Di wilayah ini, perusahaan milik keluarga memegang porsi yang cukup besar di segmen kecil menengah (UKM).
Berdasarkan studi terbaru oleh The Economist Intelligence Unit, perusahaan-perusahaan keluarga di Asia Tenggara menlihat perkembangan teknologi yang cepat menjadi ancaman utama pertumbuhan perusahaan dalam tiga tahun ke depan.
Studi ini menemukan bahwa para pemilik perusahaan atau mereka yang menduduki posisi eksekutif harus mengubah cara mereka berbisnis.
“Para eksekutif perusahaan di Asia Tenggara kurang yakin dengan kemampuan mereka sendiri dalam menghadapi tantangan ke depan. Pesaing mereka bahkan terlihat lebih baik,” kata Editor EIU Michael Gold.
“Demi mampu bersaing, mereka harus mengadopsi teknologi baru dan mengembangkannya. Yang paling penting adalah melakukan modernisasi terhadap cara berpikir mereka sendiri dalam berbisnis.”
“Jika tidak, mereka sulit mendapatkan dukungan dari generasi yang lebih muda.”
Terlepas dari tekanan yang para ekskutif perusahaan rasakan dari transformasi digital, responden yang mengikuti studi ini merasa yakin perusahaan mereka bisa mengadopsi teknologi baru. 67 persen responden mengaku siap menerapkan analisis data, 62,3 persen sanggup memakai machine learning, dan 63,7 persen merasa siap menggunakan komputasi awan.
“Ruang lingkup perusahaan keluarga di Asia Tenggara termasuk unik. Masih banyak dari mereka merupakan generasi pertama atau kedua. Melihat skala bisnis yang kecil dan menengah, mereka bisa lebih lincah dalam berkompetisi, dan punya posisi yang lebih tepat untuk menghadapi perubahan cepat di pasar,” ungkap President and Managing Director of SAP Southeast Asia Claus Andresen saat peresmian kantor SAP Leonardo Centre di Singapura.
“Ada sekitar 95-99 persen UKM di Asia Tenggara, dan mereka memberikan kontribusi besar terhadap GDP negara. Ini menjadikan mereka penggerak pertumbuhan ekonomi dari berbagai industry. Namun, pertama-tama mereka harus transformasi digital.”
Transformasi digital ini bukan hanya menggunakan layanan cloud atau membangun aplikasi. Tetapi juga harus bisa mengintegrasikan semua layanan, bahkan menciptakan layanan baru yang lebih menarik minat pelanggan.
Dalam digitalisasi atau mengadopsi teknologi, perusahaan keluarga di kelas kecil dan menengah ini lebih memilih untuk bekerja sama dengan perusahaan lain (37 persen). Pertimbangannya adalah untuk menciptakan pemikiran dan investasi jangka panjang.
Perusahaan besar, baik domestik internasional memiliki akses langsung terhadap teknologi yang bisa membantu mereka mengembangkan bisnis, dan lebih memilih mengelolanya secara mandiri (35 persen).
“UKM harus menemukan cara beroperasi yang baru dan menawarkan produk atau jasa yang lebih inovatif dalam era ekonomi digital saat ini. Apa yang mereka lakukan hari ini akan menjadi pondasi dan keberlangsungan hidup mereka nanti.
"Pertumbuhan yang sesungguhnya ada di perusahaan yang cerdas, terhubung langsung dengan pelanggan. Dengan begitu mereka bisa lebih peduli dan melakukan lebih untuk pelanggan.”
Cek Berita dan Artikel yang lain di
                    Google News
                
            Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id