Namun, bagaimana cara mereka mengetahui produk yang sesuai untuk pelanggannya?
Smartfren merasa, cara terbaik untuk mengetahui apa yang diinginkan oleh pelanggannya adalah dengan mengumpulkan data pelanggan dan menganalisisnya. Karena itulah, Smartfren menyempurnakan sistem Customer Experience Management (CEMS).
"Kami menggunakan sistem big data untuk mengumpulkan data konsumen, mulai dari protes, penggunaan paket internet, telepon VoLTE," kata Sharizan Zaki Pondren, Head of Customer Experience and Analytics, Smartfren Telecom.
"Kami bisa mengetahui bagaimana pengguna menggunakan data internet. Berdasarkan data yang kita kumpulkan tersebut, kita bisa mengetahui produk yang harus kita berikan ke konsumen."
Sistem big data itu tidak hanya digunakan untuk mengumpulkan data konsumen, tapi juga tim internal Smartfren, khususnya tim jaringan.
"Kami bisa tahu kemampatan jaringan terjadi di mana. Kami bisa tahu kawasan mana yang kualitasnya perlu ditingkatkan," kata laki-laki yang sering dipanggil Zaki ini dalam acara yang diadakan di Millenium Hotel, Kamis (8/2/2108).
Melalui sistem big data ini, Smartfren juga bisa mengetahui berapa banyak data yang pengguna gunakan dalam satu bulan. Secara garis besar, Smartfren membagi penggunanya ke dalam tiga kelompok, berdasarkan jumlah data yang dikonsumsi.
Rata-rata, pengguna Smartfren menghabiskan 5GB per bulannya, meski ada pelanggan yang menghabiskan lebih dari 30GB dan ada juga yang menggunakan tidak lebih dari 1GB per bulan.
Smartfren juga bisa mengetahui berapa banyak pengguna yang mengakses aplikasi-aplikasi tertentu. Misalnya, 90,52 persen pengguna Smartfren menggunakan aplikasi pengirim pesan seperti WhatsApp, Telegram, dan Facebook Messenger.
Sementara 90,39 persen menggunakan media sosial. Sebanyak 89,21 persen menggunakan layanan video streaming seperti YouTube, Netflix dan Spotify. Untuk lebih lengkapnya, Anda bisa melihat gambar di bawah ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News