Dalam pembukaan game center Supernova, Manager Supernova, Yuri Kurniawan menyebutkan harapannya agar pemerintah dapat meniru pemerintah negara tetangga dan memberikan dukungan lebih dalam bidang esport, misalnya dengan melakukan pembinaan sejak dini.
Yuri mengambil Garena sebagai contoh. Perusahaan asal Singapura itu telah mengadakan turnamen League of Legends secara rutin. Dia ingin, pemerintah turut mendukung pembinaan atlet sejak dini dan mendorong pemain untuk ikut berbagai turnamen.
Tidak hanya pemerintah, keluarga dan teman para atlet esport pun terkadang tidak membierikan dukungan. Ketua Supernova, Jourdan menyebutkan, pada awalnya, orangtuanya bahkan sempat melarangnya untuk bermain. Namun, setelah dia menunjukkan bahwa dia dapat memenangkan kompetisi esport yang ada, pendapat orangtua dan teman-temannya mulai berubah.
Hal yang sama disampaikan oleh Frendy, Ketua dari Pondok Gaming. Dia mengaku, teman dan keluarganya masih merasa, memilih karir sebagai atlet profesional di Indonesia masih sangat riskan. "Kemungkinan berhasilnya rendah, butuh pengorbanan dan perjuangan," kata Frendy saat ditemui di game center Supernova.
Jourdan mengaku, sebagai seorang atlet esport, penghasilan yang didapatnya masih belum cukup. Namun, dia berkeras untuk menekuni bidang ini. Alasannya sederhana: passion. Menurut Jourdan dan Frendy, waktu berlatih yang ideal untuk seorang atlet profesional adalah 16 jam per hari. Mereka mengaku tidak pernah merasa bosan karena memang suka dengan apa yang mereka lakukan.
Frendy dan Jourdan menyebutkan, salah satu kesulitan bermain game yang membutuhkan kerja sama tim seperti DOTA 2 dan League of Legends adalah karena setiap pemain pasti memiliki otak. "Kita harus bisa menyatukan otak, karena itu, kita butuh latihan bersama, supaya cara berpikirnya bisa menjadi satu," kata Jourdan.
Frendy menyebutkan, kunci dari bermain game yang membutuhkan kerja sama tim adalah komunikasi. Selain itu, dia merasa "chemistry" antar pemain juga hal yang penting. Namun, sebagai tim profesional, mereka tidak lagi sering berebut peran saat bermain.
Yuri mengibaratkan tim esport profesional layaknya tim sepak bola. "Dalam satu tim yang kompetitif, setiap orang sudah punya peran masing-masing, seperti tim bola. Penyerang ya bertugas menyerang," katanya. "Jika terjadi pertukaran pemain pun, mencari posisi yang sama dengan pemain yang digantikan."
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News