Ilustrasi tambang Freeport. (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)
Ilustrasi tambang Freeport. (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)

Buah Simalakama Divestasi Tambang (3)

20 Februari 2017 23:41
medcom.id, Jakarta: Pemerintah semestinya jadi pembuat dan pengawas aturan. Jadi, opsi pemerintah langsung menguasai saham rasanya tidak tepat dan hanya akan bikin masalah. Apa pantas kalau mereka menagih pajak ke dirinya sendiri? Atau, misalnya, ada tuntutan perusahaan di-pailitkan karena sesuatu hal, apakah seluruh negara jadi bangkrut juga?
 
Jadi, opsi yang paling masuk akal adalah melakukannya lewat BUMN atau BUMD. Pemerintah bisa memilih beberapa BUMN atau membuat badan hukum BUMD dalam waktu cepat. Lalu, uangnya darimana? Dari sisi aset, mungkin BUMN nasional mengelola dana ribuan triliun, tapi pertanyaan pentingnya adalah apakah ada dana yang secara ekonomis masuk akal untuk dipakai dalam pembelian saham hasil divestasi?
 
Pertanyaan yang sama berlaku kalau mau meminjam dari bank-bank nasional. Investasi di sektor pertambangan secara umum masih dilihat lebih berisiko dan masih kurang menarik daripada sektor lain. Sebagai contoh, di tahun 2016, “Non Performing Loan” alias kredit macet dari sektor pertambangan adalah satu problem yang dihadapi Bank Mandiri. Dengan desakan pemerintah, mungkin saja bank lokal akan bisa mengambil alih pembiayaan. Pertanyaannya, apakah ini menjadi fokus yang lebih penting dan tepat untuk saat ini (5 tahun lagi)?

BUMD tentu saja lebih lemah lagi dari sisi finansial. Bagaimana kalau pinjam ke luar negeri? Secara umum, suku bunga pinjaman dari bank di luar negeri masih jauh lebih rendah dari bank kita. Pertanyaannya, apakah mereka percaya kepada kredibilitas kita dalam manajemen tambang. Mungkin saja, jaminan pemerintah adalah jalan keluarnya. Kalau tidak mau menjadi bahan olok-olok, pemerintah perlu melihat dengan kepala dingin dan membuat skema yang jelas, siapa yang akan gotong-royong dalam penyediaan dana talangan divestasi.
 
Pilihan berikutnya adalah swasta nasional. Peminatnya jelas banyak. Problemnya sama: menemukan yang sanggup dari sisi pendanaan dan tertarik dalam pengelolaan. Ini juga perlu diidentifikasi. Tanpa persiapan yang baik yang akan terjadi adalah terulangnya kejadian memalukan sebelumnya. Perusahaan asing melepas saham, lalu dibeli perusahaan nasional, mereka membayarnya dengan utang yang pembayarannya melalui dividen.
 
Ini adalah bahan tertawaan yang sama sekali tidak lucu dan mungkin hanya terjadi di negeri ini. Calon partner usaha kita memiliki sebagian perusahaan kita dengan cara beli saham yang dananya datang dari untung yang kita hasilkan. Akhir ceritanya bisa ditebak, sahamnya ‘kembali dijual’ kepada pemilik awal. Intinya, perusahaan swasta nasionalnya hanya menjadi benalu yang menutupi kulit perusahaan sementara dan menikmati cipratan untung usaha tanpa pernah melakukan apa-apa. (bersambung)
 

Penulis
Arkadius Sutra Tarigan
(Praktisi Pertambangan)

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABE)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan