Marder menyebut, Niantic menempatkan Pokestop dan gym Pokemon pada lahan pribadi tanpa sepengetahuan dari pemiliknya. Pada dokumen tuntutan hukum tersebut, Marder mencantumkan keterangan bahwa hal tersebut ia temukan setelah sejumlah orang asing berkeliaran di luar rumahnya sambil memegang ponsel mereka.
Tuntutan ini, yang didaftarkan pada status kelas aksi, menyatakan bahwa situasi yang dialami Marder tidak umum, dan menekankan pada beberapa contoh lain. Contoh lain tersebut termasuk United States Holocaust Memorial Museum di Washington, D.C, menjadi lokasi yang tidak diinginkan oleh beberapa Pokemon, seperti yang dilaporkan Polygon.
Marder mengungkap, pemain tersebut telah mengganggu kenyamanan dan ketenangannya selama berada di dalam rumah. Selain itu, ia juga menyebut pengembang Niantic, Nintendo dan Pokemon Company mendapatkan keuntungan dari game yang memungkinkan pemain memasuki area pribadi tanpa izin.
Dalam tuntutannya, Marder meminta perusahaan terkait untuk menyertakan seluruh pemilik lahan properti di wilayah Amerika Serikat, atau membatasi lahan properti pribadi melalui koordinat GPS yang dipilih Tergugat, tanpa izin, sebagai Pokestop atau gym Pokemon pada game mobile Pokemon Go.
Tuntutan ini juga mengharuskan Niantic, Pokemon Company dan Nintendo untuk memberikan tanggapan dalam kurun waktu 21 hari. Sementara itu, hingga saat ini, ketiga perusahaan tersebut belum dapat dimintai keterangan terkait dengan tuntutan tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News