DJI mengklaim bahwa tanpa menggunakan remote, drone terbaru ini pun dapat dioperasikan dengan menggunakan smartphone maupun dengan tombol menu yang terdapat pada unit drone DJI Neo tersebut.
Tidak lama berselang, muncullah sebuah opsi ketiga untuk drone DJI Neo ini, yaitu DJI Neo Motion Fly More Combo dengan Googles FPV (First Person View) N3 serta RC Motion 3, layaknya sang kakak, yaitu DJI Avata 2, di mana drone ini mempunyai potensi untuk dioperasikan dengan mode FPV yang lebih lincah. Sehingga kesimpulannya, drone ini bisa beroperasi dalam 3 mode, yaitu:
Mode Palm Control
Dengan mode ini, pengguna dapat mengoperasikan DJI Neo tanpa remote. Namun, pengguna dapat memantau dan/atau mengontrol DJI Neo menggunakan aplikasi DJI Fly yang terkoneksi dengan smartphone, baik berbasis Android maupun iOS.
Ini adalah mode yang sangat membantu, terutama bagi pemula serta pengguna yang tidak ingin mengeksplor fitur DJI Neo secara lebih mendalam. Mode ini tepat untuk pengguna yang ingin memiliki pengalaman dokumentasi yang berbeda tanpa perlu direpotkan untuk menyewa atau meminta bantuan profesional untuk mendokumentasikan kegiatan mereka.

Mode Aerial
Untuk mode ini, pengguna bisa membeli DJI Neo Fly More Combo dengan RC-N3. Dengan menggunakan remote tersebut, DJI Neo bisa dikendalikan layaknya menggunakan drone aerial pada umumnya, dan fitur andalan seperti hold altitude pun tersedia di mode ini. Untuk Anda yang masih awam, hold altitude adalah kemampuan drone untuk mempertahankan posisi dan ketinggian walau remote tidak sedang dikendalikan oleh pengguna, seperti contoh diletakkan di meja dan sebagainya.
Mode FPV
Mode ini merupakan mode paling menantang, di mana pengguna dapat mengeksplorasi fitur dan kemampuan DJI Neo lebih lanjut. Pada mode ini, pengguna mempunyai 2 buah opsi perangkat, yaitu Googles dengan DJI Motion RC3 atau Googles dengan DJI RC FPV 3. Untuk Googles di sini, sampai review ini ditulis, DJI Neo mendukung DJI Googles N3 bawaan dari paket bundle DJI Neo Motion Fly More Combo maupun dengan DJI Googles 3 bawaan dari DJI Avata 2.

Spesifikasi
Salah satu selling point dari drone DJI Neo ini adalah beratnya yang bisa dikatakan sangat ringan, di bawah 250 gram, yaitu tepatnya 135 gram tanpa gimbal protector dan dengan baterai terpasang. Ketika kami coba timbang, beratnya tepat di 136 gram; bisa dikatakan 1 gram selisih itu adalah margin of error.
Dengan berat yang ringan, keuntungannya adalah mudah dibawa serta disimpan di dalam tas atau kantong, maupun ditenteng begitu saja. Propelernya berukuran 2 inci, cukup mungil untuk sebuah drone, bahkan kami menyebutnya smart cinewhoop, di mana cinewhoop rakitan pada umumnya dikendalikan secara manual. Namun, untuk DJI Neo ini, terdapat fitur yang sangat smart yang nanti akan kami jelaskan pada bagian fitur.
Lalu, yang paling utama dari sebuah drone adalah fitur kamera yang mendukung hingga 4K 30fps. Dengan update terbaru, DJI Neo sekarang lebih social media friendly, di mana mendukung mode vertikal 9:16 pada 1080p 30/50/60 fps. Lalu, yang tidak kalah penting adalah baterainya yang berukuran 1435 mAh yang diklaim mampu terbang hingga 18 menit.

Fitur
Fitur andalan dari drone DJI Neo ini adalah kemampuannya untuk terbang tanpa remote dengan tombol menu yang mudah dimengerti, dikarenakan DJI Neo ini mempunyai onboard speaker yang akan menginformasikan menu yang Anda pilih ketika sedang dalam mode Palm Control, baik terkoneksi dengan smartphone maupun tidak.
Fitur lainnya adalah ducted propeller, di mana ada sebuah pelindung pada sisi luar propeller yang menambah keamanan ketika crash terjadi, semisal menubruk orang dan sebagainya seperti video yang kami sematkan di pengujian ini, DJI Neo sempat menabrak kepala saat mode follow, namun penguji tidak merasakan sakit dan DJI Neo pun tapi tidak mengalami kerusakan.
Selain itu, DJI Neo mempunyai pelindung propeller pada bagian atas dan bawah. Untuk bagian atas, dapat dilepas jika ingin mengganti propeller maupun ingin melepasnya saja untuk mendapatkan flight time lebih panjang. Fitur lainnya adalah fungsi RTH (Return to Home) berkat adanya GPS yang tertanam di dalam drone.

Untuk kamera, mempunyai fitur EIS lewat algoritma Rocksteady milik DJI, sehingga footage yang dihasilkan bisa langsung dinikmati tanpa harus mengeditnya lewat PC. Jadi, fitur ini sangat penting bagi pengguna yang doyan traveling dan tidak punya banyak waktu maupun keahlian untuk editing.
Jika membeli paket DJI Neo Fly More Combo dengan 3 buah baterai, DJI mengklaim dapat mengisi 3 buah baterai secara simultan dari 0 persen hingga penuh hanya dalam 1 jam menggunakan charger 65W. Hal ini patut diapresiasi, apalagi jika dalam kondisi traveling yang membutuhkan waktu charge yang cepat.
Fitur lainnya adalah, walau ukurannya mungil, sedikit lebih besar dari telapak tangan orang dewasa, namun kamera dari drone ini mempunyai fitur single axis yang bisa diatur dengan remote, sehingga pengguna dapat mengatur angle yang tepat untuk mereka. Biasanya angle ini akan mengikuti kecepatan dari drone ketika terbang, sehingga menjaga footage akan selalu stabil waktu terbang dengan kecepatan rendah maupun tinggi.
Bicara kecepatan, drone ini mempunyai 3 pengaturan kecepatan ketika menggunakan remote DJI RC-N3, yaitu Cine, Normal, dan Sport. Sederhananya, jika Anda ingin bermain indoor, gunakanlah mode Cine yang lebih slow dan smooth. Jika outdoor, bisa menggunakan mode Normal, lalu jika ingin lebih cinematic dengan footage pada kecepatan lebih tinggi, bisa memanfaatkan mode Sport.
Pada mode Sport ini juga membantu, semisal angin sedang kencang. Namun, berbeda jika pengguna menggunakan DJI Motion RC 3; pada mode ini hanya ada 2 pilihan, yaitu Normal dan Sport. Hanya saja, dengan menggunakan DJI Motion RC 3 dengan bantuan Googles, baik DJI Googles N3 maupun DJI Googles 3, pengguna dapat melakukan easy acro layaknya bermain drone manual. Dan ini hanya tersedia ketika aktif di mode Normal saja.
Jika pengguna membeli DJI FPV Remote Controller 3 dan mengkombinasikannya dengan DJI Googles N3 atau DJI Googles 3, pengguna dapat mengakses 3 mode kecepatan dan gaya dalam mengendalikan, yaitu Normal, Sport, dan Manual. Pada mode Sport dan Normal, feel-nya akan sama seperti mode aerial dengan DJI RC-N3, hanya saja display yang pengguna saksikan lewat bantuan Googles.
Lalu, jika mode Manual, atau umumnya disebut mode Acro, drone akan 100 persen dikendalikan oleh pengguna. Fitur hold altitude sama sekali tidak akan berfungsi, jadi ketika pengguna melepas kontrol dari remote, drone bisa crash. Namun, dengan fitur ini, potensi drone bisa dieksplor lebih dalam, baik dari kecepatan, akrobatik, serta manuver tajam lainnya yang mustahil dilakukan dengan menggunakan DJI RC-N3.
Hebatnya, DJI menanamkan fitur Hold/Pause yang bisa diakses pada tombol bagian kiri depan DJI FPV Remote Controller 3, yang fungsinya akan seketika mengaktifkan altitude hold dan break. Jadi, ketika pengguna merasa akan terjadi crash, ketika tombol tersebut ditekan, seketika drone akan berhenti dan hover di posisi terakhir.
Test
Pengujian pertama kami adalah mengetahui seberapa lama daya tahan baterai DJI Neo ini dengan 2 metode, yaitu hover serta mode terbang menggunakan DJI Googles 3 dan DJI Motion RC 3. Pada pengujian hover sekitar 1.5m dari permukaan tanah, DJI Neo mampu bertahan hingga sekitar 13 menit pada kondisi angin kencang dan masih sanggup mempertahankan posisi berkat visual positioning sensor yang ada di bawah DJI Neo tersebut.
Lalu, pada mode FPV menggunakan DJI Googles 3 dan DJI Motion RC 3, mampu terbang hingga lebih dari 11 menit dengan menyisakan sekitar 20 persen sisa baterai pada mode Sport. Menurut kami, catatan tersebut sangat bagus, mengingat kapasitas baterai yang kecil serta dengan ukuran propeller yang kecil justru membutuhkan putaran motor yang tinggi dibandingkan drone dengan ukuran propeller lebih besar untuk menimbulkan daya angkat.
Pengetesan selanjutnya adalah mode terbang.
Mode Palm Control
Pada mode ini, pengguna bisa menggunakan smartphone atau tidak. Hanya saja, saya sarankan menggunakan smartphone jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan atau hanya sekadar memantau drone ketika dalam mode, semisal follow dan sebagainya. Pengoperasiannya cukup mudah; taruh DJI Neo di telapak tangan pengguna dengan menghadap wajah pengguna, lalu cukup pencet sekali untuk memilih pilihan seperti follow, Dronie, Circle, Rocket, Spotlight, Direction Track.
Lalu, pencet dan tahan beberapa lama untuk mengaktifkan pilihan tersebut. Masing-masing pilihan tersebut bisa diatur untuk ketinggian dan jarak dari objek pengguna, dan untuk itu bisa diakses menggunakan smartphone. Di pengujian ini kami sematkan juga video saat sedang menggunakan fitur follow.
Bicara tentang smartphone, pengguna bisa mengontrol layaknya menggunakan remote control, namun pada mode ini jarak maksimal hanya 50 meter saja, sehingga ada baiknya untuk tidak terlalu tinggi maupun jauh ketika mengendalikan dengan smartphone.
Dan pada mode ini, penulis sedikit mengalami kesulitan, terutama dalam mengendalikan, drone jadi tidak responsif, mungkin dikarenakan waktu pengujian di area pemukiman dengan interferensi sinyal yang ramai. Jadi, kami sangat tidak menyarankan mengontrol DJI Neo dengan menggunakan smartphone dengan jarak yang lebih jauh dari 10 meter, baik vertikal maupun horizontal dari pengguna pada lingkungan yang padat.
Mode Aerial
Pada mode ini adalah mode yang umum pada drone merek DJI. Untuk ini, pengguna dapat menggunakan DJI RC-N3 yang terdapat pada bundle DJI Neo Fly More Combo. Drone akan lebih mudah dikendalikan serta jarak yang ditempuh bisa makin jauh. DJI mengklaim jarak tempuh jika rendah interferensi sinyal bisa menjangkau hingga 10 km. Pada pengujian kami, kami hanya mengetes hingga sekitar 1.5 km dan sinyal masih OK.
Dalam kesimpulan kami, dengan jarak tersebut serta ukuran drone mungil ini, jarak tersebut sudah sangat outstanding, dikarenakan memang drone ini tidak didesain untuk long range. Bagi kami, drone ini lebih tepat dijuluki recreational drone, dan jika mampu melakukan lebih dari itu, kami anggap sebagai bonus.
Dengan mode ini, seperti kami singgung di atas, pengguna dapat menggunakan drone ini indoor dengan mode Cine tanpa khawatir crash akan berakibat buruk pada drone ini karena drone ini well armored. Kami, waktu pengujian, sering menjatuhkannya dan crash bahkan dalam kecepatan tinggi, namun DJI Neo ini tidak mengalami retak maupun malfungsi sedikit pun. Lalu, bagaimana dengan outdoor? Tentunya tidak ada masalah, apalagi dengan adanya fungsi Normal dan Sport, namun dengan catatan angin tidak terlalu kencang.
Bagi drone dengan ukuran kecil, angin adalah momok utama. Dalam vide yang kami sematkan, terdapat juga DJI Neo sempat limbung terhempas angin besar. Lalu, sebagai catatan, drone ini tidak mempunyai fitur obstacle avoidance layaknya drone DJI seperti seri Mini dan Mavic. DJI Neo hanya mempunyai downward visual positioning untuk membantu DJI Neo stabil ketika hovering.
Untuk fitur ini sendiri, kami tes agak kurang optimal jika kondisi pencahayaan kurang, di mana DJI Neo akan kesulitan mempertahankan posisi dan bergoyang serta bergeser dari lokasi semula, padahal kondisi angin sedang pelan. Jadi, kami tidak merekomendasikan memainkan drone ini ketika pencahayaan sedang redup, seperti sore menjelang malam atau di malam hari, atau di subuh, misal mengejar sunrise.
Jika di drone lain seperti Mavic, Air, maupun Mini series mempunyai fitur seperti Hyperlapse, Way Point, maupun Cruise Control, wajar karena memang drone ini bukan untuk kebutuhan profesional. Satu-satunya yang bisa Anda miliki dalam mode ini adalah Take Off dan Active Track. Dengan Take Off, pengguna bisa take off menggunakan tangan tanpa harus menaruh drone di lantai.
Mode FPV
Dalam mode ini, membutuhkan Googles, baik DJI Googles 3 maupun DJI Googles N3, serta DJI RC Motion 3 atau DJI Remote Controller FPV 3. Jika untuk Googles, sebenarnya fungsinya kurang lebih sama menampilkan, tapi untuk pengalaman terbang akan sangat berbeda tergantung RC yang digunakan. Untuk DJI RC Motion 3, ini sebenarnya awal lahirnya untuk DJI Avata 2, namun jika melihat ke belakang, sistem Motion Controller ini sudah ada di DJI FPV dan DJI Avata 1. Jadi, dari sisi kami, DJI Neo ini sebenarnya sangat spesial, dikarenakan dengan rentang harga yang menurut kami reasonable, bahkan cenderung murah, tapi merangkum semua fitur basic yang ada di pasar, bahkan lebih canggih.
Dengan DJI RC Motion 3, pengguna akan dimudahkan dalam pengalaman menerbangkan drone mode FPV dan bahkan dapat melakukan beberapa trik akrobat dengan mode Easy Acro. Patut dicatat, Easy Acro hanya tersedia pada Normal Mode. Dan menurut kami, ini adalah mode terbaik untuk pengguna, baik yang masih awam maupun yang sudah familiar dengan drone.
Opsi kedua adalah menggunakan DJI FPV Remote Controller 3. Jika dalam mode Normal dan Sport, pengalaman menerbangkan DJI Neo akan seperti menerbangkan DJI Neo menggunakan DJI RC-N3. Namun, jika pengguna sudah berpengalaman atau ingin mencoba belajar mode Manual atau Acro, bisa mencobanya dengan relatif aman, dikarenakan ada fitur break pada remote, dan dengan ukuran serta berat yang ringan, drone ini relatif aman dibanding drone DJI seri lain jika menabrak atau landing pada permukaan yang keras seperti beton maupun aspal.
Keunggulannya adalah, pengguna bisa memaksimalkan kecepatan serta mencoba manuver yang lebih agresif dibanding menggunakan mode terbang lainnya, seperti layaknya terbang Manual dengan DJI Avata 2.
Untuk pengujian ini kebetulan kami sudah mempunyai DJI Avata 2 Fly more combo dengan extra DJI FPV RC 3, dan kami akan menampilkan video terbangnya dalam mode ini.
Keunggulan dan Kekurangan
Bagi kami, keunggulan mutlak DJI Neo ini adalah dari sisi harga yang jelas sangat terjangkau, berat yang ringan, serta desain dengan ducted dan pelindung propeller yang jelas membuat drone ini aman dan membuat pengguna lebih percaya diri terbang di dekat objek seperti manusia, pohon, tembok, dan lain-lain.
Kemudahan penggunaan, terutama untuk pengguna baru, jelas belum ada tandingannya untuk sekarang, dan sekali lagi, dengan harga yang menurut kami ini adalah best deal ever! Kenapa kami sebut begitu? Pertama, dengan rentang harga tersebut, drone pintar ini sudah bisa pengguna miliki dengan harga yang tidak terlalu jauh, bahkan mungkin dengan rentang harga yang sama.
Katakan jika kita bandingkan dengan drone SJRC F22 S2 Pro yang ramai penggunanya, rentang harganya sama jika kita bandingkan DJI Neo drone only. Walau memang jika membutuhkan kontrol lebih baik, pengguna perlu membeli remote DJI RC-N3 atau beli DJI Neo Fly More Combo dengan harga 2 jutaan lebih mahal, namun kami rasa itu sangatlah sepadan.
Jika Anda adalah pengamat drone FPV atau ingin menyelaminya, ini adalah drone terbaik dan paling ekonomis bagi kami, dikarenakan jika Anda merakit sendiri cinewhoop dengan kualitas setara, dari pengamatan kami, biayanya akan jauh lebih tinggi. Serta untuk belajar FPV, biasanya akan sering mengalami crash. Dengan fitur brake, maka belajar FPV dengan mode acro di drone ini akan lebih aman, walau ini kembali ke pengguna masing-masing.
Keunggulan lainnya adalah rangkuman yang dari saya sebutkan di atas, yaitu kemampuannya untuk difungsikan bermacam-macam kebutuhan, dan ini tergantung pengguna. Jika pengguna hanya butuh drone untuk dokumentasi selfie dan lain-lain, maka paket penjualan DJI Neo drone only sudah cukup. Namun, jika pengguna ingin menggunakan untuk kebutuhan lebih, seperti menjelajah tempat atau lokasi wisata maupun menangkap footage, bisa membeli paket penjualan DJI Neo Fly More Combo.
Lalu, jika ingin menggunakan DJI Neo dengan lebih lincah dan manuver tajam, bisa membeli DJI Neo Motion Fly More Combo. Namun, perlu dicatat, untuk bermain FPV mode manual atau acro, pengguna membutuhkan sebuah DJI FPV Remote Controller 3 yang dapat dibeli terpisah.
Untuk kekurangan dari DJI Neo ini, yang paling mencolok bagi kami adalah kamera utama serta vision positioning-nya yang kurang baik jika cahaya sekitar redup. Jadi, saran kami, hindari menggunakan DJI Neo ketika pencahayaan kurang, apalagi jika menggunakan DJI Neo ini tanpa menggunakan remote.
Noise juga menjadi masalah pada DJI Neo ini jika pencahayaan berkurang. Saran kami untuk gunakan mode 1080p 30/50/60 fps dibandingkan 4K 30fps. Kekurangan kedua adalah storage yang hanya mendukung internal 40GB. Drone ini tidak mendukung SD card eksternal, mungkin ini kompensasi supaya DJI Neo lebih ringan. Dan kekurangan terakhir adalah angin; DJI Neo kurang OK jika angin sangat kencang.
Waktu pengujian di Camp Sirte Puncak Halimun, kami sempat mengalami DJI Neo hanyut terbawa angin. Untung tidak sampai crash, hanya saja kewaspadaan dari pengguna perlu ditingkatkan jika sedang angin besar. Tapi dari 3 kekurangan di atas, sebenarnya menurut kami masih dalam batas wajar, dikarenakan DJI Neo dari sisi harga sangat ekonomis, mengingat fitur lainnya sangat melimpah.
Kedua, memang ukuran propeller DJI Neo ini kecil, sehingga wajar jika angin besar DJI Neo kurang mampu melawannya. Dan untuk storage yang hanya mendukung internal, menurut kami ini tidak jadi masalah, dikarenakan memang DJI Neo ini bukan drone profesional serta hanya untuk recreational drone saja menurut kami.
Untuk menyimpan footage, sesuai saran kami di 1080p untuk seharian, kami rasa sudah cukup, dan jangan lupa pengguna bisa langsung transfer file dari DJI Neo ke smartphone tanpa perlu bantuan PC atau laptop, cukup dengan menggunakan aplikasi DJI Fly saja. (Teguh Samodra)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id