Namun, menjelang perdagangan IHSG sesi siang ditutup, atau tepatnya sekitar pukul 10.50 WIB tiba-tiba suasana mulai riuh setelah beredar kabar ada ledakan yang terjadi di dekat Sarinah, Jakarta Pusat. Sontak kabar yang dibenarkan itu dan banyak diposting masyarakat lewat media sosial menyita banyak perhatian. Semua mata pun tertuju di jantung Ibu Kota Jakarta yang pernah terendam banjir beberapa tahun silam.
Ledakan tidak hanya terjadi sekali di dekat Sarinah itu tapi terjadi hingga beberapa kali dan diselingi baku tembak antara terduga teroris dengan Kepolisian Republik Indonesia. Bahkan, dalam peristiwa itu memakan sejumlah korban jiwa dan sejumlah orang mendapatkan luka-luka.
Di saat peristiwa berlangsung, banyak spekulasi bermunculan dari adanya aksi teror di jantung Ibu Kota Jakarta itu. Banyak yang berasumsi bahwa aksi tersebut guna menjatuhkan stabilitas keamanan, sosial, dan ekonomi Indonesia. Tidak luput pergerakan IHSG dan nilai tukar rupiah menjadi perhatian para investor.
Aksi teror ini memang mengagetkan karena bisa berdampak terhadap minat investor asing ke Indonesia. Tidak hanya itu, ekonomi riil bisa mengalami pelemahan karena masyarakat menahan diri untuk berbelanja. Tentu konsumsi masyarakat akan tersendat dan mengurangi mesin pendorong pertumbuhan ekonomi.
Selain itu, tentu ada ketakutan dari melemahnya nilai tukar rupiah dampak dari aksi investor yang menarik sejumlah dana dari pasar keuangan Indonesia. Tentu sentimen ini juga menimbulkan sentimen negatif yang nantinya memiliki imbas kepada tertekannya laju IHSG.
Aksi teror yang sulit dicium oleh intelijen pemerintah dan tidak bisa dihentikan sedini mungkin tidak ditampik bisa menurunkan kredibilitas pemerintah. Kredibilitas pemerintah akan dipertanyakan oleh investor bila persoalan semacam ini belum bisa diselesaikan dalam jangka waktu pendek.
Dampak dari hal itu membuat investor melakukan aksi wait and see sehingga eksekusi sulit dilakukan. Tentu ini merepotkan mengingat pemerintah tengah mendorong minat investasi di Indonesia masuk guna mendorong laju pertumbuhan ekonomi di masa-masa mendatang.
Selain itu, sektor pariwisata juga menjadi perhatian karena aksi teror membuat wisatawan mancanegara ketakutan dan menunda untuk mengunjungi Indonesia. Hal ini bisa memukul sektor pariwisata di Tanah Air. Tentu pengusaha yang bergerak di agen travel dan sektor penerbangan akan terpukul, bila pemerintah gagal menyelesaikan persoalan ini secepat mungkin.
Namun, mungkin ketakutan semacam ini yang menjadi tujuan dari sejumlah orang yang diduga teroris tersebut. Mungkin ada tujuan agar situasi dan kondisi ekonomi jadi tidak kondusif dan sejumlah indikator perekonomian mengalami guncangan. Sehingga, perekonomian tidak bergerak sesuai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2016.
Terlepas dari itu semua, tidak disangka ekonomi Indonesia mampu bertahan dari gempuran aksi teror. Hal ini terlihat dari gerak IHSG yang hanya melemah sementara ketika aksi tengah terjadi. Tapi, pelehaman IHSG pada dasarnya sudah terjadi sebelum aksi teror terjadi di Kamis siang. Gerak rupiah pun tidak banyak terpengaruh dan tidak terlalu tertekan.
Mengutip Bloomberg, Kamis 14 Januari sore, nilai tukar rupiah berada di posisi Rp13.906 per USD. Sementara itu, menurut Yahoo Finance, nilai tukar rupiah berada di posisi Rp13.950 per USD. Sedangkan menurut Jakarta Interbank Spot Dolar Rate (Jisdor), nilai tukar rupiah berada di posisi Rp13.877 per USD.
Sementara itu, IHSG Kamis 14 Januari, sesi sore ditutup melemah tipis 23,998 poin atau setara 0,5 persen ke posisi 4.413. Indeks saham unggulan LQ45 juga turun 6,88 poin ke 786 dan JII merosot 7,74 poin menjadi 594.
Meski terjadi ledakan di dekat Sarinah, namun aksi teror tidak membuat takut sedikitpun Bank Indonesia (BI) melakukan aksi berani demi mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Tidak berapa lama dari peristiwa itu, BI justru menurunkan tingkat suku bunga acuan atau BI rate sebanyak 25 basis poin atau dari 7,50 persen menjadi 7,25 persen.
Penurunan tingkat suku bunga acuan ini sejalan dengan terkendalinya tingkat inflasi dan dalam rangka mendorong lebih maksimal pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan harapan penurunan BI rate diikuti dengan penurunan tingkat suku bunga di perbankan Indonesia.
Sementara itu, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyebut minat investor asing untuk menanamkan modal di Indonesia tak terpengaruh teror bom di dekat Sarinah, Jakarta Pusat. Bahkan, ketika peristiwa tersebut terjadi BKPM tengah menerima rencana investasi dari investor asal Jepang.
"Tadi kita ada rencana investasi dari perusahaan asal Jepang. Satu dari Sumitomo dan Jetro untuk dorong investasi jepang ke Indonesia," ujar Deputi Bidang Pengendalian dan Pelaksanaan BKPM Azhar Lubis, Kamis 14 Januari.
Sedangkan BI memang tidak menampik bila insiden ledakan di dekat Sarinah memiliki dampak, meski sifatnya hanya sementara bagi pasar valuta asing (valas). Untungnya, gejolak di pasar valas dinilai sudah kembali normal.
"Dampak dari kejadian hari ini memang kalau dilihat di pasar valas sedikit agak bergejolak tapi kemudian sudah kembali," kata Direktur Eksekutif Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung.
Bursa Efek Indonesia (BEI) pun senada dan optimistis aksi peledakan itu hanya memberi dampak dan kekagetan sementara dari pelaku pasar di pasar modal Indonesia. "Shock sementara, karena orang juga tidak ke mana-mana pada hari ini. Karena itu tidak ada hal yang dikhawatirkan dari ledakan bom terhadap gerak indeks," tegas Direktur Penilaian Perusahaan BEI Samsul Hidayat.
Uniknya, masyarakat Indonesia seakan kompak untuk tidak takut dengan aksi teror yang terjadi di dekat Sarinah. Bahkan, tagar '#KamiTidakTakut' muncul untuk memberi motivasi kepada yang lainnya agar tidak kalah dan takut dengan aksi tidak bertanggung jawab itu. Tagar '#KamiTidakTakut' juga menjadi sorotan para awak media asing.
Media Inggris BBC menuliskan '#KamiTidakTakut' muncul setelah serangan yang terjadi pada Kamis 14 Januari itu. BBC juga menyertakan gambar foto lambang perdamaian, dengan Monas sebagai latar belakangnya.
Media Amerika Serikat (AS) NPR menyoroti '#KamiTidakTakut'. NPR juga menyertakan foto dari Instagram yang memperlihatkan seorang warga Jakarta menikmati Starbucks. Foto tersebut mendapat 'Like' hingga 18.000.
Sementara media Independent menyebutkan, "Rakyat Indonesia Melawan Teror dengan Pesan Kuat di Sosial Media". "Ribuan orang mencuit tagar '#KamiTidakTakut', setelah ledakan dan penembakan," tulis Independent.
CNN International juga turut mendorong optimisme warga Jakarta, usai serangan yang menewaskan dua warga sipil dan lima pelaku penyerangan tersebut. "Segera setelah ledakan menimpa Jakarta, rakyat Indonesia bangkit dan ramai di sosial media dengan mengetengahkan pesan 'We are not afraid' atau '#KamiTidakTakut'," CNN menuliskan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News