Ilustrasi. Dokumen Kemenkeu
Ilustrasi. Dokumen Kemenkeu

Ekonomi Terus Melambat

Irene Harty • 05 November 2014 15:25
medcom.id, Jakarta: Pertumbuhan ekonomi Indonesia terus mengalami perlambatan. Badan Pusat Statistik (BPS) merilis, pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya sebesar 5,01% pada triwulan III/2014. Angka ini mengalami penurunan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu 5,62% juga dengan triwulan III/2012 sebesar 6,17%.
 
"Ada dua hal yang jadi penyebab perlambatan," ujar Kepala BPS Suryamin, di kantor pusat BPS, Rabu (5/11/2014). Pertama pertumbuhan ekonomi global yang masih belum menggembirakan karena dua negara pangsa ekspor dan impor Indonesia, Tiongkok dan Jepang, mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi.
 
Hingga triwulan III/2014, pertumbuhan ekonomi Tiongkok hanya mencapai 7,3% turun dari triwulan III/2013 7,8% diikuti Jepang yang pertumbuhan ekonominya minus 0,2% di triwulan II/2014 dari periode yang sama tahun sebelumnya 2,4%. Hal kedua yang menjadi penyebab lemahnya pertumbuhan ekonomi Tanah Air karena harga-harga komoditi penting seperti kakao dan minyak kelapa sawit belum kembali ke harga normal dari pertengahan 2013.

Pertumbuhan ekonomi triwulan III/2014 terhadap triwulan III/2013, lanjut Suryamin dipicu oleh tiga sektor yakni sektor pengangkutan dan komunikasi 9,01%, sektor jasa-jasa 6,52%, dan sektor konstruksi 6,28%. Sektor awal meningkat karena bertepatan dengan hari raya yang mendorong arus balik dan arus mudik serta pengiriman data komunikasi yang meningkat.
 
Sektor jasa pemerintah dan jasa swasta dipengaruhi oleh semakin banyaknya kunjungan ke tempat-tempat hiburan. Sedangkan pertumbuhan sektor konstruksi dipicu karena Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) bangunan tidak terlau tinggi sehingga pemborong melakukan pembangunan secara normal.
 
"Jika melihat pertumbuhan ekonomi dari triwulan III/2014 di banding triwulan II/2014 berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) tumbuh 2,96%, dengan jumlah PDB atas dasar harga berlaku sejumlah Rp2.619,9 triliun dan atas dasar harga konstan 2000 mencapai Rp745,6 triliun," tukas Suryamin.
 
Bila dilihat dari periode yang sama tahun lalu pertumbuhan tergolong sama, namun menurun dari 2012 yang sebesar 3,21%.
 
Pertumbuhan ekonomi triwulan III terhadap triwulan II/2014, menurut Suryamin dipengaruhi oleh tiga sektor yakni sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan lalu sektor jasa-jasa sampai sektor konstruksi. Sektor pertama meningkat 6,74% karena adanya proses pergeseran penanaman padi ke palawija seperti jagung, ketela pohon, kedelai seiring dengan pergeseran musim.
 
"Perikanan ada upaya pemerintah revitalisasi tambak, cukup bagus hasilnya," ucap dia. Peternakan juga menyumbang pertumbuhan karena pada Juli-September konsumsi dan produksi daging sama-sama meningkat.
 
Di sektor jasa, baik pemerintah maupun swasta, pertumbuhan terlansir 3,71% karean adanya pengeluaran pemerintah mengenai gaji ketiga belas di triwulan III/2014 diiringi dengan masuknya tahun ajaran baru dan waktu liburan hari raya. Pembangunan infrastruktur, perumahan, dan pertokoan menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi di sektor konstruksi yang sampai 3,27%.
 
Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi triwulan I hingga triwulan III/2014 mencapai 5,11%, turun dari periode yang sama tahun lalu 5,83%, dan 2012 lalu sebesar 6,29%. Sektor pengangkutan dan komunikasi memicu pertumbuhann tertinggi 9,65% didukung oleh pertumbuhan sektor lainnya kecuali sektor pertambangan dan penggalian yang turun 0,13%.
 
Penurunan sektor pertambangan dan penggalian karena ada pembatasan undang-undang mineral dan batu bara yang mengakibatkan produksi turun. Pada struktur PDB 2014 tiga sektor masih memiliki share tertinggi yakni sektor industri pengolahan 23,37%, sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan 15,21%, sektor perdagangan, hotel, dan restoran 14,26%.
 
Dari komponen pengeluaran, pertumbuhan ekonomi triwulan III/2014 terhadap triwulan II/2014 diperoleh dari pertumbuhan konsumsi pemerintah yang naik 11,12% disusul konsumsi rumah tangga 2,78%, pembentukan modal tetap bruto 1,66%, ekspor barang dan jasa tumbuh 0,02% tapi impor barang dan jasa turun 2,87%.
 
"Konsumsi rumah tangga naik karena konsumsi peralatan rumah tangga, rekreasi, makanan, minuman, pakaian, sampai Tunjangan Hari Raya, sedangkan konsumsi pemerintah naik karena pola penyerapan belanja pemerintah yang cukup bagus sehingga pengeluaran pemerintah naik di seluruh jenis belanja seperti belanja barang, pegawai, dan penerimaan barang dan jasa," katanya.
 
Bila melihat perbandingan triwulan III/2014 terhadap triwulan III/2013 pertumbuhan konsumsi pemerintah naik 4,37% disusul konsumsi rumah tangga 5,44%, pembentukan modal tetap bruto 4,02%, namun pertumbuhan ekspor dan impor barang dan jasa turun masing-masing 0,7% dan 3,63%. Peningkatan konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh pemilihan umum yang telah berakhir kemudian impor baranag konsumsi yang turun, dan penruunan penjualan retail sepeda motor.
 
Sedangkan pertumbuhan konsumsi pemnerintah lebih disebabkan oleh belanja barang dan bantuan sosial yang dilakukan pada triwulan III/2013 untuk penanggulangan kemiskinan. Secara akumulasi hingga triwulan III didorong oleh pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah tangga 5,54%, pembentukan modal tetap bruto 5,05%, konsumsi pemerintah 2,63%, penurunan pertumbuhan ekspor dan impor barang dan jasa sebesar 0,63% dan 3,21%.
 
Pola distribusi PDB sejauh ini masih didominasi penurunan di Pulau Jawa 58,51% dari triwulan III/2013 58,69%, Pulau Sumatera 23,63% dari 23,74%, Pulau Kalimantan 8,21% dari 8,31%. Namun peningkatan terjadi di Pulau Sulawesi dari 4,85% di triwulan III/2013 menjadi 4,97% di triwulan III/2014 dan pulau-pulau lainnya 4,68% dari 4,41%.
 
"Ini menunjukkan sedikit pergeseran dari Barat ke Timur, masih pelan-pelan," ujarnya.
 
Tren pertumbuhan ekonomi yang semakin melambat menurut Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik, Kecuk Suharyanto, tidak akan mengulang krisis pada 2009.
 
Pada 2009 pertumbuhan ekonomi hanya mencapai 4,63% dengan ekspor dan impor menurun drastis dan merata di semua sektor. Ekspor mendapat angka minus 9%, impor minus 15% dan investasi hanya tumbuh 3,29%.
 
"Kalau sekarang tidaklah, kan masih tumbuh, memang agak melambat karena memang semua komponen melambat, menurut saya tidak buruk," tuturnya. Situasi saat ini penurunan ekspor ke Tiongkok hampir mencapai 15% dan Jepang juga masih tinggi.
 
Pada triwulan IV/2014 Suharyanto mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi masih didorong dari komponen konsumsi pemerintah dan rumah tangga. Sedangkan industri pengolahan atau manufaktur masih belum dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi.
 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WID)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan