Sesi coaching clinic berlangsung selama dua jam di Stadion di Lapangan Sepak Bola TNI Angkatan Udara, Komplek Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur, Selasa 14 Februari. Meski digelar secara gratis, Ghigani tetap antusias dan bersemangat mengarahkan bibit-bibit muda berlatih dengan benar.
Seperti dijelaskan Andhika Suksmana selaku CEO Footballicious, terdapat sekitar 70 anak yang mendaftar menjadi peserta coaching clinic. Jumlah itu dibagi menjadi tiga kategori yang terdiri dari usia 6-9 tahun, 10-13 tahun, dan 14-16 tahun. Ketika melakukan tugasnya, Ghigani juga dibantu para pelatih dari Angkasa Footballicious Schools.
"Ghigani melatih dengan menggunakan bahasa Inggris. Tapi, dia ditemani juga dengan pelatih-pelatih pengalaman di sini. Jadi kendala bahasa diatasi dengan baik," kata Andhika.
Klik:Suarez vs Cavani, Siapa Lebih Tajam?
Porsi latihan diberikan berbeda tergantung kelompok usia. Untuk anak-anak yang baru berusia sekitar 6 hingga 9 tahun, sesi latihan cenderung dilakukan sambil bersenang-senang dengan bola, dan membuat pertandingan mini. Tawa serta canda tak luput menghiasi sesi latihan kelompok usia ini.
Patrick Ghigani mengajarkan teknik menggiring bola. (Foto: MTVN/Zam)

Memasuki kategori usia 10 hingga 13 tahun, porsi latihan terlihat lebih serius. Di sini, Ghigani mulai mengajarkan berbagai teknik dalam sepak bola, misalnya menggiring, menendang, mengoper, dan lain-lain. Respons anak-anak juga terpantau cukup bagus ketika menerima arahan pelatihnya.
Porsi latihan untuk kelompok usia 14 hingga 16 tahun jauh lebih komplet. Para peserta diajak memadukan teknik serta strategi, dan mendapat kesempatan untuk mempraktekkan dalam sebuah pertandingan kecil. Dari ketiga kategori coaching clinic itu, tak satu pun yang luput dari pengawasan Ghigani.
Klik:Benamkan Perseru, MU Buka Asa ke Delapan Besar
Footballicius sengaja menggelar sesi coaching clinic karena sedang bekerjasama dengan sekolah sepak bola milik Ghigani yang berada di Jerman, yakni Munich Soccer Camp. Setelah menggelar coaching clinic, rencananya Ghigani juga akan ditemani ke PSSI untuk mengutarakan minatnya yang ingin membantu mengembangkan sepak bola Tanah Air.
"Patrick sudah kenal Indonesia, jadi dia tidak akan terkejut lagi dengan budaya di sini. Berbeda dengan pelatih Eropa lainnya, kalau dia memang benar-benar punya pengalaman menjadi pemain di Indonesia. Menariknya, dia masih mau kembali ke Tanah Air setelah mendapat lisensi pelatih di Jerman," papar Andhika.
Ghigani sempat menghabiskan waktu selama dua tahun di Indonesia sebagai pesepak bola profesional. Pengalaman pertamanya didapat bersama Cendrawasih FC (2011-2012), dan selanjutnya adalah Persiraja Banda Aceh (2012-2013).Mantan pemain asing Persiraja Banda Aceh, Patrick Ghigani, kembali ke Indonesia sebagai pelatih pic.twitter.com/JY3BPKGGqm
— Kautsar Zamrocknight (@Zamronice) February 14, 2017
Setelah mengadu nasib di Tanah Air, Ghigani memutuskan untuk pensiun dan kembali ke Jerman. Sejak saat itu, ia mulai membesarkan Munich Soccer Camp dan mengikuti berbagai pendidikan untukmemperoleh lisensi pelatih profesional.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(KAU)