Pertanyaan yang muncul adalah bagaimana jika manusia dengan kekuatan super berikutnya tidak sebaik Superman? Bagaimana jika dia memutuskan untuk menculik presiden AS dari kantornya? Bagaimana jika dia adalah seorang teroris? Tidak akan ada orang yang dapat menghentikannya.
Hal inilah yang mendasari dibuatnya Suicide Squad.

Dari segi plot, saya merasa Suicide Squad tidak serumit Batman v Superman. Plot dari film ini lebih mudah untuk dicerna dan dengan adanya adegan humor di sana sini berhasil membuat saya untuk tidak merasa bosan saat menonton.
Namun, karena DC langsung memperkenalkan banyak tokoh sekaligus dalam satu film dan masing-masing karakter memiliki ceritanya sendiri, tidak bisa tidak, saya merasa terkadang, plot yang ada agak dipaksakan.
Tidak hanya itu, terlihat jelas bahwa ada karakter-karakter yang menjadi “anak emas” Warner Bros.. Mereka mendapat screentime lebih lama dan cerita yang lebih dalam dari karakter-karakter yang lain. Hal ini membuat karakter lain dalam Suicide Squad menjadi kurang menonjol. Seolah ada karakter yang menjadi “karakter utama” dan ada yang menjadi tidak lebih dari sekadar "figuran".
Mengingat Suicide Squad adalah sebuah kelompok, saya berharap masing-masing karakter akan mendapatkan peran yang sama penting. Terbersit di benak saya, mungkin Warner Bros. memang sengaja untuk fokus pada beberapa karakter saja di film kali ini. Dengan harapan, karakterisasi mereka terlihat lebih dalam. Penokohan karakter lainnya akan diperdalam di sekuel film ini (jika ada), atau film adaptasi DC berikutnya.

Melihat trailer dari Suicide Squad, saya berharap film ini akan mengandung unsur komedi yang kental. Dan memang benar, film ini memiliki adegan-adegan yang mengundang tawa. Sayangnya, ada juga adegan yang tidak lucu dan terasa "garing".
Satu hal yang membuat saya heran adalah karena betapa "baiknya" karakter-karakter di Suicide Squad. Secara harfiah berarti Tim Bunuh Diri, kelompok ini berisi orang-orang jahat, sampah masyarakat yang seharusnya dibiarkan membusuk di dalam penjara. Setidaknya, begitulah Suicide Squad seharusnya.
Namun, saya justru melihat mereka sebagai karakter dengan gray morality alias moralitas abu-abu, orang-orang yang menjadi jahat karena kondisi yang memaksa atau orang-orang yang pernah menjadi melakukan hal-hal jahat tapi sekarang menyesali perbuatan mereka.
Jika Warner Bros. ingin membuat cerita tentang superhero dengan moralitas yang ambigu, ada tim superhero lain milik DC yang bisa mereka buat. Mengingat Disney dan Marvel Studios cukup sukses dengan tokoh supervillain dengan gray morality (seperti Loki dan Winter Soldier), mungkin inilah alasan yang membuat Warner Bros. memutuskan untuk mengikuti Disney dan Marvel Studios.

Dari segi aksi, di Suicide Squad memang ada karakter dengan kemampuan layaknya monster. Sayangnya, karena mereka masuk kategori “figuran”, Anda tidak akan banyak melihat aksi mereka. Anda akan lebih sering melihat adegan baku tembak, yang menurut saya, tidak terlihat terlalu super.
Meskipun begitu, saat Justice League atau film adaptasi DC lain dirilis, saya tetap akan menontonnya, terutama setelah saya melihat cameo dua superhero DC yang muncul di Suicide Squad.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News