Suryopratomo. (FOTO: MI/Panca Syurkani)
Suryopratomo. (FOTO: MI/Panca Syurkani)

Kerja Bersama

Suryopratomo • 16 Agustus 2017 11:27
ITULAH tema besar yang diusung untuk peringatan HUT ke-72 kemerdekaan Republik Indonesia. Kita ingin mengajak semua komponen bangsa untuk samasama membangun negeri ini.
 
Hanya dengan kebersamaan dan kekompakan kita akan mampu menghadapi semua tantangan. Bukan perkara mudah melakukan kolaborasi di Indonesia. Kita cenderung untuk menempatkan semua hal sebagai kompetisi. Akhirnya kita selalu menempatkan semua masalah antara menang dan kalah. Sulit sekali menciptakan kemenangan bersama. Padahal banyak sekali yang bisa dikolaborasikan. Ketika kita melakukan kolaborasi justru hasilnya bisa lebih optimal dan manfaatnya dirasakan banyak orang. Sekarang zamannya sistem supply chain.
 
Industri tidak lagi dilakukan sendiri-sendiri. Industri penunjang hadir untuk memasok kebutuhan industri utama. Sistem produksi just in time memberikan efisiensi luar biasa karena semua bergerak pada irama yang sama sampai produk bisa dipergunakan konsumen. Pada kita sering kali yang muncul sikap ingin menang sendiri. Salah satu contoh di industri karet. Petani karet selalu berupaya untuk mendapatkan hasil yang lebih berat agar pendapatannya lebih besar.

Namun, caranya bukan dengan meningkatkan produktivitas, melainkan memasukkan segala macam ranting, akar, dan batang ke karet produksi mereka. Hasilnya, bukan pendapatan lebih besar yang diterima, malah produk mereka ditolak pembeli. Hampir di semua lini kita menghadapi masalah buruknya kolaborasi. Bahkan antarkementerian pun begitu sulit berkoordinasi.
 
Sering ketika sudah diputuskan Presiden sekalipun, tidak bisa dilaksanakan di tingkat operasional. Lihat saja 15 paket kebijakan ekonomi yang sudah dikeluarkan pemerintah. Apakah setiap kementerian sudah menyelesaikan pekerjaan rumahnya? Apakah kemudian keinginan untuk menarik investasi, membangun industri, dan menggerakkan ekonomi sudah terjadi? Kita harus berani mengatakan paket kebijakan itu tidak sepenuhnya berjalan di lapangan.
 
Tidak usah heran apabila industri tidak berkembang seperti yang diharapkan. Dampak dari amnesti pajak belum mengimbas ke sektor riil karena tidak mudah untuk berinvestasi di Indonesia. Keberpihakan kepada industri dalam negeri pun tidak terlihat. Contoh, pembangunan pembangkit listrik 35 gigawatt.
 
Seharusnya pemerintah berani 50 persen dari pembangkit itu dikerjakan industri dalam negeri. Apakah kita bisa? Pasti bisa karena produk PT Boma Bisma Indra dipakai Alsthom, Prancis, untuk 27 pembangkit listrik di Eropa, AS, Afrika, dan Amerika Latin. Mengapa itu tidak terjadi? Bukankah pemerintah sudah menetapkan aturan tingkat komponen dalam negeri?
 
Jawabannya, karena kita sulit berkoordinasi, emoh berkolaborasi. Kita cenderung memikirkan kepentingan sendiri. Beberapa hari lalu kita memperingati Hari Kebangkitan Teknologi Nasional. Kita lihat bagaimana PT Dirgantara Indonesia memperkenalkan CN 219. Juga Ilham Habibie yang memperlihatkan pesawat hasil karyanya, R-80. Namun, apakah kita mendukung pengembangan pesawat tersebut, dan apakah maskapai penerbangan nasional mau memesan pesawat-pesawat tersebut?
 
Banyak di antara kita yang lebih kagum kepada produksi luar negeri. Kita tidak pernah mau menjadikan produk nasional menjadi tuan rumah di negerinya sendiri. Lihat saja produk kapal perang PT PAL dipakai Angkatan Laut Filipina, sebaliknya TNI-AL lebih suka menggunakan kapal buatan Belanda. Sepanjang tidak ada kemauan untuk memberi kesempatan kepada putra-putra Indonesia membuat karya besar, kita tidak akan pernah menjadi bangsa besar.
 
Presiden Korea Selatan Park Chung-hee ketika pertama membangun negaranya mengatakan tidak pernah ada bangsa yang akan mau memajukan Korea kecuali bangsa Korea sendiri yang melakukannya. Peringatan hari kemerdekaan RI harus menjadi momentum untuk bertanya, Indonesia seperti apa sebenarnya yang kita inginkan. Kerja bersama jangan hanya menjadi slogan, tetapi harus menjadi sikap dan perilaku kita kalau ingin meraih kemajuan. (Media Indonesia)
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan