Mantan Wakil Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Asad Said Ali.-- Foto: Antara/Widodo S. Jusuf
Mantan Wakil Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Asad Said Ali.-- Foto: Antara/Widodo S. Jusuf

As'ad Said Ali Harap NU Tak Bernasib Seperti PSSI

Misbahol Munir • 30 Juli 2015 12:11
medcom.id, Jakarta: Wakil Ketua Umum PBNU KH As'ad Said Ali mengaku gelisah menjelang Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama (NU) di Jombang, 1-5 Agustus 2015. Pasalnya hingga saat ini para muktamirin atau peserta muktamar dari PWNU dan PCNU seluruh Indonesia belum menyepakati model pemilihan yang akan diterapkan dalam muktamar.
 
Karena itu, ia meminta pihak-pihak yang terlibat dalam suksesi pemilihan pemimpin baru NU untuk mengedepankan semangat persatuan. "Jangan sampai di Muktamar NU di Jombang malah ada perpecahan di NU, seperti terjadi di partai politik atau PSSI," kata KH As'ad Said Ali di Jakarta, seperti dilansir Antara, Kamis (30/7/2015).
 
Menurut As'ad, muktamar kali ini harus menjadi persatuan, jangan sampai malah menyebabkan ormas Islam itu pecah. Muktamirin harus menjadikan pertemuan tersebut sebagai momentum 'nahdloh tsaniyah' (kebangkitan kedua).
 
"Muktamar ini menjadi peristiwa penting dalam perjalanan sejarah organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam yang diselenggarakan di Jombang, daerah asal para pendirinya guna menyongsong satu abad organisasi ulama ini," tegas alumni Pesantren Krapyak DIY itu.
 
As'ad yang belakangan menyatakan siap maju sebagai calon ketua umum PBNU berharap, Muktamar Jombang membicarakan langkah-langkah strategis menyongsong peringatan 100 tahun NU.
 
"Muktamar harus dilandasi semangat menyambut satu abad NU. Organisasi NU adalah organisasi kemasyarakatan yang sangat kuat memegang tawasuth (moderat), tawazun (proporsional) dan tasamuh (toleran)," katanya.
 
Menurut As'ad, NU dianggap paling cocok untuk mengatasi berbagai persoalan keagamaan yang berkembang.  Bahkan pada tahun 2014, warga Muslim di Afghanistan mendeklarasikan berdirinya organisasi NU Afghanistan (NUA) dengan format yang mirip NU di Indonesia.
 
Menurut As'ad, NU akan tetap menjadi ormas Islam yang besar, bersih dan berwibawa, serta "rahmatan lil alamin". Meski demikian penataan dan konsolidasi organisasi perlu terus dilakukan di lingkungan internal NU menghadapi berbagai tantangan dan perubahan.
 
Dia menambahkan, pada usia menjelang 100 tahun NU dihadapkan dengan beberapa perkembangan. Antara lain, warga NU sudah tersebar tidak hanya terkonsentrasi di desa tetapi juga di kota-kota besar di Indonesia. Selain itu, generasi NU sudah tidak didominasi oleh para ahli agama Islam.
 
"Kita sekarang punya kekuatan baru, yakni kalangan pebisnis, birokrat, akademisi, politisi dan kaum profesional. Semua ingin bergabung menguatkan NU tapi tidak tahu jalannya. Ini perlu kita pikirkan, kalau tidak kader kita ini akan diambil orang lain," katanya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(MBM)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan