Direktur perusahaan Bradley Workman Davies menjelaskan, alasan dibalik hal ini adalah karena perusahaan juga dapat terkena dampak buruk dari para pelanggan, calon pelanggan atau pemegang saham karena mempekerjakan karyawan yang membuat komentar yang tidak pantas di media sosial.
"Karena itulah, perusahaan berhak untuk mengambil tindakan atas konten tidak pantas yang dibuat oleh pekerjanya. Karena hal ini memiliki potensi merusak bisnis perusahaan," kata Davies. "Sebaliknya, pekerja juga harus sadar bahwa semua konten yang diunggah ke media sosial tidak lagi bersifat pribadi."
Belakangan ini, banyak kasus yang menjadi contoh bagaiman sebuah perusahaan menghukum atau memecat karyawannya yang membuat konten yang tidak pantas di media sosial. Salah satu contohnya adalah pembaca berita eNCA Andrew Barnes yang mendapat skors selama 2 minggu setelah menghina cara Menteri Edukasi Dasar Angie Motshekga mengucapkan kata "epitome". Setelah mendapat protes dari masyarakat, dia lalu meminta maaf pada sang menteri.
Davies menjelaskan, tingkah laku seorang pekerja di luar tempat kerja dapat memberi dampak pada perusahaan. Meskipun begitu, dia juga menyebutkan, perusahaan harus memberikan kesempatan pada pekerja untuk menjelaskan apakah mereka bersalah atas tuduhan yang dituduhkan padanya atau tidak sebelum pihak perusahaan membuat keputusan.
Davies menegaskan bahwa hak untuk mengemukakan pendapat bukanlah sesuatu yang tidak terbatas. "Seseorang harus ingat bahwa hak mengemukakan pendapat mereka seharusnya tidak melanggar hak orang lain," kata Davies.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News