Nama perusahaan tersebut menjadi sorotan setelah akhir pekan lalu, Interstellar Technologies melakukan percobaan penerbangan roket buatannya. Peluncuran yang dilkakukan pada hari Sabtu, 13 Juni 2020, tersebut bertepatan dengan peluncuran satelit oleh roket SpaceX Falcon 9 di Amerika Serikat.
Dikutip dari Space, Interstellar Technologies menerbangkan roket bernama Momo-F5 sebuah roket hasil penggalangan dana (crowdfunding) dalam bentuk kecil dari landasan di Taiki Town, Hokkaido.

Roket berukuran sekitar 10 meter ini diciptakan dengan dana yang terkumpul di Campfire. Dilaporkan bahwa terkumpul dana sebesar USD391.000 atau senilai Rp5,5 miliar dari target awal hanya USD84.000 atau sekitar Rp1 miliar.
Sayangnya, proses peluncuran roket kecil dan ramping ini gagal untuk kesekian kalinya. Menurut laporan dan video yang beredar, roket harus digagalkan penerbangannya karena sudut terbang sudah tidak sesuai dengan rencana.
Kondisi ini dianggap bisa berbahaya, penelusuran lebih lanjut diduga ada masalah di bagian nozzle roket atau komponen pendorong. Roket Momo-F5 harus dimatikan mesin pendorongnya di ketinggian 11,5 kilometer dari permukaan laut, tepatnya 70 detik setelah peluncuran.
Hal tersebut menyebabkan sudut atau posisis terbang roket tidak sesuai dengan target untuk mencapai orbit terendah dari Bumi yaitu batasan antara atmosesfer dan luar angkasa. Di sini kita bisa melihat bagaimana Interstellar Technologies menjalani masa awal seperti yang dirasakan SpaceX.
SpaceX juga beberapa kali gagal menerbangkan roket mereka sebelum akhirnya berhasil menemukan formula teknologi terbaik di Falcon 9. Interstellar Technologies yang berdiri sejak 2017 sendiri sudah lima kali melakukan percobaan penerbangan roket.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News