RPA dan IA terus berkembang pesat di seluruh belahan dunia. Teknologi Intelligent Automation memiliki peluang besar untuk memajukan industri di Indonesia, bahkan Asia.
Otomatisasi dengan sistem robot mengalami pertumbuhan yang signifikan selama beberapa tahun terakhir. Di Asia, khususnya Indonesia dan Singapura, teknologi ini telah memantik perhatian publik. Bahkan, beberapa sekolah menengah atas di Singapura menawarkan kursus RPA di dalam program mereka.
Menanggapi perkembangan IA tersebut, IDStar, perusahaan information and technology (IT) terkemuka di Indonesia, bekerja sama dengan IBM untuk pengembangan Intelligent Automation di Tanah Air.
Penandatangan kerja sama ini diresmikan dalam acara yang bertajuk Unlocking New Markets: Expanding Business with Digital Automation pada 30 Mei 2023 di Jakarta. Pertemuan ini dihadiri oleh para petinggi perusahaan di berbagai bidang, seperti perbankan, telekomunikasi, dan BUMN.

“Kombinasi RPA dan IA akan menguntungkan proses bisnis dari segi fleksibilitas, kecepatan, dan yang terpenting produktivitas. AI, Intelligent Automation dan RPA akan menjalankan proses bisnis, tapi keputusan tetap ada pada manusia,” kata Arifa Tan, BoD IDstar, dalam sambutannya.
Ferdinand Prasetyo, CEO IDStar menjelaskan beberapa tantangan yang mengancam perkembangan bisnis perusahaan. Namun, kehadiran Intelligent Automation dapat membantu perusahaan untuk menghadapi tantangan tersebut.
“Tantangan pertama yang dihadapi oleh banyak perusahaan adalah legacy system atau sistem yang sudah lawas dan tidak sesuai dengan tuntutan bisnis,” jelas Ferdinand.
Menurut Ferdinand, tantangan selanjutnya adalah compliance and regulatory burden, data management and analytics, dan cybersecurity threat. “Keamanan data tentu hal yang sangat penting bagi sebuah perusahaan. Dengan data yang ada, perusahaan bisa mengembangkan bisnis, merancang strategi, menyusun operasional produksi, dan sebagainya,” papar Ferdinand.
Tantangan terakhir adalah customer expectation and experience. “Memang tidak mudah mengelola manajemen konsumen. Namun, kita harus tetap menjaga agar konsumen tetap setia karena mereka adalah ujung tombak perusahaan,” ucap Ferdinand.
Dari kelima tantangan di atas, industri atau perusahaan besar masih berkutat dalam proses administrasi yang berulang. Solusinya, Intelligent Automation atau RPA perlu diterapkan dalam pekerjaan administratif untuk meningkatkan performa bisnis.
Selanjutnya, Ferdinand memaparkan bahwa perusahaan akan mendapat banyak keuntungan dengan menerapkan IA dan RPA pada proses bisnis.
Keuntungan tersebut meliputi penghematan biaya hingga 60%, peningkatan produktivitas dan efisiensi proses hingga 20—60%, penghematan waktu hingga 40%, dan juga mengurangi regulatory compliance cost sampai 50%.
“Ada banyak proses dalam end-to-end suatu bisnis. Untuk membantu mengoptimalkan berbagai proses ini, RPA, IDP (Intelligent Document Processing), Chatbot, AI/ML dapat dikombinasikan sesuai kebutuhan perusahaan dan departemen,” papar Ferdinand.
Ferdinand menyarankan, efisiensi proses administrasi bisa dilakukan dengan RPA. Untuk dokumen yang tidak beraturan, seperti invoice atau berita acara, IDP lebih disarankan
IDP mampu memahami dan mengidentifikasi informasi apa yang harus disimpan. Setelahnya, RPA bisa mempercepat proses hingga akhir. Sebagai langkah awal, perusahaan sebaiknya melakukan process mining terlebih dahulu guna mengetahui masalah yang terjadi atau alur bisnis yang bisa dioptimalkan.
“Process mining dapat menganalisis event logs dan data dari berbagai sistem. Kita bisa mengetahui proses bisnis yang sebenarnya terjadi berdasarkan data-data ini,” beber Ferdinand.
Process mining merupakan jalan keluar yang bisa membantu pemilik bisnis dalam mengambil keputusan lebih baik.
“Dengan process mining, perusahaan bisa mendapatkan visibility, lalu insight dari data yang terkumpul. Ini membuat perusahaan bisa mengetahui proses yang menghambat dan bermasalah,” ucap Ferdinand.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News