Awalnya, Ranieri tiba di Stadion Mestalla pada Juli 1997. Ia langsung membuat dampak positif dengan membawa Valencia finis keempat di klasemen La Liga dan lolos kualifikasi Liga Champions.
Pelatih berjuluk "The Thinkerman" ini pun berhasil mempersembahkan Piala Intertoto 1998 dan Copa del Rey 1999. Namun, torehan itu rupanya tak membuat posisinya aman.
Ranieri dipecat dan memilih bergabung dengan Atletico Madrid pada Juni 1999. Ia pun kembali menghadapi rumor pemecatan dan memilih hengkang ke Chelsea pada September 2000.
(Baca:Data & Fakta Menarik Jelang Babak 16 Besar Liga Europa)
Chelsea mampu didongkrak prestasinya dengan finis kedua di tabel Liga Primer Inggris pada 2004, posisi terbaik The Blues selama 49 tahun. Rupanya hal itu pun tetap tak mampu menahan Chelsea untuk memecatnya pada Mei 2004.
Ranieri kemudian kembali ke Stadion Mestalla pada Juni 2004, namun ia seperti kehilangan sihirnya. Valencia justru mengalami kemerosotan pada Oktober 2004.
Ia pun banyak mendapat kritikan suporter yang mengklaim taktik 4-4-2 andalannya sudah tidak ampuh. Taktik itu pun yang membuat Valencia tersingkir dari kompetisi Eropa musim tersebut.
Meski Los Che berhasil finis di urutan keenam klasemen La Liga, klub tetap memecatnya untuk kedua kali pada Februari 2005.
Ranieri pertama kali merasakan pemecatan kala membesut Napoli selama dua musim. Ia dipecat pada 1991 setelah Il Partinopei tereliminasi di putaran kedua Piala UEFA.
Kisah pemecatannya pun berlanjut baru-baru ini. Setelah berhasil membawa Leicester City menjuarai Liga Primer, ia justru dipecat usia kalah 1-2 dari Sevilla pada leg pertama 16-Besar Liga Champions 2016--2017. (TDIFH)
Video:Proses Naturalisasi Ezra Walian Segera Tuntas
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(REN)