ChatGPT.
ChatGPT.

Percaya Saran Diet ChatGPT, Pria 60 Tahun Keracunan Hingga Alami Psikosis

Cahyandaru Kuncorojati • 18 Agustus 2025 10:13
Jakarta: Sebuah insiden serius yang menyoroti bahaya mengandalkan kecerdasan buatan (AI) untuk nasihat medis telah dilaporkan, di mana seorang pria berusia 60 tahun harus dirawat intensif di rumah sakit setelah mengikuti rencana diet yang disarankan oleh ChatGPT. 
 
Pria tersebut mengalami keracunan bahan kimia berbahaya yang membuatnya menderita paranoid, halusinasi, dan gejala neurologis lainnya selama berminggu-minggu.
 
Kasus yang didokumentasikan dalam jurnal medis Annals of Internal Medicine: Clinical Cases ini bermula ketika pria tersebut memutuskan untuk sepenuhnya menghilangkan garam meja (natrium klorida) dari pola makannya karena alasan kesehatan. 

Karena kesulitan menemukan informasi tentang cara melakukannya, dia beralih ke ChatGPT untuk mencari alternatif pengganti garam, dikutip dari situs Gizmodo.
 
AI chatbot tersebut kemudian menyarankan penggunaan natrium bromida (sodium bromide), sebuah senyawa kimia yang secara keliru dianggap aman oleh pria tersebut untuk dikonsumsi. 
 
Tanpa peringatan yang memadai mengenai tingkat toksisitasnya, pria itu membeli natrium bromida secara online dan menggunakannya sebagai pengganti garam dalam makanannya setiap hari selama tiga bulan penuh.
 
Akibatnya sangat berbahaya. Setelah periode tersebut, pria itu dilarikan ke unit gawat darurat dengan kondisi kejiwaan akut. Dia menunjukkan gejala paranoid parah, salah satunya adalah keyakinan bahwa tetangganya sedang berusaha meracuninya.
 
Kondisinya memburuk dengan cepat dalam 24 jam pertama di rumah sakit, dia mengalami halusinasi auditori dan visual hingga harus ditempatkan di bawah penahanan psikiatri paksa selama tiga minggu.
 
Tim dokter mendiagnosisnya menderita "bromism," atau keracunan bromida, sebuah kondisi medis yang langka di era modern. 
 
Kadar bromida dalam darahnya mencapai 1.700 mg/L, lebih dari 200 kali batas normal yang seharusnya kurang dari 8 mg/L. Selain gejala psikosis, ia juga menderita lesi kulit seperti jerawat, insomnia, dan masalah koordinasi motorik.
 
Laporan medis menyoroti bahwa ChatGPT tidak memberikan peringatan apapun tentang bahaya mengkonsumsi natrium bromida. Bahkan ketika para peneliti mencoba mereplikasi permintaan tersebut pada ChatGPT 3.5, AI itu kembali menyarankan bromida sebagai pengganti klorida tanpa memberikan peringatan kesehatan yang jelas. 
 
Insiden ini menjadi contoh nyata bagaimana AI dapat menghasilkan informasi yang tidak kontekstual dan berpotensi membahayakan, menegaskan pentingnya untuk tidak pernah mengandalkan AI untuk nasihat medis tanpa verifikasi dari tenaga kesehatan profesional.
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(MMI)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan