Dilansir dari Spiegel Online, pelaku penyerangan itu adalah seorang pria berusia 28 tahun yang memiliki dua kewarganegaraan, yakni Rusia dan Jerman. Sang tersangka diidentifikasi para awak media memiliki nama Sergej W.
Lebih lanjut informasi itu menjelaskan, sang tersangka sengaja menyewa kamar di hotel tempat tim Borussia Dortmund menginap. Lewat kamar itu, ia bisa melihat jalan yang dilalui bus Dortmund dan mengendalikan bom dari jauh.
Evakuasi pihak kepolisian Jerman (Sascha Schuermann / AFP)

Investigasi kepada tersangka sudah dilakukan sejak pekan lalu. Sejak saat itu, ia langsung dikenai tuntutan melakukan percobaan pembunuhan terhadap 20 orang di dalam bus.
Berbeda dengan dugaan publik yang menyebutkan serangan bom dilakukan oleh teroris, Bild mengabarkan tindak kriminal itu didasari atas sifat serakah tersangka yang memiliki pekerjaan sebagai pemain saham.
Sang tersangka dijelaskan membeli 15 ribu lembar saham Borussia Dortmund yang totalnya seharga 78 ribu Euro (sekitar Rp1,1 miliar) sebelum pertandingan perempat final. Rencananya, ia ingin mengambil untung dengan menjatuhkan harga saham Borussia Dortmund.
Kondisi bus Borussia Dortmund akibat ledakan bom. (Patrik STOLLARZ / AFP)

Dan benar saja, harga saham Dortmund akhirnya jatuh setelah penyerangan bom dilakukan. Harga saham Dortmund yang tadinya 5,738 Euro per lembar menjadi 5,421 Euro per lembar.
Tidak selesai sampai di situ, harga saham Dortmund juga masih belum pulih sampai dengan hari ini. Bild menyebutkan, harga saham Borussia Dortmund malah bergerak datar di angka 5,395 Euro pada Kamis 20 April.
Insiden serangan bom bus Borussia Dortmund terjadi pada Selasa 11 April waktu setempat. Ledakan bom itu membuat badan bus rusak dan melukai Marc Bartra selaku pemain Dortmund dan seorang polisi lokal. (dw.com)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(ASM)