagal bayar utang AS menjadi kenyataan, skenario terburuk adalah kiamat ekonomi, bahkan lebih buruk daripada krisis pandemi dan depresi besar 1930-an," kata Bhima.
 
Namun, Indonesia dinilai dapat menekan dampak negatif dari kondisi gagal bayar AS. Hal itu dapat dilakukan dengan mengambil langkah antisipasi sebagai pencegahan adanya pemburukan yang terlalu dalam.
 
Indonesia sedari sekarang dirasa perlu untuk melakukan stress test terhadap lembaga keuangan yang rentan terdampak oleh krisis utang di AS.
 
"Kemudian keluarkan paket kebijakan untuk menjaga sektor riil supaya tetap tumbuh melalui penebalan anggaran perlindungan sosial, hingga stimulus bagi sektor berorientasi ekspor, khususnya yang bersifat padat karya," tutur Bhima.
 
 
Baca juga: Alarm Gagal Bayar Utang AS Kian Nyaring Berbunyi, RI Diminta Ambil Ancang-Ancang!
 

Prospek masih baik


Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan sejauh ini isu potensi gagal bayar AS belum memberikan pengaruh negatif pada perekonomian Indonesia. Secara keseluruhan prospek ekonomi nasional masih terbilang menjanjikan dan cukup baik.
 
"Sampai hari ini kalau kita lihat, tidak ada pengaruh kepada perekonomian kita, terutama pasar belum memberikan sinyal," ujar dia dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), pekan lalu.
 
Sri Mulyani mengatakan potensi tersebut sedianya merupakan bagian dari dinamika ekonomi politik di AS. Pemerintah AS menginginkan peningkatan plafon utang, tetapi harus dengan persetujuan dari Kongres AS.
 
"Untuk membuka debt ceiling, di sana ada dinamika politik. Jadi, ini lebih merupakan suatu dinamika politik," jelas dia.
 
Dampak yang paling mungkin dirasakan Indonesia jika AS mengalami gagal bayar ialah di pasar Surat Berharga Negara (SBN). Namun, sejauh ini pasar obligasi negara masih cukup prospektif dan terbilang baik.
 
Imbal hasil SBN di tahun berjalan (year to date/ytd) bahkan mengalami penurunan hingga 50 basis poin (bps). Kinerja SBN juga disebut cukup mumpuni lantaran terjadi aliran modal masuk (capital inflow) menjadi sekitar Rp65 triliun.
 
"Dari sekian banyak negara, termasuk emerging market, Indonesia termasuk negara yang memiliki kinerja baik. Pertumbuhannya masih di atas lima persen, sangat jarang di hari ini. Inflasinya turun duluan, itu juga baik. Kemudian dari sisi fiskal juga membaik, monetary prudent dan terjaga. Itu semua kombinasi yang agak langka di hari ini. Jadi, kita mendapatkan suatu positive support sentiment karena kinerja ekonomi membaik," jelas Menkeu.
 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan