medcom.id, Porto Alegre: Setelah melewatkan tiga laga penyisihan Grup H, Aljazair akan melanjutkan tahap selanjutnya berhadapan dengan Jerman di babak 16 besar Piala Dunia. 1 Juli 2014 adalah sejarah baru bagi 'Tim Fennec'--julukan Aljazair--selama mengikuti acara laga empat tahunan yang dimulai debutnya sejak tahun 1982.
Pada 1982, Aljazair juga memiliki hasil terbaik selama mengikuti laga meski tidak lolos pada babak kualifikasi Piala Dunia. Sepanjang sejarah, tim yang kini berada di peringkat 22 FIFA pernah mengalahkan 'Der Panzer' yang di kala itu masih bernama Jerman Barat.
Jerman Barat yang masih dihuni oleh pemain-pemain kelas dunia di masa itu seperti Karl-Heinz Rummenigge, Paul Breitner, Pierre Littbarski dan Toni Schumacher ternyata masih bisa ditumbangkan 2-1 oleh tim Aljazair di El Molinon Stadium, Gijon. Itu merupakan sebuah prestasi terakhir yang terbaik dalam sejarah sepak bola Aljazair.
Kini, di tahun ini, skuat Vahid Halilhodzic kembali diperkuat oleh para pemain yang tidak memiliki nama besar di masing-masing klubnya. Seperti pemain sekelas Sofiane Feghouli, pemain yang bermain untuk Valencia atau Nabil Bentaleb yang juga pemain Totenham Hotspur mungkin tak banyak tahu mengenai talenta pemain yang berasal dari benua Afrika ini.
Adapula Islam Slimani, pemain Sporting Lisbon, yang namanya baru tersohor setelah permainan apiknya di babak penyisihan Grup H. Kabarnya, pemain berusia 26 tahun ini menarik perhatian klub Liga Inggris yakni Newcastle United, Stoke City, dan Chelsea untuk memperoleh tanda tangannya
Awalnya Aljazair termasuk tim yang tidak diperhitungkan di babak penyisihan. Skuat Vahid itu mungkin lebih tepatnya berada di bawah tim yang jauh lebih banyak diisi pemain bintang seperti Rusia dan Korea Selatan.
Nyatanya, tim ini mampu menggilas tim yang pernah memasuki semifinal Piala Dunia 2002 Korea Selatan dan menahan imbang Rusia. Dalam penguasaan bola di dua laga itu tidak lebih dari 50 %.
Yang artinya, tim ini lebih mengandalkan permainan serangan balik dan umpan-umpan yang akurat dari para pemain yang mengisi di lini tengah.
Selain itu, dalam dua laga tersebut, Aljazair lebih fokus pada lini tengah dan lini belakang. Sebab formasi yang digunakan tetap pada 4-4-1-1 atau 5-4-1.
Formasi itu menandakan bahwa dalam menyerang hanya mengandalkan satu pemain di depan yang kita ketahui diisi oleh Islam Slimani. Pemain ini akan lebih banyak bergerak di sektor pertahanan lawan.
Berbeda halnya dengan Jerman, tim yang sudah menjuarai tiga kali yakni 1954,1974, dan 1990 itu lebih difavoritkan dalam babak 16 besar.
Dengan berbekal para pemain bertabur bintang di masing-masing klubnya itu sudah banyak diperkirakan menang pada pertandingan babak 16 besar yang akan diadakan di Porto Alegre.
Tim itu akan diisi oleh para pemain Sami Khedira, Mesut Oezil, dan Thomas Meuller yang kini menjadi striker tajam di Piala Dunia bersama dengan Neymar (Brasil) dan Lionel Messi (Argentina).
Andalan formasi tim Jerman selama menghadapi tiga pertandingan di penyisihan Grup G, lebih mengandalkan formasi 4-5-1. Tim ini lebih mengandalkan pemain di sektor lini tengah. Apalagi selama pertandingan, tim besutan Joachim Loew itu lebih dikenal dengan umpan pendek ala Jerman.
Biasanya, mereka bermain menusuk dari sektor sayap lalu digiring masuk ke jantung pertahanan lawan. Hal itu lebih memungkinkan gol itu lebih banyak tercipta melalui tendangan sudut gawang ke area kotak penalti. Mengingat para pemain Jerman memiliki tinggi rata-rata di atas 180 cm.
Setelah mengulas permainan dua tim tersebut, apakah Aljazair mampu mengulang sejarah 32 tahun lalu dengan mengalahkan Jerman atau malah sebaliknya Jerman yang akan lebih banyak mencetak gol di gawang Aljazair?
Hasil itu akan terjawab setelah kedua tim itu berhadapan pada 1 Juli mendatang. (Christ Saputra)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(NAV)
