Sejumlah siswa bersiap mengikuti Ujian Nasional berbasis komputer atau Computer Based Test (CBT) di SMA Negeri 70, Jakarta Selatan, Senin (13/4). Foto:MI/Arya Manggala.
Sejumlah siswa bersiap mengikuti Ujian Nasional berbasis komputer atau Computer Based Test (CBT) di SMA Negeri 70, Jakarta Selatan, Senin (13/4). Foto:MI/Arya Manggala.

Telusur

Terobosan Baru Sistem Ujian Nasional

Medcom Files ujian nasional
Hardiat Dani Satria • 15 April 2015 19:11
medcom.id, Jakarta: Ada yang berbeda pada penyelenggaraan Ujian Nasional (UN) tahun ini. Pertama, UN tidak lagi menjadi syarat kelulusan siswa. Kedua, tahun ini pemerintah merintis penyelenggaraan UN berbasis komputer (computer based test/CBT).
 
Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah, Anies Baswedan, menyatakan bahwa UN tahun ini diselenggarakan untuk menilai kemampuan dan capaian seorang siswa dalam pelajaran. Karena nilai UN itu justru akan lebih banyak dimanfaatkan siswa untuk melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi. Namun, kelulusan siswa sepenuhnya sepenuhnya ditentukan oleh sekolah.
 
Dengan demikian, sekolah diharapkan akan bisa lebih obyektif dalam memutuskan kelulusan siswa berdasarkan pertimbangan nilai dan prestasinya di seluruh pelajaran.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


 
Karena ketika UN menjadi syarat kelulusan, maka perhatian anak-anak hanya akan pada mata pelajaran tertentu. Sementara mata pelajaran lain yang penting namun tidak masuk materi UN, seperti misalnya seni, agama, Pancasila, cenderung tidak menjadi pelajaran yang menarik bagi siswa. Mengenai penyelenggaraan UN berbasis komputer, Anies menjelaskan kepada Metrotvnews bahwa ini merupakan langkah pemerintah untuk meningkatkan kualitas UN dan mendorong tumbuhnya kejujuran para siswa.
 
Menurut Anies, ada lebih dari 69.000 sekolah tersebar di seluruh Indonesia yang menjadi peserta Ujian Nasional. Namun, hanya 585 sekolah yang menjadi pelopor untuk melaksanakan UN berbasis komputer di tahun ini.
 
Salah satu terobosan yang dibuat pemerintah mulai tahun ini adalah membuat indeks integritas sekolah. Selama ini, publik pun telah mengetahui bahwa praktik contek mencontek dan jual beli jawaban itu nyata dan masif. Nah, mulai tahun ini pemerintah akan menerbitkan skor integritas bagi sekolah-sekolah yang akan menyertai hasil penilaian UN.
 
Dari sini, pemerintah berharap agar sekolah tidak lagi membanggakan kelulusan, tapi skor indeks kejujurannya.
 
"Kalau dulu laporan-laporan kepala sekolah itu adalah alhamdulillah sekolah kami seratus persen lulus UN, saya ingin ke depan sekolah-sekolah laporannya alhamdulilah seratus persen sekolah kami jujur UN. Nah, seratus persen jujur UN itu yang membanggakan," ujar Anies kepada Metrotvnews di Jakarta, Sabtu (11/04/2015).
 
Ibarat gayung bersambut, niat pemerintah ini ternyata mendapat apresiasi pihak sekolah. Metrotvnews menyambangi tiga sekolah di Jakarta yang menyelenggarakan UN bagi siswa SMA/SMK pada hari Senin Senin (13/4/2015). Sekolah tersebut adalah SMA 65 Jakarta Barat yang masih menerapkan sistem manual serta SMA 78 Jakarta Barat dan SMA 70 Jakarta Selatan yang sudah menggunakan sistem CBT.
 
Pelaksanaan UN secara CBT dipuji lantaran dapat meminimalkan praktik kecurangan pada saat ujian berlangsung. Bahkan, SMA yang belum menerapkan sistim CBT pun sudah tidak sabar menunggu giliran untuk menjalankannya. Meskipun begitu, semuanya tetap harus disesuaikan dengan kondisi sarana prasarana, kesiapan pengajar dan siswa di sekolah tersebut.
 
Kemudahan juga dirasakan oleh siswa yang telah menjalankan CBT. Seorang siswa SMA 78 Jakarta Barat Kelas IPA bernama Dirham yang ditemui Metrotvnews usai merampungkan ujian Bahasa Indonesia pada senin kemarin, mengatakan bahwa ia dan teman-temannya nampak tidak menemui suatu kendala saat mengerjakan ujian tadi. Dari sisi sarananya komputer, listrik dan jaringan semuanya tampak normal.
 
Dirham pun membandingkan, apabila sekolahnya masih menggunakan sistim manual, maka akan banyak waktu yang terbuang untuk melengkapi data diri di kertas ujian. Selain itu, kekhawatiran saat menghitamkan jawaban dalam Lembar Kerja Komputer (LJK) seringkali dirasakan siswa. Jadi, sistem komputerisasi dinilai jauh lebih efisien dalam menjawab soal. Hanya saja, siswa perlu pembiasaan dalam mengerjakan soal melalui layar monitor tersebut.
 
“Kalau menurut saya, meski komputer itu berdekat-dekatan, otomatis kan dibuat berbeda ya soal-soalnya. Jadi, kegiatan contek mencontek lebih sedikit,” kata Dirham.
 
Menurut Dirham, ia sudah mempersiapkan diri sebaik-baiknya untuk menghadapi UN. Sudah hampir setahun lebih sekolah telah mengumumkan akan menerapkan sistem UN yang baru berbasis komputer ini. Hampir seluruh siswa sudah terbiasa mengerjakan soal yang diunduh saat sistem ini dujicobakan atau mengerjakan soal menggunakan komputer melalui berbagai try out.
 
Wakil Kepala Sekolah SMA 78 Bidang Hubungan masyarakat (Humas), Sumarna, membenarkan bahwa sistem ujian berbasis komputer ini terbukti ampuh dalam mengurangi potensi kecurangan. Alasannya, ada 20 paket soal di dalam komputer yang disuguhkan secara acak untuk dikerjakan oleh siswa. Jadi, nantinya antara satu komputer dengan komputer lainnya akan memiliki soal yang berbeda-beda. Tidak hanya itu, pencatat waktu yang tertera di komputer juga akan membuat siswa menjadi lebih fokus mengerjakan soal ketimbang melakukan upaya contek-mencontek.
 
Sumarna menambahkan, pihaknya pun menyambut baik wacana Mendikbud yang akan mencanangkan indeks integritas bagi tiap-tiap sekolah. "Ini merupakan ide yang bagus dalam meningkatkan keseriusan elemen pendidikan di dalam suatu sekolah," kata dia.
 
Wakil Ketua Panitia UN SMA 70, Asriyanto, menyatakan hal senada. Menurutnya, variasi soal yang amat beragam dalam sistem CBT pada UN kali ini mengurangi siswa melakukan kecurangan. Dengan demikian, aspek kejujuran peserta ujian memang tampak amat ditonjolkan.
 
Cara pandang terhadap pelaksanaan UN yang baru inilah yang banyak mendapatkan apresiasi dari sekolah-sekolah. "Saya rasa ini terobosan yang sangat baik,” kata Asriyanto.
 
Meskipun SMA 65 Jakarta masih menggunakan sistim manual, mereka tetap mendukung pemerintah merintis UN secara CBT. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan, Warsono menyebut kebijakan Mendikbud tersebut berguna dalam memacu pengembangan sistim pendidikan yang baru. Di era kemajuan teknologi ini, sudah sewajarnya jika siswa diperkenalkan oleh sistem ujian yang lebih modern. Akan tetapi, baik ujian manual maupun CBT, keduanya tetap memiliki tujuan yang sama.
 
Menurut Warsono, UN secara CBT ini tetap memiliki segi positif dan negatifnya. Persiapan untuk menuju UN CBT tentunya akan lebih membutuhkan kesiapan fasilitas yang lebih besar. Tidak hanya itu, kesiapan siswa dan guru juga harus menunjang pelaksanaan ini. Kurangnya persiapan ini lah, yang membuat SMA 65 Jakarta masih belum memutuskan menggunakan UN secara CBT di tahun 2015. Namun, jika ternyata kedepannya persiapan telah terpenuhi, maka bukan tidak mungkin SMA 65 akan melaksanakannya.
 
Ia hanya mengkhawatirkan bahwa pelaksanaan UN secara CBT tidak mampu mengurangi kecurangan. Apalagi, banyak siswa yang akrab menggunakan gadget atau alat yang berbasis komputer.
 
"Jadi, bukan tidak mungkin pola kecurangannya juga akan terus berkembang. Namun, mau seperti apapun metode ujiannya, masyarakat tetap harus berpikir positif dalam memandang UN," kata Warsono.
 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

(ADM)
LEAVE A COMMENT
LOADING
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan