Mereka memperkirakan, untuk mengoperasikan starbase itu diperlukan biaya sekitar GBP6.2 oktiliun atau USD7.8 oktilion yang jika dikoversikan ke Rupiah menjadi Rp106.286.600.000.000.000.000.000.000.000.000.
Menurut VentureBeat, USD7.8 oktilion lebih dari 100 triliun kali dari aktivitas ekonomi global di bumi yang hanya mencapai USD70 triliun atau 30 triliun kali lipat dari total kekayaan di bumi yaitu USD200 triliun.
Untuk membuat analisanya, Ovo bekerja sama dengan blogger fisika Stephen Skolnick dan matematikawan Darthmouth, Profesor Alexander Barnet. Perhitungan ini dilakukan secara detail layaknya model bisnis biasa, meskipun bisnis Death Star adalah menghancurkan planet demi mengintimidasi para pemberontak.
Beberapa perhitungan yang menarik adalah biaya penerangan yang memakan USD52 miliar per hari dan biaya cucian yang mencapai USD200 juta dalam satu kali mencuci.
Namun, pembengkakan biaya terbesar disebabkan saat menembakkan laser pada Death Star, yang memerlukan tenaga tiga juta kali lipat dari matahari dengan ongkos USD8 oktiliun dalam satu kali menembak. Ovo tidak menjelaskan berapa sering laser Death Star ditembakkan. Pastinya, kurang dari satu kali sehari.
Mengumpulkan USD7.7 oktiliun bagi masyarakat Bumi adalah hal yang hampir tidak mungkin dilakukan, tapi menurut seorang ahli di Quora, pada masa kejayaannya, Galactic Empire mengontrol 1,5 juta planet pusat dan 69 juta koloni. Semua ini tergabung ke dalam ekonomi yang terpusat.
Namun, meskipun 7 juta planet tersebut sama produktifnya seperti Bumi, mereka hanya dapat mengumpulkan sebanyak USD3 seksitiliun. Dengan kata lain, Death Star akan membuat ekonomi Imperial bangkrut dalam sekejap.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News