Insurance (Foto: dokumentasi Askrida)
Insurance (Foto: dokumentasi Askrida)

Merekahnya Industri Asuransi di Tengah Perlambatan Ekonomi

Angga Bratadharma • 23 Juni 2015 14:55
medcom.id, Jakarta: Perekonomian Indonesia yang mengalami perlambatan membuat sejumlah persoalan tersendiri. Di antara akibatnya adalah sektor riil tak optimal bergerak dan sejumlah industri mengalami pukulan yang telak sehingga berdampak terhadap jauhnya target bisnis yang hendak dituju. Kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG) pun seakan mengikuti perlambatan ekonomi tersebut.
 
Tak hanya itu, perlambatan ekonomi membuat sejumlah investor tak yakin dan melakukan aksi wait and see sehingga membuat gejolak ekonomi yang tersirat dari seringnya IHSG berada di zona merah dibandingkan zona hijau. Bahkan, nilai tukar rupiah juga mengalami tekanan yang begitu hebat dan 'betah' berada di atas Rp13.000 per USD. Meski rupiah terdepresiasi begitu kuat, namun tak mampu mendorong kinerja ekspor walau neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus sebesar USD955 juta.
 
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil pun tampaknya tak terlalu bergembira dengan prestasi surplusnya neraca perdagangan Indonesia ini. Dirinya justru memiliki sudut pandang lain dengan berandangan bahwa surplus tersebut tidak berlangsung lama. Sofyan memperkirakan lambat laun defisit kembali menerjang Indonesia, mengingat ke depannya pemerintah menggenjot infrastruktur, dan berdampak kepada melebarnya impor barang modal.

Kendati perlambatan ekonomi memicu hampir semua sektor ekonomi Tanah Air mengalami perlambatan, namun nyatanya tak semua industri mengalami kelesuan. Salah satu industri yang mampu bertahan, bahkan terus memacu pertumbuhan bisnisnya adalah industri asuransi umum. Industri yang bergerak untuk menyebar risiko seseorang atau harta benda ini mampu mencetak pertumbuhan yang gemilang.
 
Berdasarkan data Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), pertumbuhan premi bruto asuransi umum di kuartal I-2015 tercatat sebesar Rp13,9 triliun atau mengalami pertumbuhan sebanyak 9,8 persen bila dibandingkan kuartal I-2014. Pertumbuhan terbesar premi bruto di kuartal I-2015 berada di lini usaha asuransi kendaraan bermotor dengan kenaikan sebesar Rp608 miliar atau tumbuh sebanyak 17,6 persen, lalu disusul lini usaha asuransi harta benda dengan kenaikan sebesar Rp264,6 miliar atau mengalami pertumbuhan sebanyak 6,9 persen.
 
Pertumbuhan lini usaha asuransi kendaraan bermotor yang cukup signifikan ini tentu tak sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia, yang pada kuartal I-2015 hanya tumbuh sebesar 4,71 persen. Pertumbuhan lini usaha asuransi kendaraan bermotor ini tentu sejalan dengan kemampuan para pemegang polis, baik pemegang polis eksisting maupun mereka yang baru menjadi pemegang polis, untuk mengeluarkan sejumlah uang untuk membayar premi kepada perusahaan asuransi.
 
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) sendiri memproyeksikan penjualan kendaraan bermotor untuk 2015 sebesar 1,1 juta unit. Memang tak dipungkiri angka tersebut direvisi oleh Gaikindo dari 1,2 juta unit dengan alasan kondisi perekonomian Indonesia tengah mengalami perlambatan dan berdampak terhadap daya beli masyarakat untuk membeli kendaraan. Kendati demikian, lini usaha asuransi kendaraan bermotor justru mampu tumbuh cukup tinggi.
 
Pada dasarnya, banyak dari masyarakat Indonesia yang belum mengetahui tentang pentingnya memiliki produk asuransi. Padahal, kepemilikan produk asuransi ini memiliki peranan penting utamanya dalam menyebar risiko. Manfaat asuransi bisa dirasakan ketika ekonomi tengah mengalami perlambatan seperti yang terjadi di kuartal I-2015. Mereka yang melindungi dari perlambatan melalui asuransi bisa menekan terjadinya perlambatan bisnis dan aktivitas diri dalam menjalankan bisnis dalam kesehariannya.
 
Perlindungan yang diberikan industri asuransi juga terlihat dari klaim bruto yang dikeluarkan pada kuartal I-2015 yang tercatat sebesar Rp8,1 triliun atau mengalami peningkatan sebanyak 80,8 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama di 2014. Peningkatan klaim tertinggi di awal 2015 secara nominal terjadi pada lini usaha asuransi pesawat udara yang mengalami kenaikan sebesar Rp967 miliar. Setelah lini usaha asuransi pesawat udara disusul oleh lini usaha asuransi harta benda yang mengalami kenaikan sebesar Rp961,9 miliar.
 
Komitmen industri asuransi membayar kewajibannya membuktikan bahwa kepercayaan yang dilimpahkan masyarakat dapat dipenuhi dengan baik. Bayangkan bila semua proyek pemerintah, utamanya yang berkaitan dengan infrastruktur bisa dilindungi oleh industri asuransi, maka tingkat kesuksesan terealisasinya pembangunan infrastruktur tersebut bisa cepat tercapai. Ini bisa terjadi lantaran industri jasa keuangan seperti industri asuransi memiliki hitung-hitung tersendiri mana proyek yang bisa dilindungi mana yang tidak.
 
Terlepas dari itu semua, industri asuransi tetap mampu bertumbuh dengan baik di kuartal I-2015 ini. Bila merujuk pada rekam jejak di tahun-tahun sebelumnya, industri asuransi biasanya mengalami petumbuhan yang lebih baik lagi di semester II. Artinya, pertumbuhan industri asuransi yang sudah baik di kuartal I-2015 ini bisa lebih baik lagi pertumbuhannya di kuartal-kuartal berikutnya. Dalam aspek ini, industri asuransi sedikit banyak telah berkontribusi terhadap optimalisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan