Shinta Amang
Shinta Amang

Melihat Kisah dari Sumba Tengah dan Parepare di Era Digitalisasi

Mohammad Mamduh • 03 November 2023 13:57
Jakarta: 95 tahun telah berlalu sejak Sumpah Pemuda pertama kali diikrarkan; menyerukan bahwa nusantara bersatu sebagai satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa. Sumpah tersebut bukan hanya simbol persatuan, namun juga katalis untuk berinovasi, beradaptasi, dan menjaga ketangguhan.
 
Nilai-nilai yang sama masih relevan hingga kini, ketika kita berada di era digitalisasi. Menjawab peluang yang hadir seiring berkembangnya teknologi, semangat Sumpah Pemuda mendorong putra-putri bangsa untuk mengembangkan potensi diri demi meningkatkan daya saing, dan menggunakannya untuk menciptakan dampak positif yang bermanfaat bagi Indonesia.
 
Microsoft menginisiasi Skills for Jobs Indonesia yang merupakan program pemberian literasi digital, keterampilan digital, dan persiapan kerja gratis merupakan salah satu manifestasinya.

Erlinda Rambu Enga, atau yang lebih akrab dipanggil Erlinda, adalah seorang sarjana peternakan asal Nusa Tenggara Timur. Lahir dan tumbuh di Sumba Tengah, Erlinda sempat menempuh pendidikan tingginya di Kupang sebelum kembali ke kampung halaman setelah lulus kuliah.
 
“Latar belakang pendidikan dan pekerjaan saya jauh dari penggunaan komputer dan teknologi digital, belum lagi koneksi internet yang tidak stabil di wilayah ini membuat saya, dan mungkin orang muda seusia saya, tidak tahu apa itu keterampilan digital. Lalu pandemi melanda dan saya diajak ikut program ini oleh teman saya di kota [Kupang]. Ternyata banyak hal yang bisa saya pelajari dari sana,” kenang Erlinda.
 
Melalui Skills for Jobs Indonesia, Erlinda mempelajari keterampilan mengoperasikan Microsoft Office dari nol, khususnya untuk aplikasi-aplikasi seperti Excel, Word, dan PowerPoint. Selain itu, Erlinda juga menjalani kelas manajemen bisnis yang membantunya membangun dan menjalankan bisnis kecil miliknya dengan lebih efisien.
 
Tantangan yang dihadapinya tak membuatnya patah semangat, dan Erlinda dengan gigih menyelesaikan modul hingga selesai.
 
Pengetahuan dan keterampilan baru ini tak ia simpan sendiri. Menyadari keterbatasan kemampuan digital warga di sekitarnya, Erlinda pun membuka pintu rumahnya untuk menerima kunjungan warga setempat yang menjumpai permasalahan teknologi dalam aktivitas sehari-hari.
 
“Banyak tetangga yang datang ke rumah dan minta tolong diajarkan, entah untuk mengerjakan tugas, mendaftar pekerjaan secara online, bahkan adik-adik sekolah yang mempersiapkan diri untuk kuliah di Pulau Jawa. Mereka minta diajarkan supaya tidak tertinggal dari orang-orang yang punya akses lebih baik di kota besar. Jadi, saya gunakan ilmu yang saya dapat supaya jadi manfaat bagi orang lain,” sebutnya.
 
Jika bagi kebanyakan orang, rumah adalah tempat beristirahat, maka rumah Erlinda menjadi mercusuar harapan di mana ia dapat menyebar manfaat yang telah ia terima dari Skills for Jobs Indonesia ke komunitasnya.
 
“Saya sadar bahwa banyak sekali anak muda di sekitar saya yang belum fasih digital. Saya ditawarkan untuk menjadi pengajar komputer di salah satu SMK di sini. Meski saat ini saya belum bisa menerima pekerjaan tersebut karena ada hal-hal domestik yang memerlukan fleksibilitas tinggi, ini jadi inspirasi saya untuk membuka warnet sekaligus pusat pelatihan komunitas yang bisa saya jadikan tempat mengajar yang lebih kondusif, sehingga masyarakat Sumba Tengah jadi semakin cakap digital,” tutup Erlinda.
 
Adalah visi Shinta Amang, seorang youthpreneur dari Parepare, Sulawesi Selatan yang juga merupakan peserta program Skills for Jobs Indonesia, untuk menjadikan bisnis UMKM sebagai kekuatan kebaikan. Berawal dari tantangan yang dihadapi dalam mengelola bisnis butik gamis yang dijalankannya bersama sang kakak, Shinta berupaya mencari jawabannya di Skills for Jobs Indonesia.
 
“Persaingan di bisnis busana itu bukan barang mudah, saya menyadari bergesernya perilaku konsumen yang kini memprioritaskan ranah online. Jadi saya harus cari cara untuk dapat bersaing. Karenanya saya ikut dan menyelesaikan 10 kelas online di Skills for Jobs, mayoritas terkait dengan pengelolaan bisnis hingga penggunaan Microsoft Office untuk menjalankan UMKM seperti usaha saya ini,” ujar Shinta.
 
Melalui kelas-kelas tersebut, Shinta menerapkan keterampilan digital dan bisnis pada bisnisnya. Tak lagi berpaku kepada penjualan langsung, Shinta dan sang kakak mengadopsi ­e-commerce agar pelanggan lebih leluasa melihat katalog, membaca ketentuan rental maupun pembelian, dan lainnya.
 
Inovasi yang mungkin bagi banyak orang terdengar biasa, seperti menggunakan aplikasi Microsoft Office untuk mengatur pembukuan keuangan, itu hal yang baru bagi mereka dan terbukti membantu menghemat waktu serta tenaga dalam menjalankan operasional toko.
 
“Saya tidak mengizinkan tantangan sekecil apa pun mengendurkan semangat saya; saya harap semangat ini juga diadopsi pemuda Indonesia lainnya. Apalagi dengan perkembangan teknologi yang demikian cepat, kita perlu mulai secepatnya. Jika kita tidak berjalan hari ini, maka kita harus berlari besok,” ungkap Shinta.
 
“Kami merancang Skills for Jobs Indonesia dan program-program di dalamnya dengan memikirkan kebutuhan para pemuda-pemudi yang menjadi target utama kami—memastikan bahwa kami menangkap esensi dari jiwa muda dan memberi mereka kesempatan untuk membuat perbedaan yang mengubah dunia, selangkah demi selangkah,” kata Supahrat Juramongkol, Microsoft Philanthropies Lead for ASEAN.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MMI)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan