Penunjukkan Pak Buwas telah mengakhiri spekulasi siapa pucuk pimpinan baru Bulog dalam seminggu terakhir. Ini akan memastikan seluruh jajaran Bulog dalam bekerja dan mengemban tugas-tugas penting.
Terkait penunjukkan Pak Buwas, ada beberapa catatan penting saya.
Pertama, pergantian yang dilakukan tepat dua minggu lebih sedikit jelang Ramadan patut disayangkan. Sebab, sebagai orang baru, apalagi ini bidang baru, Pak Buwas perlu mempelajari, mengonsolidasi tim dan memetakan persoalan yang dihadapi. Ini butuh waktu.
Padahal tugas-tugas berat terkait Ramadan, terutama memastikan stok atau cadangan pangan dan stabilisasi harganya, sudah di depan mata. Ini perlu aksi segera. Tidak bisa menunggu. Untungnya, pergantian dirut hanya diikuti pergantian direktur keuangan. Sehingga tugas-tugas yang terkait dengan persoalan stok dan stabilisasi harga tetap bisa berjalan seperti yang ada.
Kedua, pergantian pucuk pimpinan Bulog tidak otomatis bakal memperbaiki problem stok atau cadangan dan stabilisasi harga. Karena itu, pergantian ini musti diikuti oleh perubahan kebijakan agar hasilnya optimal. Yang paling penting adalah menyederhanakan dan memperpendek proses pengambilan keputusan di Bulog.
Bulog terkesan lambat dan tidak responsif menghadapi persoalan karena atasannya terlalu banyak: sembilan kementerian/lembaga. Perlu dipikirkan agar proses pengambilan keputusan lebih cepat dengan mengurangi majikan Bulog.
Ketiga, perlunya konsistensi dalam penugasan PSO (public service obligation) Bulog berikut instrumen dan aturan pendukungnya. Selama ini bulog ditugasi menangani banyak komoditas di luar beras yang sifatnya ajek. Tapi penugasan itu sifatnya hangat-hangat tahi ayam: kalau ada masalah diberi penugasan, kalau enggak ada masalah dicabut lagi. Padahal untuk menangani satu komoditas itu perlu banyak hal yang disiapkan. Yang tak kalah penting, penugasan musti disertai instrumen pendukung yang cukup dan aturan yang jelas. Selama ini dua hal itu alpa diberikan oleh yang memberi tugas.
Keempat, menghindari penugasan-penugasan yang mendadak. Bisa dipastikan, di luar beras, sebagian besar penugasan kepada Bulog sifatnya mendadak. Untuk hal-hal tertentu ini tidak terhindarkan. Tapi kalau sebagian besar penugasan itu bersifat mendadak tentu bakal menyulitkan korporasi.
Siapapun pucuk pimpinan Bulog akan terombang-ambing oleh tugas-tugas mendadak ini jika masalah tersebut tidak diakhiri. Penugasan yang mendadak membuat rencana-rencana manajemen jangka menengah dan jangka panjang sulit dieksekusi. Sumberdaya habis terkuras mengurus penugasan mendadak.
Kelima, perlu dicari solusi agar Bulog tidak menggunakan dana bank berbunga komersial dalam operasionalnya, terutama tugas-tugas PSO. Dana komersial itu membuat Bulog kurang optimal dalam bekerja. Di satu sisi tugas-tugas PSO harus berhasil. Di sisi lain, tugas PSO potensial membuat Bulog merugi. Padahal, kalau Bulog merugi direksi bisa dicopot tiap saat karena dinilai enggak perform. Padahal rugi itu karena tugas PSO yang skemanya potensial membuat Bulog merugi.
Keenam, mengembalikan Bulog pada fungsi utama sebagai penjaga/pengelola stok pangan dan stabilitas harga pangan. Agar ini jelas, pemerintah perlu segera menetapkan jenis pangan yang jadi obyek penugasan ini. Kemudian jenis komoditas inilah yang bakal jadi obyek stabilisasi. Di sini perlu instrumen stabilisasi: pengaturan harga (atas dan bawah), volume cadangan, pengaturan ekspor-impor dan jalur distribusi. Tentu yang tak kalah penting dukungan anggaran yang memadai.
Terakhir, agar soal pangan tidak selalu berulang pemerintah musti segera membentuk badan pangan, seperti amanat pasal 126-129 UU Pangan nomor 18 tahun 2012. Badan pangan inilah yang merencanakan dan mengoordinasikan semua urusan pangan. Bulog bisa jadi tangan kanan lembaga ini untuk menangani tugas-tugas pengadaan, pengelolaan stok/cadangan dan stabilisasi harga.
Catatan-catatan ini perlu jadi perhatian serius agar kita tidak hanya berkutat menyelesaikan persoalan kulit dan meyakini itu bakal menyembuhkan penyakit. Kalau obat yang kita berikan tidak sesuai dengan sakit yang diidap tentu enggak akan menyembuhkan. Artinya, pergantian pucuk pimpinan Bulog tidak bakal memperbaiki keadaan jika persyaratan-persyaratan tadi enggak dipenuhi. Jadi kita akan mengulang-ulang ritual pergantian dirut dan direksi Bulog, tapi enggak memperbaiki keadaan.
Khudori
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News