Sayangnya, justru menuju akhir Januari 2024 malah Riot Games mengumumkan telah merumahkan atau PHK karyawannya. Mereka mengumumkan bahwa telah mem-PHK 11 persen karyawan global, persentase ini mewakili 530 karyawan.
Ini bukan kali pertama, tapi jelas tidak ada yang menyangka mengingat sebagian besar saham dimiliki oleh Tencent, perusahaan hiburan dan game raksasa asal Tiongkok. Dikutip dari situs WCCF Tech, karyawan yang di PHK berasal dari divisi Riot Forge.
Kabarnya 530 karyawan Riot Games yang di-PHK akan tetap mendapatkan benefit perusahaan selama enam bulan yang terdiri dari upah minimum, bonus, dan lainnya termasuk laptop untuk perangkat kerja jika belum punya.
Informasi yang beredar diklaim bahwa para karyawan ini bukan dari tim inti Riot Games, dikutip dari situs Tech Crunch. CEO Riot Games, Dylan Jadeja menyebut bahwa keputusan berat ini harus diambil seiring rencana restrukturisasi tapi menegaskan bukan untuk ‘menyenangkan’ pemilik saham.
Riot Forge sendiri merupakan divisi yang didirikan pada tahun 2019 dan berisi kumpulan developer game independen. Mereka diperbantukan untuk menciptakan kisah semesta dari League of Legends, meskipun begitu sejauh ini sudah ada lima game yang dirilis.
Game yang diciptakan oleh Riot Forge di antaranya Convergence, Hextech Mayhem, The Mageseeker, Ruined King dan Song of Nunu. Tahun ini mereka berencana merilis enam game lain dan setelah itu Riot Forge resmi dibubarkan.
Kabarnya lainnya adalah game dari Riot Games yaitu Legends of Runeterra disebut memiliki performa yang kurang bagus. Riot Games berencana untuk mengurangi ukuran dari tim dan fokus dalam meningkatkan mode permainan single-player PvE.
“Sejumlah investasi yang dibuat tidak memenuhi target yang diharapkan. Biaya yang muncul tidak lagi sehat dan tidak menyediakan lagi ruang untuk bereksperimen dari kegagalan yang ada yang padahal penting bagi industri kreatif seperti kami. Hal tersebut bisa mengancam bisnis kami,” tutur Jadeja.
Kini Riot Games masuk dalam daftar perusahaan game yang terpaksa merumahkan karyawannya. Sebelumnya sudah ada Epic Games, Ubisoft, Electronic Arts, dan Activision Blizzard.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News