Di sana, pesawat itu akan mengambil sampel asteroid dengan menembakkan peluru ke asteroid sehingga ia bisa mengambil pecahan asteroid. Sampel itu akan sampai di Bumi pada 2020.
Sampel tersebut kemudian akan diteliti sehingga para peneliti bisa mempelajari lebih banyak tentang proses terciptanya asteroid.
Hayabusa 2 menghabiskan waktu 42 bulan untuk mencapai tujuannya. Ia sampai pada tahun lalu dan mendaratkan dua rover.
Para peneliti berencana untuk mendaratkan pesawat tersebut di Ryugu pada tahun lalu. Namun, gambar permukaan asteroid menunjukkan bahwa ia memiliki permukaan berbatu yang akan membuat proses pendaratan menjadi sulit.
Tim JAXA kemudian memutuskan untuk menundah pendaratan hingga mereka bisa menemukan tempat pendaratan yang lebih aman bagi pesawat tersebut, menurut laporan Digital Trends.
Asteroid Ryugu -- yang namanya diambil dari nama istana naga dalam dongeng Jepang -- ada di antara orbit Mars dan Bumi.
Ia memiliki diameter satu kilometer dan merupakan bagian dari grup asteroid yang ditemukan pada tahun 1930-an yang dinamai Apollo Group. Ia dianggap sebagai objek luar angkasa dekat Bumi.
Ryugu juga dianggap sebagai asteroid berbahaya karena ia cukup dekat ke Bumi dan memiliki ukuran yang cukup besar. Jika asteroid ini menabrak Bumi, maka dampaknya yang tercipta akibat tabrakan itu akan cukup besar. Namun, tidak perlu khawatir, Ryugu tidak akan menabrak Bumi dalam beberapa ratus tahun ke depan.
Asteroid Ryugu menarik perhatian para peneliti karena ia memiliki komposisi yang tidak biasa. Ia masuk ke dalam tipe asteroid spektral "Cg". Tipe spektral adalah pengklasifikasian asteroid berdasarkan warna dan spektrum emisi asteroid, yang diduga ada kaitannya dengan komposisi permukaan asteroid.
Para peneliti menganggap, utamanya, Ryugu terbuat dari nikel dan besmi. Selain itu, ia juga memiliki kobalt, air, nitrogen, hidrogen, dan ammonia. Menurut situs Asterank, material yang bisa ditambang di Ryugu memiliki total nilai hingga USD82,76 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News