Ilustrasi pedagang cabai. Foto: Medcom.id/Daviq Umar.
Ilustrasi pedagang cabai. Foto: Medcom.id/Daviq Umar.

Terancam Harga Komoditas

Ade Hapsari Lestarini • 06 Maret 2022 06:24
PERTENGAHAN Februari lalu, saya, dan mungkin beberapa orang lainnya, sempat sedikit kesal. Pasalnya, ketika ingin membeli tahu di abang gorengan, tahunya menghilang! Ini karena perajin  tahu tempe mogok produksi.
 
Eh, sekarang, tahunya sudah ada, tapi cabainya hanya diberi beberapa buah saja. Tidak banyak seperti biasanya. "Harga cabai mahal!" tegas si abang tukang gorengan kepada Medcom.id.
 
Wah bagaimana ini, saya terancam gagal makan pedas. Mungkin terdengar lebai, tapi kurang nikmat rasanya makan gorengan hanya dengan satu buah cabai saja. Saya pun harus mengeluarkan uang ekstra untuk membeli cabai milik abang gorengan.

Apalagi sebentar lagi bulan Ramadan dan Idulfitri. Pasti semua harga komoditas akan naik. Sudah hal yang lumrah dan wajar, karena permintaan dari masyarakat pasti tinggi. Selain itu, banyak juga pedagang yang ambil untung, walaupun tipis.
 
Pemerintah, melalui Kementerian Perdagangan pun sudah wanti-wanti, kalau harga kedelai sampai daging sapi bakal naik. Walau mereka mengeklaim harga pangan lainnya secara umum masih relatif stabil. Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Oke Nurwan mencatat ada beberapa harga komoditas yang naik seperti bawang merah, cabai merah, cabai merah keriting, cabai merah besar, cabai rawit merah, dan kedelai.

Penyebab harga komoditas naik


Melansir Mediaindonesia.com, kenaikan harga komoditas ini bukan tanpa sebab. Curah hujan yang tinggi saat musim panen membuat produktivitas bawang merah turun sekitar 50 persen. Namun demikian, kenaikan harga bawang merah sifatnya diklaim sementara, karena tanaman di sentra produksi banyak yang rusak akibat curah hujan yang tinggi tersebut.
 
Sementara untuk daging, ketersediaannya agak terhambat karena referensi daging oleh masyarakat Indonesia masih berupa daging segar. Sementara untuk penyangganya, Bulog telah menggelontorkan daging beku sebanyak 10 ribu ton mulai awal Maret. Selain itu, pasokan dari Australia mengalami reformulasi, sehingga harganya menyentuh USD4,3 per kilogram (kg) untuk sapi hidup. Ini mengakibatkan harga daging sapi Australia di Indonesia berada di atas Rp130 ribu per kg.
 
Sedangkan untuk kenaikan harga kedelai, sebagai dampak dari turunnya produksi di negara-negara Amerika Selatan. Importir sempat mau menghentikan importasinya akibat harga kedelai yang tinggi imbas perang Ukraina dan Rusia. Namun, ketersediaan kedelai penting karena 150 ribu perajin tahu-tempe sangat bergantung terhadap impor.

Kelahiran Badan Pangan Nasional


Pada 21 Februari 2022 lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) melantik Arief Prasetyo Adi sebagai Kepala Badan Pangan Nasional. Adapun Badan Pangan Nasional atau National Food Agency (NFA) sebagai lembaga yang baru dibentuk menjadi harapan Indonesia dalam mengatasi permasalahan pangan. Apalagi, stabilitas pasokan dan harga bahan pokok belakangan sangat fluktuatif.
 
Badan Pangan Nasional bertanggung jawab kepada Presiden, bertugas melaksanakan koordinasi, perumusan, dan penetapan kebijakan ketersediaan pangan, stabilisasi pasokan dan harga pangan, kerawanan pangan dan gizi, penganekaragaman konsumsi pangan, dan keamanan pangan.
 
Kenaikan harga pangan pun menjadi salah satu pekerjaan rumah Badan Pangan Nasional dalam menyelesaikan berbagai persoalan pangan di Indonesia. Seluruh pihak pun dilibatkan, mulai dari Kementerian BUMN, Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, Kemenko Bidang Perekonomian dan asosiasi-asosiasi seperti peternak, nelayan, petani.
 
"Ke depan, kita memang harus bersinergi, berkolaborasi dengan seluruh kementerian/lembaga dan stakeholder pangan yang ada," kata Arief di Istana Negara, Senin, 21 Februari 2022.
 
Kembali ke masalah kenaikan harga komoditas, Badan Pangan Nasional menargetkan dapat mengamankan ketersediaan sembilan bahan pangan menjelang Ramadan dan Idulfitri. Dengan harapan, harga tidak bergerak liar dan pasokan bisa didapatkan masyarakat dengan mudah.
 
Pengamanan sembilan bahan pangan tersebut dilakukan melalui percepatan ketersediaan dan keterjangkauan pangan dengan harga terjangkau. Holding Pangan ID FOOD dapat bersinergi melakukan percepatan data stok dan harga pangan melalui platform dan sentralisasi dengan data pangan NFA.
 
Selain itu, NFA juga akan memitigasi risiko kelangkaan bahan pokok pangan yang kerap kali naik menjelang hari besar keagamaan. NFA akan fokus pada penyelarasan data sentral pangan. Bahan pokok pangan itu seperti stok daging, ayam, hingga telur yang permintaannya terus meningkat menjelang Ramadan.
 
Sejatinya, memang seluruh pihak harus saling bekerja sama dalam mengatasi masalah pangan, dan tidak mementingkan ego sektoral. Semua ini dilakukan agar masyarakat Indonesia tidak kesusahan, apalagi di masa pandemi saat ini. Kita tunggu saja aksi nyata pemerintah dalam mengendalikan harga pangan ini.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan