Mengutip The Verge, informasi tersebut menyebabkan harga saham perusahaan jejaring sosial tersebut hampir mendekati batas akhir. Hingga saat ini belum tersedia informasi terkait jumlah pegawai yang akan dirumahkan Snap dari lebih dari 6000 pegawainya.
Sebab, manajer Snap dilaporkan masih mempertimbangkan dan merencanakan lingkup penuh dari tim mereka. Sayangnya, perwakilan Snap Russ Caditz-Peck menolak untuk memberikan komentar terkait informasi ini.
Sebagai informasi, bisnis Snap tengah mengalami masa sulit dalam dua faktor utama, yaitu perkenalan Apple terkait permintaan Ask App Not to Track, yang diperkirakan sebagian besar pemilik iPhone memilih ya, sehingga mempersulit perusahaan seperti Snap untuk secara efektif menargetkan iklan mereka.
Faktor kedua adalah penurunan ekonomi lebih luas yang secara khusus memukul harga saham Snap dan perusahaan yang hingga saat ini masih dalam tahap ‘bakar uang’. Snap baru mendapatkan keuntungan pada satu kuartal sejak menjadi perusahaan publik pada tahun 2017 lalu.
Kali terakhir Snap melakukan pemangkasan pegawai adalah pada tahun 2018, saat masih belum pulih dari dampak perubahan desain Snapchat yang dinilai dieksekusi dengan buruk. Sejak saat itu, basis penggunanya bertumbuh menjadi 347 juta pengguna harian, melebihi Twitter.
Namun Snap mengalami kesulitan dalam membangun bisnis iklan signifikan, dan upayanya menjual hardware, seperti drone selfie seharga USD230 (Rp3,4 juta), tidak berjalan mulus. Pada akhir bulan Mei lalu, CEO Evan Spiegel menyampaikan informasi kepada pegawai Snap.
Spiegel menyebut bahwa perusahaan akan menghentikan proses perekrutan dan mencari cara lain untuk berhemat. Snap bukan satu-satunya perusahaan yang harus bertahan, sebab Twitter, TikTok dan sejumlah perusahaan teknologi lain juga mengumumkan pemangkasan jumlah pegawai atau menghentikan proses perekrutan sementara dalam beberapa bulan terakhir.
Bahkan Meta, kompetitor lebih besar dengan keuntungan lebih tinggi Snap di ranah media sosial juga dilaporkan memperlambat proses penerimaan pegawai baru dan memperingatkan pegawai terkait waktu sulit yang mungkin akan dialami perusahaan di masa mendatang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News