Sistem exoplanet ini, yang terdiri dari dua planet dengan tampilan menggembung mengelilingi bintang serupa matahari muda, ditemukan teleskop ruang angkasa Kepler milik NASA pada tahun 2012 lalu.
Namun, baru pada tahun 2014 saat kepadatan rendah dua planet ini ditentukan, mengejutkan banyak pihak. Observasi terbaru Hubble memungkinkan tim astronomer untuk menyaring perkiraan massa dan ukuran dari dua planet tersebut.
Observasi ini mengonfirmasi bahwa dua planet tersebut mengusung karakter alami yang menggembung. Mengusung massa sedikit lebih besar dari Bumi, atmosfer planet yang terdiri dari hidrogen dan helium ini membengkak hingga hampir menyerupai ukuran Jupiter.
Dengan kata lain, dua planet ini terlihat sebesar Jupiter, namun beberapa ratus kali lebih ringan dalam hal massa. Dengan menggunakan Hubble, tim berupaya mencari bukti dari komponen, terutama air, di atmosfer dua planet dengan nama Kepler-51 b dan 51 d.
Hubble mengobservasi planet saat lewat di depan bintang mereka, bertujuan untuk mengamati warna inframerah dari kondisi matahari tenggelam. Astronomer menyimpulkan jumlah cahaya yang diserap oleh atmosfer dalam cahaya inframerah.
Tipe observasi ini memungkinkan ilmuwan untuk mengetahui tanda penting dari konstituen kimia planet, seperti air. Tim Hubble menemukan spektra dari kedua planet tidak memiliki ciri khas bahan kimia.
Tim Hubble mengaitkan hasil temuan ini dengan awal partikel tinggi di atmosfernya. Hal ini disebut anggota tim Hubble tidak terduga, yang berencana untuk mengamati fitur penyerapan air berskala besar dan menemukan bahwa fitur tersebut tidak tersedia.
Semuanya, disebut tim Hubble, tertutup oleh awan. Berbeda dengan awan air di Bumi, awan pada planet tersebut terdiri dari kristal garam atau kabut fotokimia, serupa yang ditemukan pada bulan terbesar Saturnus, yaitu Titan.
Awan ini menyediakan tim informasi terkait cara Kepler-51 b dan 51 b menumpuk, melawan planet bermassa rendah dan kaya gas di luar tata surya yang menaungi Bumi. Tim Hubble kemudian membandingkan dengan spektra data dari planet menggembung ini dengan spektrum planet lain.
Dari perbandingan tersebut, tim Hubble mendukung hipotesis bahwa pembentukan awan atau kabut terkait dengan suhu planet, yaitu semakin dingin suhu suatu planet, maka planet tersebut semakin berawan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News