Menurut Head of Research & Advisory Cushman&Wakefield Arief Rahardjo, selama semester I/2014 rata-rata penjualan rumah mencapai 100 unit per bulan di setiap perumahan yang ada, berkurang 13 unit dari rata-rata penjualan di semester II/2013 serta berkurang 24 unit dari semester yang sama di tahun lalu.
“Penurunan penjualan di Bekasi sebesar 42% dari semester lalu. Begitupun dengan Tangerang yang berkurang 24%. Meskipun begitu, Tangerang masih tercatat sebagai wilayah dengan pembangunan perumahan paling aktif di Jabodetabek," ujar Arief di Jakarta, Selasa (14/10/2014).
Sementara itu, Bogor, Depok, dan Jakarta justru mengalami peningkatan rata-rata per bulan. Penjualan rata-rata di Bogor dan Depok naik 7 unit perbulannya. “Peningkatan penjualan ini karena banyak pengembang yang meluncurkan unit rumah dengan harga terjangkau untuk menarik pembeli dari segmen bawah,” ucap dia.
Adapun, untuk penjualan perumahan di Jakarta relatif stabil dengan penjualan sebanyak 11 unit per bulan per perumahan.
Arief mengatakan, rata-rata nilai penjualan rumah per bulan di Jabodetabek turun 5% dari semester lalu menjadi Rp146 miliar/bulan per perumahan. “Ini disebabkan karena pihak bank juga semakin selektif dalam memberikan pinjaman,” tukasnya.
Pertumbuhan pasokan di semester ini juga relatif lebih tinggi dibanding dengan pertumbuhan permintaan. Pada semester I/2014, pertumbuhan pasokan mencapai 3% dari semester lalu, sementara pertumbuhan permintaan hanya 2%. “Secara keseluruhan, tingkat penjualan tercatat sebesar 91,9% sedikit lebih rendah 1% dari semester sebelumnya,” kata dia.
Untuk rata-rata tingkat hunian di semester I/2014 juga mengalami penurunan 0,2% dari semester lalu dan 1,5% dari semester yang lama di tahun lalu menjadi 80,7%. “Secara wilayah, Bekasi masih memiliki tingkat hunian tertinggi dengan 85,8%, kemudian Tangerang 83,6% dan Jakarta 81,3%.”
Menurut Arief, hal tersebut menunjukkan bahwa pembeli di wilayah tersebut merupakan investor bukan end-user. Untuk tingkat hunian di Bogor dan Depok masih sekitar 66,4%.
Sementara itu, Managing Director Cushman&Wakefield David Cheadle mengatakan transaksi penjualan rumah di Jabodetabek selama semester I/2014 masih didominasi oleh perumahan segmen atas sebesar 30% dari total transaksi perumahan. “Berdasarkan wilayah, sebagian besar transaksi penjualan rumah segmen atas terjadi di Tangeran dan Jakarta,” tuturnya.
Harga rumah yang paling diminati berkisar Rp2,3 miliar sampai dengan Rp4,8 miliar dengan luas bangunan 195-269 meter persegi (m2) dan luas tanah sebesar 220-300 m2.
Cheadle menambahkan, untuk penjualan rumah segmen menengah sebanyak 24% dari total transaksi dengan transaksi terbanyak terjadi di Jakarta sebesar 61%. “Harga rumah segmen ini berkisar Rp876 juta sampai dengan Rp1,2 miliar dengan luas bangunan 47-90 m2 dan luas tanah 62-105 m2,” katanya.
Untuk rumah segmen bawah, penjualan hanya terjadi di Tangerang, Bogor, dan Depok dengan kisaran penjualan 5,98% dan 22,5%. Tipe yang paling diminati adalah rumah dengan harga Rp161 juta-Rp 380 juta dengan luas bangunan 33-43 m2 dan luas tanah 78-90 m2.
Pasar perumahan diprediksi dapat berkembang di semester II/2014 ini. “Perkembangan terkait dengan hasil pemilu yang secara umum cukup mendukung perkembangan real estat dan investasi. Namun, pertumbuhan pasokan dan permintaan akan tumbuh moderat akibat peningkatan jumlah uang muka untuk KPR serta pencairan dana secara bertahap oleh bank kepada pengembang," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News