Bromo: Jaringan 5G digadang akan mendorong kehadiran perangkat cerdas selain perangkat yang telah tersedia saat ini dikenal masyarakat awam, seperti smartphone. Jaringan ini disebut akan lebih mendorong otomasi di berbagai pekerjaan terutama di ranah industri manufaktur.
Selain itu, rumor yang beredar luas menyebut jaringan 5G akan melengserkan jaringan 4G saat jaringan generasi kelima ini mulai dikomersialkan. Namun, Smartfren menyatakan pendapat berbeda menyoal hal ini.
“5G ga akan menggantikan 4G, karena keduanya memiliki use case dan pasar yang berbeda. Jadi 5G bukan hanya sekadar successor, tapi sebagai komplementer 4G dalam jangka waktu lama,” ujar VP Technology Relations and Special Project Smartfren Munir Syahda Prabowo.
Munir juga menyebut jaringan 5G akan lebih menargetkan perangkat terhubung atau dikenal dengan istilah Internet of Things (IoT). Ranah jaringan telekomunikasi untuk konsumen masih akan didominasi oleh jaringan 4G dalam jangka waktu lama.
Selain perangkat berharga masih terlalu tinggi dan belum terjangkau oleh konsumen secara luas, jaringan 5G juga dijelaskan Munir akan lebih diperuntukan pada pengendalian mesin penting, di lokasi yang sulit dijamah manusia.
Hal ini akan mendorong proses otomasi di proses produksi yang melibatkan mesin, dan mengurangi campur tangan manusia. Kedua jaringan ini diprediksi Munir akan saling melengkapi satu sama lain dalam jangka waktu lama, dengan komposisi jaringan untuk perangkat konsumen memanfaatkan jaringan 4G dan mesin dikendalikan melalui 5G.
Disinggung menyoal waktu implementasi 5G di Indonesia, Smartfren menyebut regulasi menjadi dasar dari proses implementasi jaringan ini. Tanpa regulasi, sebagai pihak penyedia layanan seluler, Smartfren mengaku tidak bisa bergerak.
Dukungan infrastruktur juga menjadi hal lain yang perlu diperhatikan untuk menghadirkan konektivitas jaringan 5G secara utuh di Indonesia. Kabel serat fiber menjadi salah satu kebutuhan yang harus tersedia agar dapat mendukung kemampuan membawa data dalam jumlah tidak terbatas.
Saat ini, Indonesia masih belum memiliki kabel serat optik yang merata di seluruh wilayahnya, sehingga Smartfren menyebutnya sebagai salah satu pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan.
Sehingga tidak hanya soal regulasi dari pemerintah pusat, regulasi dari pemerintah masing-masing daerah juga disebut Munir menjadi faktor penting, sehingga pembangunan infrastruktur dapat berjalan dengan lancar.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id