Riset ini merupakan laporan yang mengungkapkan kesiapan perusahaan atau bisnis di Indonesia dalam mengimplementasikan teknologi AI atau Artificial Intelligence.
Laporan ini disusun berdasarkan survei obyektif (double-blind) yang dilakukan terhadap 3.660 pemimpin senior bisnis dari perusahaan-perusahaan dengan 500 atau lebih karyawan di 14 pasar di APJC (Asia Pasifik, Jepang dan China).
Para pemimpin ini bertanggung jawab atas integrasi dan penerapan AI di perusahaan mereka. Indeks kesiapan AI ini diukur berdasarkan enam pilar: strategi, infrastruktur, data, tata kelola, talenta dan budaya.
Terungkap bahwa hanya 19 persen perusahaan di Indonesia yang siap sepenuhnya untuk menerapkan dan memanfaatkan teknologi berbasis AI, menurun dari 20 persen di tahun lalu.
Penurunan ini menegaskan adanya sejumlah tantangan yang dihadapi perusahaan dalam mengadopsi, menerapkan dan sepenuhnya memanfaatkan AI. Mengingat perkembangan pasar dan potensi dampak AI yang signifikan terhadap operasional bisnis, kesenjangan dalam kesiapan ini sangat penting.
AI telah menjadi pondasi bagi strategi bisnis, dan urgensi untuk mengadopsi dan menerapkan teknologi AI di kalangan perusahaan tengah meningkat. Di Indonesia, hampir semua perusahaan (99 persen) melaporkan peningkatan urgensi untuk menerapkan AI di tahun depan, yang sebagian besar didorong oleh CEO dan tim pemimpin.
Selain itu, perusahaan-perusahaan mengalokasikan sumber daya dalam jumlah yang signifikan untuk AI, dengan 52 persen melaporkan bahwa 10 hingga 30 persen dari anggaran IT mereka dialokasikan untuk penerapan AI.
Meskipun ada investasi AI yang signifikan dilakukan di area-area strategis seperti keamanan siber, infrastruktur IT dan analitik dan manajemen data, banyak perusahaan melaporkan bahwa hasil dari investasi tersebut tidak memenuhi harapan mereka.
“Ketika perusahaan-perusahaan mempercepat inisiatif AI mereka, mengadopsi pendekatan yang komprehensif terhadap implementasi dan memahami semua untuk menghubungkan ambisi AI dengan kesiapan sangatlah penting,” tutur Marina Kacaribu, Managing Director, Cisco Indonesia.
“AI Readiness Index tahun ini mengungkapkan bahwa untuk bisa sepenuhnya memanfaatkan potensi AI, perusahaan-perusahaan membutuhkan infrastruktur digital modern yang mampu menjawab perubahan dalam kebutuhan listrik dan persyaratan latensi jaringan akibat beban kerja AI yang semakin meningkat,” jelasnya.
Cisco menemukan bahwa kesiapan AI menurun beberapa pilar, dengan infrastruktur yang diidentifikasi sebagai tantangan terbesar.
Salah satu penurunan terbesar adalah di sisi kesiapan infrastruktur. Juga ada kesenjangan di beberapa area lain yakni komputasi, performa jaringan pusat data, dan keamanan siber.
Hanya 34 persen perusahaan memiliki GPU yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan AI saat ini dan di masa yang akan datang, dan 49 persen memiliki kemampuan untuk melindungi data dalam model AI dengan enkripsi yang menyeluruh, audit keamanan, pengawasan berkelanjutan, dan respon yang cepat terhadap ancaman.
Perusahaan berinvestasi, namun dilaporkan tidak mendapatkan hasil yang diharapkan. Dalam satu tahun terakhir, AI telah menjadi prioritas dalam alokasi anggaran di banyak perusahaan di Indonesia.
Hasil riset mengungkap 52 persen perusahaan mengalokasikan 10-30 persen dari anggaran IT mereka untuk proyek AI. Investasi AI telah difokuskan pada tiga area strategis yakni keamanan siber (60 persen perusahaan berada di fase penerapan lengkap/tingkat lanjut), infrastruktur IT (59 persen) serta analisis dan manajemen data (48 persen).
Tiga hasil utama yang ingin mereka raih adalah meningkatkan efisiensi sistem, proses, operasional dan profitabilitas, kemudian kemampuan untuk berinovasi dan tetap kompetitif, dan menciptakan pengalaman yang lebih baik untuk pelanggan serta mitra.
“Meskipun investasi meningkat, rata-rata lebih dari seperempat responden mengatakan mereka tidak melihat adanya hasil, atau hasilnya tidak sesuai dengan harapan mereka, dalam menambah, membantu atau mengotomatisasi proses atau operasional saat ini,” ujar Marina.
Laporan Cisco juga menemukan kondisi bahwa terdapat tekanan dan urgensi yang semakin besar dari para pemimpin tertinggi di perusahaan untuk menerapkan teknologi AI.
“70 persen perusahaan melaporkan bahwa CEO dan tim pemimpin mendorong penerapan AI, diikuti oleh jajaran direktur 48 persen dan manajemen menengah 40 persen,” kata Marina.
Seiring waktu, perusahaan-perusahaan di Indonesia mempercepat upaya dan menambah investasi untuk mengatasi hambatan dan menjalankan transformasi yang memanfaatkan AI.
Secara khusus, lebih dari sepertiga (37 persen) perusahaan berencana untuk mengalokasikan lebih dari 40 persen anggaran IT mereka untuk investasi AI dalam 4 hingga 5 tahun mendatang. Ini merupakan peningkatan drastis dari hanya 3 persen perusahaan yang mengatakan mereka mengalokasikan porsi yang sama dari anggaran IT mereka untuk AI baru-baru ini.
Perusahaan-perusahan mengakui bahwa mereka harus lebih mempersiapkan diri untuk memanfaatkan AI secara efektif. Di Indonesia, 64 persen menilai skalabilitas , fleksibilitas, dan manageability infrastruktur IT yang lebih baik sebagai prioritas utama, dengan kesadaran akan kesenjangan sebagai hal utama yang harus diatasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id