Hal ini tidak jauh berbeda dari Hakteknas yang dimaknai oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), yang disampaikan oleh Kepala BRIN Laksana Tri Handoko, menyebut Hakteknas menjadi salah satu ikon di lembaga yang dipimpinnya.
“Hakteknas sejak awal simbol bahwa Indonesia dimana kita akan menguasai teknologi. Kalau bicara teknologi, kita bukan cuma bicara terkait teknologinya itu sendiri, juga bagaimana kita menguasai dan kita juga bisa jadi pemain sebagai penghasil teknologi,” ujar Handoko.
Hari Kebangkitan Nasional tahun ini disebut Handoko menjadi momentum bagi Indonesia untuk kian meningkatkan kesadaran akan pentingnya menguasai teknologi, sehingga tidak hanya menjadi pengguna sekadarnya, juga menjadi pemain yang diharapkan bisa menghasilkan inovasi sehingga dapat bersaing di kancah global.
BRIN sebagai lembaga pemerintah mendukung penguasaan teknologi ini sebab untuk menghasilkan teknologi mumpuni, hal ini jelas Handoko tidak lepas dari aktivitas riset. Handoko juga menegaskan bahwa saat ini, teknologi tidak lagi sesuatu yang bersifat mesin.
Secara umum, tambah Handoko, teknologi merupakan hal yang dapat mempermudah manusia dalam melakukan sesuatu. Tidak hanya itu, teknologi juga kini memiliki tujuan lebih besar yaitu untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat.
Selaras dengan visi misi pemerintah, BRIN turut menilai teknologi membantu negara untuk berdaulat, terutama akibat kondisi beberapa tahun terakhir yang melemahkan berbagai sektor akibat pandemi, ditambah oleh krisis Rusia-Ukraina.
Untuk Hakteknas tahun ini, BRIN mengusung tema kedaulatan pangan dan energi, akibat pandemi dan krisis memaksa berbagai negara termasuk Indonesia untuk memenuhi kebutuhan mereka terlebih dahulu sebelum negara lain.
Seperti yang telah disebutkan, Handoko menegaskan teknologi tidak melulu soal layanan atau aplikasi terkait internet, tapi juga soal sistem dan infrastruktur yang dapat digunakan, salah satunya untuk mendorong kemampuan dalam melakukan riset guna menciptakan bibit.
Sebab Handoko menyebut bibit terkait dengan genomik, sumber daya genetik dan bioinformatika, yang juga membutuhkan teknologi tidak kalah canggih dari teknologi komputasi lain yang lebih dikenal oleh masyarakat.
Salah satu teknologi yang dicontohkan Handoko yaitu ruang penyimpanan dengan kendali atmosfer atau control atmosphere storage untuk menyimpan bawang agar tidak mudah rusak meski disimpan lebih dari satu bulan setelah dipanen.
Sementara itu disinggung soal kemunculan startup yang menyediakan solusi melibatkan teknologi untuk berbagai sektor, Handoko menyebut bahwa saat ini, dunia memasuki era bio sebagai masa depan.
“Kalau bicara teknologi masa depan itu, era masa depan kita itu bio. Kalau dulu kita pernah ada era elektronik, elektronika, era komputer, sekarang itu eranya era bio. Sekarang dan ke depan. Bioengineering, biotechnology, apapun,” ujar Handoko.
Handoko menyebut Indonesia memiliki banyak material yang dapat dikembangkan untuk menghasilkan solusi, termasuk yang melibatkan teknologi, sehingga memiliki kesempatan besar dalam hal menghasilkan inovasi.

Di BRIN, lembaga ini juga mengembangkan sistem untuk memprediksi cuaca dan sistem untuk melihat kebakaran dengan basis citra dari satelit. Handoko menilai hal ini juga berpotensi untuk dijadikan sebagai basis pendirian startup, meski Handoko menegaskan bahwa Indonesia memiliki banyak hal yang belum tereksplorasi meski telah tersedia.
Karenanya, melalui Hakteknas tahun 2022 ini, BRIN ingin menggugah masyarakat bahwa era bio ini sudah di depan mata dan dunia telah memasuki era bio. Handoko menegaskan bahwa era komputer tetap penting, namun era ini dinilainya bukan lagi era masa depan sebab telah menjadi alat standar.
Karenanya, Handoko menyebut bahwa perkembangan teknologi saat ini harus disesuaikan dengan kebutuhan, salah satunya ke arah sektor pangan dan energi. Pengembangan teknologi ke arah itu dinilai Handoko lebih tepat, terutama mengingat kondisi saat ini terkait perubahan iklim, pemanasan global dan sebagainya.
"Itu yang harus terus kita gaungkan. Dan menurut saya, kita semua punya kesempatan dan peluang yang jauh lebih tinggi untuk menjadi pemain global di bidang itu. Karena barangnya itu semua ada di sini," ujar Handoko.
Soal langkah untuk mendorong jumlah talenta atau SDM di Indonesia, BRI yang direncanakan untuk menjadi penanggung jawab untuk manajemen talenta nasional di bidang riset dan inovasi telah mempersiapkan sejumlah program.
Program ini tidak hanya untuk periset, meski diutamakan untuk menjadikan partisipan sebagai periset masa depan Indonesia. Dalam prosesnya, Handoko menyebut program usungan BRIN ini membuka opsi kedua untuk menjadi technopreneur.
Opsi kedua ini ditujukan untuk memfasilitasi partisipan jika berubah pikiran atau passion dan lebih tertarik menjadi technopreneur alih-alih periset, saat tengah menjalankan program. Opsi ini dihadirkan BRIN atas dasar keyakinan bahwa Riset dan inovasi dengan entrepreneurship merupakan sesuatu yang berjalan beriringan.
Sementara itu, disinggung soal perbedaan dengan Hakteknas tahun ini dengan sebelumnya, Handoko menyebut bahwa tahun ini, teknologi tidak lagi menjadi hal terbatas dan jauh dari jangkauan masyarakat.
“Persepsi soal teknologi di tengah masyarakat sudah berubah jauh. Di satu sisi, kita seperti tertantang untuk mengembalikan, bahwa di balik sesuatu yang sederhana itu, di tengah kemajuan teknologi saat ini, banyak sekali teknologi,” ujar Handoko.
Kemajuan teknologi di berbagai bidang disebut Handoko telah membuat dunia berubah secara signifikan dan hal ini harus disadari oleh berbagai pihak. BRIN sebagai bagian dari pemerintah menekankan pentingnya percepatan agar dapat mengejar ketertinggalan dari negara lain yang telah lebih dahulu maju.
Selain kekurangan talenta, BRIN menyebut tantangan yang ditemukan dalam mendorong perkembangan teknologi khususnya dalam pangan dan energi juga terkait dengan infrastruktur.
Guna mengatasi tantangan ini, BRIN berkolaborasi dengan berbagai pihak dengan keahlian di masing-masing bidang sehingga turut dapat berbagi ilmu agar dapat menguasai teknologi terkait.
Mengedukasi masyarakat terkait pemanfaatan teknologi agar dapat membantu menyelesaikan masalah juga disebut BRIN menjadi tantangan tersendiri. Momentum Hakteknas dinilai BRIN menjadi penting, sebab dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesadaran terkait pemanfaatan teknologi untuk menjaga lingkungan.
Tidak hanya itu, Hakteknas juga menjadi momentum untuk meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia soal pemanfaatan teknologi secara lebih bijak dan pengembangan teknologi baru untuk meningkatkan pemanfaatan berbagai hal yang sudah ada di sekeliling masyarakat.
Soal target, untuk jangka panjang, BRIN menargetkan untuk meningkatkan jumlah periset, aktivitas riset, lembaga riset, di luar pemerintah di Tanah Air. Sedangkan target menengah, BRIN terfokus untuk melibatkan sebanyak mungkin partisipasi periset di luar BRIN dalam aktivitas riset.
“Kalau jangka panjangnya, periset bisa mandiri, industri mandiri, punya R&D mandiri. Jangka menengah, kami masih fasilitasi, tapi periset sudah masuk dalam proses pengembangan produk mereka,” ujar Handoko.
Sedangkan untuk jangka pendek, BRIN menargetkan untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang tengah dihadapi Tanah Air, salah satunya pangan dan energi, sebab permasalahan ini dinilai Handoko sudah tidak bisa menunggu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News