Obsesi mengambil selfie adalah gangguan. (NARINDER NANU / AFP / Getty Images)
Obsesi mengambil selfie adalah gangguan. (NARINDER NANU / AFP / Getty Images)

Gangguan Mental Selfitis Ada di Usia 16-20 Tahun

Ellavie Ichlasa Amalia • 28 Desember 2017 11:12
Jakarta: Pada awalnya, kata "Selfitis" digunakan dalam berita palsu. Namun, hal itu tidak menghentikan para psikologis melakukan penelitian apakah seseorang memang mungkin terobsesi dengan mengambil selfie.
 
Sekelompok psikologis dari Nottingham Trent University dan Thiagarajar School of Management belum lama ini mengonfirmasi bahwa selfitis memang nyata. Ia adalah sebuah gangguan mental yang membuat seseorang terobsesi mengambil selfie. Laporan terkait selfitis diunggah ke International Journal of Mental Health Addiction.
 
Menurut para peneliti, orang-orang yang menderita selfitis menggunakan selfie demi meningkatkan rasa percaya diri. Selain itu, mereka memiliki motivasi lain seperti kompetisi sosial atau mengikuti tren. Para peneliti menyebutkan, mengambil selfie bisa menjadi sebuah kecanduan yang menjadi tanda akan masalah kesehatan mental lainnya, seperti rendah diri.

Digital Trends melaporkan, para peneliti mempelajari 200 orang di negara yang memiliki tingkat kematian akibat selfie paling tinggi, yaitu India. Dalam penelitian itu, mengambil selfie terus menerus dikaitkan pada enam alasan, mulai dari mencari perhatian sampai berusaha untuk membuat kenangan indah. 
 
Sebanyak 34 persen peserta studi mengidap selfitis ringan, sementara 40,5 persen peserta menderita selfitis tahap akut dan 25,5 persen sisanya mengidap selfitis kronis. Obsesi untuk mengambil selfie lebih mungkin diidap oleh laki-laki (57,5 persen) daripada perempuan (42,5 persen). 
 
Orang-orang pada rentang umur 16-20 tahun adalah mereka yang paling rentan mengidap selfitis. Sebanyak sembilan persen mengambil lebih dari delapan selfie setiap hari, dan 25 persen mengunggah setidaknya tiga foto ke media sosial setiap hari. 
 
Para peneliti juga menyebutkan, riset lain bisa dilakukan untuk mengetahui hubungan antara umur serta tempat tinggal dengan kerentanan untuk mengidap selfitis untuk mengumpulkan data yang lebih lengkap. 
 
"Biasanya, orang-orang yang rendah diri dan berusaha untuk 'menyesuaikan diri' dengan orang-orang di sekitar mereka dan mungkin menunjukkan gejala serupa dengan kecanduan lainnya," kata Dr. Janarthanan Balakrishnan pada New York Post.
 
"Sekarang, keberadaan kondisi ini telah dikonfirmasi, ke depan, diharapkan akan ada riset lain untuk mengerti bagaimana dan mengapa orang-orang memiliki perilaku obsesif ini dan apa yang bisa dilakukan untuk membantu orang-orang yang telah terjangkit."
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MMI)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan