Bagaimana prosepek ekonomi kedepannya? Langkah seperti apa yang Indonesia harus persiapkan guna menghadapi perubahan ekonomi global kedepannya? Andreas Dombret, Anggota Dewan Eksekutif Bank Sentral Jerman Deutsche Bundesbank memberikan tanggapannya mengenai isu tersebut. Berikut adalah petikan wawancaranya di Kedutaan Besar Jerman, di Jakarta, beberapa waktu lalu.
* Negara G20 menargetkan pertumbuhan ekonomi untuk lima tahun kedepan adalah sebesar 2%, seperti apa maksudnya?
Pertumbuhan 2% bukan merupakan suatu proyeksi pertumbuhan, yang diungkapkan G20 adalah mereka mau membuat kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuahan kolektif produk domestik bruto (GDP) anggota G20 lebih dari 2% pada 2018 diatas target yang disepakati di St. Petersburg pada 2013 dan bukan pertumbuhan pertahunnya.
Jadi anggota G20 tidak berharap pertumbuhan akan menjadi 2%, tetapi mereka berusaha untuk menjadikan pertumbuhan lebih dari 2% selama lima tahun, hal ini merupakan target yang ingin dicapai oleh presiden Australia.
* Bagaimana caranya agar mencapai pertumbuhan sebesar 2% ?
Proyeksi pertumbuhan global dana moneter internasional (IMF) untuk 2014 adalah 3,4% dan per 2015 sebesar 4%. Namun terdapat beberapa potensi risiko dari ekonomi global, seperti risiko geopolitik, potensi ketidakstabilan atau perlambatan pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Kesemuanya itu dapat membuat revisi dari proyeksi pertumbuhan global.
Oleh karena itu, anggota G20 menyiapkan langkah antisipasi berupa strategi yang komprehensif untuk negara yang spesifik yang memfokuskan kepada langkah reformasi struktural, terutama di area untuk investasi, lapangan kerja, persaingan dan perdagangan.
Strategi ini akan di umumkan pada pertemuan di Brisbane pada November. Diharapkan implementasi yang cepat dari strategi ini dapat memperkuat pertumbuhan global dan lapangan kerja secara berkelanjutan dan sikap yang berimbang.
Semua negara G20 akan saling bekerjasama dan memonitor satu sama lainnya dengan proses evaluasi bersama, baik apakah mereka menerapkan kebijakan tersebut atau tidak.
* Sejumlah analis telah memprediksi bahwa akan ada pergeseran ekonomi pada tahun 2015. Negara-negara maju akan menjadi lokomotif pertumbuhan global, sementara negara-negara berkembang akan melambat. Apa pendapat Anda tentang itu?
Secara garis besar saya sepakat bahwa perbaikan ekonomi akan terus tidak akan seimbang dan akan menjadi lebih ke arah negara-negara tertentu.
Ada perbedaan antara negara ekonomi maju dan negara berkembang:
Di banyak negara ekonomi maju, peninggalan dari sebelum krisis dan sesudah krisis masih membebani untuk proses pemulihan.
Meski begitu kegiatan ekonomi diharapkan akan lebih meningkat lagi pada sisa 2014 hingga 2015 dimana negara ekonomi maju diuntungkan berkurangnya angin langsung, termasuk penyusutan sektor swasta dengan penjualan aset secara terus menerus, secara perlahan memperlambat dari pengetatan fiskal dan masih sangat akomodatifnya dari kondisi moneter.
Di sisi lain, negara berkembang masih melakukan penyesuaian tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah dibandingkan ketika posisi pada saat sebelum krisis dan pemulihan krisis. Perediksi pertumbuhan di negara berkembang telah berkurang secara terus menerus dalam beberapa tahun terakhir.
Hal ini mengisyaratkan bahwa potensi pertumbuhan negara berkembang mungkin telah dinilai terlalu tinggi. Prospek pertumbuhan melambat menjadikan keutamaan pada reformasi struktural di negara berkembang dengan menghilangkan hambatan pertumbuhan dan meningkatkan ketahanan ekonomi.
Oleh karenanya, patut dikatakan bahwa dalam beberapa tahun terakhir negara berkembang dan negara maju akan terus berpartisipasi untuk pertumbuhan global. Di G20 akan bersama-sama berperan dalam perkembangan global sebesar 85% dari ekonomi global dan memang pada kenyataannya posisi baik negara berkembang dan ekonomi maju tidak seimbang antara satu dengan lainnya.
* Kebijakan likuiditas longgar Bank Sentral (quantitative easing/QE) di Amerika Serikat akan berakhir bulan Oktober dan The Fed kemungkinan akan menaikkan suku bunga acuan menjadi 1% pada akhir tahun 2015. Bagaimana Anda melihat dampak ke arah pasar global? Terutama dalam hal ketidakseimbangan likuiditas.
Saat ini Amerika sedang dalam tahap pemulihan ekonomi melalui kebijakan moneter dan kebijakan pengetatan moneter Amerika tentunya memiliki dampak yang luas pada ekonomi global dan arus modal. Contoh terbaik dari hal ini adalah taper tantum di musim semi tahun kemarin yang menyebabkan tekanan kepada arus modal dan berdampak kepada keluarnya arus modal dari negara ekonomi maju ke negara berkembang di picu oleh tingginya ekspektasi pasar kepada pengetatan kebijakan moneter Amerika Serikat.
Benar bahwa hal ini akan menimbulkan efek yang luas sehingga penting untuk pelaku pasar di negara ekonomi maju dan negara berkembang mewaspadai bahwa kondisi lingkungan dengan suku bunga ringan dan ketercukupan likuiditas tidak akan bertahan terus dan perlu mempertahankan kestabilan dan model investasi.
* Apa yang harus negara berkembang lakukan (terutama Indonesia) untuk mencegah keluarnya modal asing, karena di Indonesia sendiri baik pemerintah maupun swasta sudah sangat mengandalkan dana tersebut?
Akan sangat penting untuk memperkuat kepercayaan dari investor untuk persoalan ini. Cara terbaik untuk meningkatkan kepercayaan tersebut adalah dengan menangani ketidakseimbangan dan kelemahan kebijakan makroekonomi yang ada melalui kerangka kebijakan yang koheren dan kredibel.
Kebijakan yang perlu dilakukan sebagai langkah antisipasi menghadapi hal tersebut diantaranya adalah kebijakan moneter yang berorientasi stabilitas. Selain itu juga mengenai kebijakan fiskal, juga dipastikan adanya ketercukupan dana cadangan valuta asing dan juga pertumbuhan dalam reformasi struktural.
Selain meningkatkan keparcayaan investor dapat juga menggunakan nilai tukar sebagai bantalan. Untuk kasus pembalikan arus modal, memungkinkan mata uang perekonomian untuk mencapai fleksibilitas untuk mengubah fundamental, akan memungkinkan negara untuk lebih beradaptasi dengan penyesuaian eksternal dan mungkin mengurangi dampak negatif terhadap output.
Selain itu diperlukan juga pengamanan stabilitas finansial dengan mengimplementasikan pengawasan dan kebijakan makroprudensial. (Dero Iqbal Mahendra/MI)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News