Mungkin saja, di kota tempat Anda tinggal, telah ada armada mobil tanpa sopir yang bisa Anda panggil menggunakan bantuan smartphone, layaknya layanan transportasi berbasis aplikasi yang ada saat ini. Dengan satu perbedaan besar: tidak ada manusia yang duduk di bangku sopir.
Menurut perhitungan Bloomberg New Energi Finance, kendaraan umum otonom yang dapat mengangkat 20 penumpang akan memakan biaya lebih sedikit dan lebih nyaman digunakan daripada membeli mobil pribadi.
Mobil otonom dapat menggabungkan kelebihan yang ada pada transportasi umum dan kendaraan pribadi. Salah satu kelebihan transportasi umum adalah ia tidak memakan biaya besar. Selain itu, dari segi energi, ia juga efisien karena ia digunakan oleh banyak orang. Namun, transportasi umum juga memiliki kelemahan.
Salah satu kelemahan transportasi umum adalah karena ia cenderung lebih tidak nyaman dari kendaraan pribadi. Selain itu, penumpangnya juga terkadang masih harus berjalan dari tempat pemberhentian -- stasiun kereta api atau halte bus -- ke tujuan.
Sebaliknya, salah satu kelebihan kendaraan pribadi adalah karena ia lebih nyaman untuk digunakan. Sayangnya, ia memakan biaya yang tidak sedikit dan juga lebih boros sumber daya jika dibandingkan dengan kendaraan umum.
Tantangan dari mobil otonom tidak melulu tentang bagaimana membuat mobil yang bisa berkendara tanpa sopir, tapi juga bagaimana ia digunakan. Jika digunakan dengan sistem yang baik, mobil otonom dapat memberikan keuntungan yang ada pada transportasi umum dan kendaraan pribadi.
Selain itu, keberadaan mobil otonom juga dapat mendorong munculnya teknologi dan bisnis baru seperti sistem baru untuk mengendalikan lalu lintas, infrastruktur baru dan lain sebagainya. Pada akhirnya, ini akan mendorong tumbuhnya ekonomi.
Tidak hanya itu, menurut Departemen Transpotasi AS merasa, keberadaan mobil otonom akan membuat kendaraan menjadi lebih aman. Mereka menyebutkan, sebagian besar dari 40 ribu kematian yang terjadi karena kecelakaan dapat dihindari dengan penggunaan mobil otonom.
Mobil otonom dapat membantu orang tua, anak-anak dan orang yang tidak bisa menyopir untuk mendapatkan kendaraan yang lebih bersih dan aman, seperti yang dikutip dari Fortune.
Ada banyak perusahaan yang mencoba untuk membuat mobil tanpa sopir, mulai perusahaan internet seperti Google dan Baidu, perusahaan pembuat mobil listrik seperti Tesla hingga perusahaan layanan transportasi berbasis aplikasi seperti Uber dan Grab.
Beberapa perusahaan memutuskan untuk membangun mobil tanpa sopir dari nol, merakit mobil dan juga membuat software yang digunakan. Dua contoh perusahaan ini adalah Google dan Tesla.
Proyek ini pertama kali dikerjakan oleh Sebastian Thrun, yang juga menjadi pendiri Google X. Pada tahun 2009, Google menanamkan teknologi mobil otonom pada Toyota Prius. Menurut Business Insider, setelah mobil tanpa sopir Google menempuh jarak 300 ribu mil, Google lalu menanamkan teknologi tanpa sopirnya pada Lexus SUV, yang kemudian diuji di jalanan.
Google pertama kali membuat prototipe mobil tanpa sopirnya pada tahun 2014. Mobil yang dinamai "Koala Car" itu tidak memiliki setir atau pedal karena ia sudah sepenuhnya otonom. Koala Car menandai kali pertama Google menguji mobil otonomnya di jalan tanpa bantuan manusia untuk memastikan tidak ada masalah yang terjadi.
Per tanggal 30 Juni lalu, Google telah memiliki armada mobil tanpa sopir yang terdiri dari 34 mobil Koala dan 24 Lexus SUV dengan teknologi mobil otonom dari Google. Per bulan September 2015, proyek mobil tanpa sopir Google menjadi tanggung jawab John Krafcik, CEO Google Self-Driving Cars.
Teknologi yang digunakan Google
Google menggunakan teknologi yang disebut LIDAR (Light Detection and Ranging). Teknologi ini memungkinkan mobil Google untuk "melihat" jalan menggunakan laser dengan memetakan keadaan sekitarnya. Cahaya laser yang dipantulkan oleh sebuah obyek akan dihitung untuk memperkirakan jarak antara mobil dan benda-benda lain di sekitarnya.
Selain itu, Google juga menggunakan berbagai sensor lain untuk mendeteksi pejalan kaki, pesepeda atau kendaraan lain. Bersama dengan software yang tertanam, sensor yang ada di mobil tanpa sopir Google akan memperkirakan gerakan dari objek yang ada di sekitar mobil. Misalnya, saat seseorang hendak menyebrang, mobil Google akan menyesuaikan kecepatan dan arah mobil untuk memastikan tabrakan tidak terjadi.
Sidewalk Labs, divisi smart city dari Alphabet, bekerja sama dengan Departemen Transportasi Amerika Serikat untuk membuat Flow pada bulan Maret. Flow berfungsi untuk memetakan rute jalan menggunakan data dari Google Maps, sensor di jalan dan miliaran perjalanan untuk mengerti pola lalu lintas.
Per bulan Juli, mobil tanpa sopir Google telah mengalami 24 kecelakaan kecil sejak tahun 2009. Dari semua kecelakaan yang terjadi, hanya satu kecelakaan yang dianggap terjadi karena kesalahan software mobil otonom Google.
Tesla
Pada akhir bulan Oktober, CEO Tesla Elon Musk berkata, pada akhir tahun 2017, Tesla akan dapat meluncurkan mobil yang dapat berkendara dari Los Angeles ke New York tanpa bantuan manusia sama sekali.Seperti yang disebutkan WIRED, pernyataan Musk ini menunjukkan besar ambisi Tesla, mengingat sebagian besar perusahaan yang mengembangkan mobil tanpa sopir berjanji akan meluncurkan mobil otonom beberapa tahun setelah apa yang dijanjikan Musk.
Misalnya, Ford berencana untuk meluncurkan mobil otonom pada tahun 2021, Baidu pada tahun 2019. Google belum mengeluarkan tahun pasti, tapi diperkirakan mereka akan meluncurkan mobil otonom pada tahun 2021.
Untuk dapat membuat mobil yang dapat mengantisipasi berbagai keadaan, maka software dalam mobil itu perlu memiliki banyak data. Dalam hal ini, Google adalah pihak yang dianggap sebagai pemimpin. Dengan armada 60 mobil otonom, mobil otonom Google telah mengitari beberapa kota hingga 2 juta mil.
Namun, Tesla memiliki keuntungan karena mereka menjual mobil, yang berarti mereka memiliki lebih banyak armada. Sehingga mereka dapat mengumpulkan data lebih banyak. Per bulan Oktober, mobil Tesla telah menempuh perjalanan hingga 222 juta mil dalam mode Autopilot. Sayangnya, tidak diketahui apakah data yang dikumpulkan Tesla memang lebih akurat.
(Spencer Platt/Getty Images/AFP)
Satu hal yang membedakan Tesla dengan Google terkait mobil otonom adalah teknologi yang digunakan. Tesla tidak ingin menggunakan teknologi LIDAR, seperti Google dengan alasan ia memiliki komponen bergerak yang dapat jatuh dan juga mahal.
Sebagai gantinya, Tesla memasangkan 8 kamera dan radar yang menghadap ke depan. Menurut Musk, sistem ini menawarkan "pandangan" yang sama baiknya dengan LIDAR.
Pada awalnya, Tesla bekerja sama degnan Mobileye. Pada bulan September, Tesla memutuskan kerjasamanya dengan Mobileye meski mereka belum mengumumkan siapa rekan baru mereka. Namun, pada pertengahan bulan Oktober lalu, Tesla dikabarkan akan menggandeng NVIDIA untuk mengembangkan Tesla Vision. (6)
NVIDIA memperkenalkan Drive PX2, platform mobil tanpa sopir miliknya pada CES 2016 yang diadakan pada bulan Januari lalu. Drive PX2 memiliki prosesor 12 core yang dapat memproses data dari 12 kamera, radar dan sensor ultrasonik yang ada pada mobil. Ia juga dilengkapi dengan sistem liquid cooling. Dalam CES, NVIDIA menyebutkan, manufaktur mobil pertama yang menggunakan Drive PX2 adalah Volvo. (7)
Tidak semua perusahaan mau repot-repot merakit mobil. Ada juga perusahaan yang memilih untuk sekadar membuat software untuk mobil otonom, seperti Apple, Uber, nuTonomy, dan Baidu.
Apple
Apple merupakan salah satu perusahaan raksasa yang berencana untuk membuat mobil otonom. Pada awalnya, Apple dirumorkan akan membuat mobil otonom sendiri, mulai dari merakit mobil hingga membuat software. Proyek tersebut dinamai Project Titan.Namun, pada bulan Oktober lalu, Bloomberg melaporkan, Apple akan fokus untuk membuat software untuk mobil otonom. Dengan begitu, Apple memiliki kebebasan untuk bekerja sama dengan manufaktur mobil.
Menurut Quartz, proyek mobil otonom Apple dimulai pada tahun 2014. Sejak saat itu, Apple merekrut para ahli industri mobil, baterai dan machine vision. Pada awalnya, Apple berencana untuk merampungkan Project Titan pada 2020.
Kabar tentang perubahan rencana Apple terkait Project Titan mulai muncul pada bulan Juli. Pada bulan Oktober, para eksekutif Apple telah memberikan ultimatum pada tim Project Titan bahwa mereka harus dapat menentukan tujuan akhir dari proyek pembuatan mobil otonom dan menunjukkan apakah proyek ini dapat menguntungkan.
Tanda pertama Apple mengalami masalah untuk mengembangkan mobil otonom adalah ketika ketua proyek Steve Zadesky, mantan teknisi Ford, meninggalkan Project Titan pada awal tahun 2016. Dia lalu digantikan oleh Bob Mansfield pada bulan April, yang menyarankan agar Apple tidak berkompetisi langsung dengan Tesla. Sebagai gantinya, dia mendorong agar Apple sekadar membuat platform mobil tanpa sopir.
Pada pertengahan bulan September, New York Times melaporkan, Apple telah mulai memecat puluhan karyawan di divisi pengembangan mobil. Kemudian, ratusan orang mulai meninggalkan divisi yang awalnya memiliki 1.000 orang tersebut, sebagian orang-orang itu memutuskan untuk pergi, sebagian yang lain dirumahkan dan sebagian lain mengundurkan diri, menurut Bloomberg.
Meskipun begitu, jumlah pekerja dalam divisi pengembangan mobil dikabarkan tetap sama karena Apple merekrut pekerja baru sesuai dengan fokus mereka saat ini, yaitu mengembangkan software untuk mobil otonom.

(McLaren Automotive Limited via AP)
Pada akhir bulan September lalu, sempat beredar kabar bahwa Apple akan akuisisi McLaren. Rumor ini segera dibantah oleh McLaren. Namun, jika Apple ingin membeli McLaren, langkah ini adalah keputusan yang masuk akal.
Uber
Menjelang akhir tahun 2014, Co-founder dan CEO Uber, Travis Kalanick pergi ke Pittsburg untuk mempekerjakan puluhan ahli di bidang mobil otonom. Pittsburgh adalah tempat departemen robotik dari Carnegie Mellon University berada.Beberapa ahli ternama di bidang mobil otonom berasal dari CMU, seperti Sebastian Thrun, kreator dari proyek mobil otonom Google dan Chris Urmson, mantan Director dari mobil otonom Google.
John Bares yang kini menjabat sebagai Director at Uber Advanced Technologies Center, Uber Advanced Technologies Center, sempat menjadi Director di National Robotics Engineering Center, CMU selama 13 tahun sebelum mendirikan Carnegie Robotics, perusahaan asal Pittsburgh yang membuat komponen untuk robot dalam industri mobil otonom.
"Travis ingin masuk ke dalam industri mobil otonom. Saya menolak tawarannya tiga kali, tapi rencananya cukup menarik," kata Bares, yang bergabung dengan Uber pada bulan Januari 2015. Pada awal tahun ini, dia telah merekrut ratusan teknisi, ahli robot dan teknisi mesin, menurut Bloomberg.
Bares memiliki satu tujuan, yaitu untuk menggantikan sopir manusia Uber dengan robot.
Pada pertengahan bulan Agustus, Uber menyebutkan bahwa mereka akan mulai membiarkan mobil tanpa sopir untuk mengangkut penumpang. Armada Uber ini terdiri dari Volvo XC90 yang telah dilengkapi dengan puluhan sensor yang menggunakan kamera, laser, radar dan penerima GPS.
Uber dan Volvo telah setuju untuk bekerja sama untuk menggunakan USD300 juta untuk mengembangkan mobil otonom yang akan siap digunakan di jalan pada 2021. Namun, perjanjian Uber dengan Volvo tidak bersifat eksklusif karena Uber berencana untuk bekerja sama dengan perusahaan pembuat mobil lain.

(AP Photo/Gene J. Puskar)
Pada bulan Juli, Uber mengakuisisi Otto, startup truk otonom yang didirikan tahun ini dan memiliki para teknisi dari perusahaan ternama yang juga berusaha untuk mengembangkan mobil tanpa sopir seperti Google, Apple dan Tesla.
Namun, lain dengan Google dan Tesla, Uber tidak berencana untuk membuat mobilnya sendiri, kata Kalanick. Sebagai gantinya, Uber akan bekerjasama dengan perusahaan pembuat mobil, seperti Volvo Cars. Uber hanya akan bertanggung jawab untuk membuat software mobil otonom.
Akuisisi Otto oleh Uber akan membantu Uber dalam usahanya membuat mobil otonom, karena startup tersebut membuat sistem LIDAR mereka sendiri. Sistem LIDAR adalah sistem yang banyak digunakan pada mobil otonom.
Kalanick percaya, untuk meningkatkan performa sistem navigasi dan pemetaan software mobil otonomnya, Uber akan dapat mengumpulkan data dari para sopirnya, yang kira-kira menempuh 100 juta mil per hari.
nuTonomy + Grab
Perusahaan asal Singapura, nuTonomy, merupakan salah satu perusahaan yang ingin membuat software mobil otonom. Mereka melakukan percobaan di Singapura pada bulan Agustus. Untuk itu, nuTonomy menyediakan 6 mobil berupa Renault Zoe dan Mitsubishi i-MiEV yang telah dimodifikasi.Ketika melakukan uji coba ini, akan ada 2 orang yang mendampingi penumpang, yaitu seorang teknisi yang siap mengambil alih jika ada masalah dan seorang peneliti yang akan mencatat performa mobil.
Pada akhir bulan September, Grab mengumumkan kerja samanya dengan nuTonomy. Dalam kerja sama ini, sebagian armada Grab akan dilengkapi dengan software nuTonomy.
Baidu
Baidu adalah salah satu perusahaan asal Tiongkok yang tertarik dengan mobil otonom. Raksasa pencarian Tiongkok ini telah mulai bereksperimen dengan mobil tanpa sopir pada tahun 2013. Ketika itu, tujuan Baidu adalah untuk membantu mereka memetakan Tiongkok. Pada akhir tahun 2015, Baidu mengumumkan bahwa mobilnya telah berhasil melalui serangkaian tes berkendara rumit.Sementara pada bulan Agustus lalu, Baidu memamerkan mobil otonom baru miliknya. Sekilas, Chery eQ yang telah dimodifikasi ini mirip dengan mobil otonom dari Google. Mobil otonom dari raksasa internet Tiongkok ini akan digunakan di negara asalnya.
Satu hal yang membedakan mobil otonom buatan Baidu dari mobil otonom lainnya adalah karena ia dibuat dengan tujuan untuk membantu Baidu mengembangkan teknologi pemetaan dan mengumpulkan data tentang infrastruktur lalu lintas lokal.
Sebelum ini, Baidu ini bekerja sama dengan BMW. Namun, setelah 2 tahun berkolaborasi, mereka memutuskan untuk menghentikan kerja samanya dengan alasan memiliki visi yang berbeda.

Kecelakaan
Meskipun mobil otonom telah berkembang pesat, tapi hal itu bukan berarti ia telah sempurna. Selama pengujian mobil otonom ini, telah terjadi beberapa kecelakaan. Salah satunya kecelakaan yang melibatkan mobil Tesla yang menewaskan sang sopir.
Pada bulan Juli, muncul laporan tentang kecelakaan fatal yang terjadi pada Tesla Model S saat mode autopilot berada dalam keadaan aktif. Kali itu menjadi kali pertama mobil Tesla, dengan mode autopilot aktif, terlibat dalam kecelakaan fatal.
Dalam kecelakaan ini, Model S menabrak sebuah trailer. Kecelakaan ini terjadi pada tanggal 7 Mei di Wiliston, Florida. Selama ini, Tesla memang selalu mengatakan, meski mode autopilot berada dalam keadaan aktif, sopir tetap bertanggung jawab penuh atas kendaraannya.
Dilema
Maraknya pengembangan teknologi mobil otonom memunculkan debat filosofis: apakah mobil otonom harus mengorbankan nyawa penumpangnya demi menyelamatkan pejalan kaki dalam jumlah banyak.
Menurut studi yang dipublikasikan di jurnal Science, 75 persen responden dalam studi merasa, mobil otonom seharusnya mengorbankan satu penumpang daripada membunuh 10 pejalan kaki.
Namun, para responden juga mengatakan, mereka tidak akan tertarik untuk membeli mobil otonom yang diprogram untuk mendahulukan keselamatan pejalan kaki dengan mengorbankan keselamatan penumpangnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id