Kehadiran Li Yonghong sebagai presiden klub yang didukung oleh Marco Fassone sebagai CEO klub, serta Massimiliano Mirabelli (Direktur olahraga), sekaligus mempertegas berakhirnya era Silvio Berlusconi-Adriano Galliani yang sudah berkuasa selama tiga dekade.
Sokongan dana besar dari konsorsium Tiongkok semakin memudahkan langkah Fassone dan Mirabelli untuk mengubah wajah Milan. Sejauh ini, mereka sudah menghabiskan dana 189,5 juta Euro (2,9 Triliun) untuk memboyong sepuluh pemain baru. Milan pun resmi jadi klub terboros di Italia musim panas ini.
Nama-nama yang diboyong juga tidak bisa dianggap sebelah mata. Fassone-Mirabelli sukses mendatangkan sejumlah pemain matang macam Leonardo Bonucci, Hakan Calhanoglu, Ricardo Rodriguez, Lucas Biglia yang dikombinasikan dengan pemain muda berbakat seperti Andre Silva, Franck Kessie dan Andrea Conti.
Jumlah pengeluaran Milan masih sangat mungkin bertambah mengingat bursa transfer musim panas masih dibuka hingga 31 Agustus dan Milan masih berupaya mendatangkan Pierre-Emerick Aubameyang atau Nicola Kalinic.
Lantas, apa yang jadi tujuan utama Milan dengan manuver yang sangat agresif di lantai bursa musim ini? Apakah hanya untuk sekadar unjuk gigi bahwa Milan kini sudah tidak lagi terbelit masalah finansial?
Dalam sebuah wawancara, Fassone menegaskan bahwa para pemilik saham Milan sudah memperhitungkan dengan cermat dan memiliki road-map yang jelas terkait masa depan Milan.
"Kami punya rencana yang jelas. Pemilik klub telah memutuskan untuk melakukan investasi penting. Mereka ingin membawa Milan kembali ke Eropa dan kami ingin membuat Milan kembali kompetitif dan mampu bersaing dengan tim-tim top dalam empat tahun," tegas Fassone kala itu.
Fassone dan bos-bos baru di Milan boleh saja punya rencana. Tapi, sukses atau tidaknya misi yang mereka usung akan berada di tangan para pemain dan juga pelatih Vincenzo Montella sebagai pelaku di atas lapangan.

Montella memang cukup sukses membuktikan kapasitasnya dengan membawa Milan finis di posisi enam klasemen akhir musim lalu, dan melaju hingga babak play-off Liga Europa musim 2017--2018. Namun, jika menilik catatan statistik Milan musim lalu, Montella masih harus banyak berbenah, terutama dalam hal konsistensi permainan.
Dari 38 laga yang dimainkan Milan di musim lalu, Montella hanya mencatatkan 18 kemenangan, 9 imbang dan 11 kali kalah. Bandingkan dengan Napoli yang berada di posisi tiga (zona play-off Liga Champions). I Partenopei berhasil meraih 26 kemenangan.
Berkaca dari catatan di atas, Montella jelas harus memperbaiki performa anak asuhnya, terutama saat melakoni laga tandang. Di musim lalu, Milan hanya meraih enam kemenangan dari total 18 laga tandang yang mereka mainkan.
Konsistensi meraih hasil maksimal, terutama ketika menghadapi klub-klub yang di atas kertas levelnya berada di bawah Milan juga harus ditingkatkan. Kekalahan mengejutkan dari Empoli dan hasil imbang kontra tim papan bawah seperti melawan Pescara dan Crotone, tidak boleh lagi terulang.
Apalagi, kali ini Montella sudah dibekali tim dengan kedalaman skuat yang cukup mumpuni. Sepuluh pemain yang baru didatangkan semuanya memiliki kapasitas untuk menembus skuat inti.
Statistik AC Milan musim lalu:
Serie A: Peringkat 6
Menang: 18
Seri: 9
Kalah: 11
Memasukan: 57
Kemasukan: 45
Nilai 63 poin
Rata-rata penguasaan bola: 52%
Akurasi umpan: 83%
Akurasi tembakan: 47%
Total peluang: 420 kali
Kartu kuning: 81
Kartu merah: 12
Kini, pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan Montella adalah bagaimana menyatukan semua pemain baru, sekaligus mentransformasikan filosofi dan taktik yang akan diterapkannya.
Mengintip penampilan Milan di ajang pramusim dan babak kualifikasi ketiga Liga Europa, para pemain baru ini tampaknya masih butuh waktu untuk beradaptasi dengan strategi 4-3-3 yang diterapkan Montella.
Meski sukses memenangi empat dari enam laga yang dimainkan, kekalahan dari Real Betis pada laga uji coba terakhir memberikan gambaran bahwa Montella membutuhkan banyak rencana di kepalanya.
Dalam laga yang berkesudahan 1-2 tersebut, skema 4-3-3 terlihat kurang berjalan dengan baik. Leonardo Bonucci yang memainkan debutnya, tampak masih kaku berkolaborasi dengan tiga rekannya di lini belakang, karena sebelumnya biasa bermain dengan pola tiga bek di Juventus.
Montella mungkin harus mulai berpikir untuk memainkan skema lain. Misalnya dengan memainkan pola tiga bek, karena skuat yang dimilikinya saat ini cukup memberikan ruang baginya untuk melakukan eksperimen.
Di luar dari taktik apa yang akan diterapkan Montella nanti, suporter Milan di seluruh penjuru dunia dan juga para petinggi klub tentunya punya ekspektasi tinggi.
Mengakhiri hegemoni Juventus yang meraih scudetto dalam enam musim terakhir, tentunya jadi harapan tertinggi yang bisa diimpikan fan. Mereka pastinya sudah sangat rindu berpesta merayakan scudetto di pusat kota Milan yang terakhir kali mereka rasakan pada musim 2010--2011.
Namun, impian itu nampaknya terlalu muluk mengingat saat ini Milan bisa dibilang "membangun skuat baru". Jadi, melihat Milan finis di zona Liga Champions dan tampil kompetitif di Liga Europa musim ini rasanya sudah cukup buat Milanista.
Prediksi Peringkat akhir musim 2017--2018: Posisi 3
Video:Timnas Targetkan Raih Emas di SEA Games 2017
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(ACF)